Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dahsyatnya Pemilu 2019, Sisakan Partai "Mati" dan "Setengah Mati"

18 April 2019   15:15 Diperbarui: 18 April 2019   16:36 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih di papan tengah, Partai Hanura hampir berusia 13 tahun (sejak didirikan pada 14 nopember 20016) punya pengalaman timbul tenggelam pada beberapa Pemilu sebelumnya. Pernah tenggelam lalu berjaya kembali pada pemilu 2014 menghadirkan 16 ujung tombak di Senayan. 

Hingga tulisan ini dibuat posisinya baru mencapai 1,34%, jauh sekali dari harapan lolos ke Senayan. Ini artinya JIKA tidak ada perubahan signifikan hasil Pemilu dari sumber manapun maka partai ini akan tenggelam kembali. Tampaknya "pelabuhan" Senayan saat ini terlalu sulit dijangkau kadaer Hanura, entah apa pasal sejak ditinggal Wiranto.  

Di papan atas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang pernah merajai blantika politik nasional dengan merebut posisi "runer up abadi "selama 20 tahun (Pemilu 1977 hingga 1997) ternyata nasibnya kini tak kalah menyedihkan.

Berdasarkan perhitungan cepat (sampai saat ini 4,65%) partai berlambang ka'bah itu memang telah lolos melewati angka 4% atau melewati syarat Parliamentary Trashold namun ini adalah pencapaian paling buruk dalam sejarah partai tersebut. Partai ini belum mampu melupakan kenangan indahnya pada masa kejayaan Orde Baru.

PPP belum "mati" pada pemilu kali ini, akan tetapi jika tidak segera berbenah, mempererat kesatuan dan persatuan internal serta menyingkirkan bara api yang digelontorkan oleh kader-kadernya sendiri bisa jadi salah satu partai senior ini bakal "mati" pada pemilu akan datang atau berganti dengan nama baru.

Demikian sekilas pelajaran yang dapat dipetik dari dahsyatnya pemilu 2019 terhadap mesin politik dan politkusnya. Ada mesin politik yang harus mati sebelum berkembang ada juga yang dbikin layu (setengah mati) tak jadi berkembang tapi ada juga belum mati-mati entah berkembang sampai kapan. Singkatnya pelajaran itu mengingatkan kita bahwa memerlukan kekuatan lahir batin dan kekuatan mental untuk menjadi mesin politik yang handal.

Jika ada yang menyatakan hal itu pun cukup karena ada hal lain yang lebih utama (misalnya modal atau material) tapi beberapa korban pemilu 2019 disebutkan di atas juga mengingatkan pada kita kekuatan modal pun tidak bisa jadi jaminan.

Salam damai pemilu 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun