Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memanusiakan Pengangkut Sampah Kota Medan

13 April 2019   12:28 Diperbarui: 8 Maret 2021   08:39 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Medan Muhammad Husni, jmlah armada sampah kota Medan pada 2017 adalah 200 truk dan 400 becak. Sumber medan.tribunnews . Padahal jumlah armada yang ideal untuk mengangkut sampah di kota Medan adalah 350 truk dan 1.500 becak. Jika mengacu pada jumlah armada yang tersedia pada 2017 (anggap saat ini) dibanding idealnya maka yang tersedia hanya tersedia 57% truk dan  27% becak.

Kini tak kurang 200 truk melayani sampah 2,9 juta penduduk kota Medan yang menghasilkan sampah 2.000 ton (rata-rata) dalam sehari. Jika dirata-ratakan 200 truk itu mengangkut 10 ton dalam sehari atau setiap truk berkapasitas 4 ton hanya dapat mengakut 2-3 trip dalam sehari.

Pertanyaannya adalah apakah truk tersebut mampu mengangkut rata-rata 10 ton sehari per armada truk. Lihat apa yang sering terjadi pada truk sampah Medan setiap hari :

  1. Truk sampah mogok
  2. Truk sampah ugal-ugalan
  3. Truk sampah "buang sampah" di jalan raya
  4. Truk sampah tidak perduli aturan keselamatan di jalan raya
  5. Truk sampah bentuknya tidak karuan
  6. Truk sampah Kecelakaan (Tabrakan dll)

Terkait sejumlah fenomena di atas sering terlihat kita di kota Medan kejadian truk sampah tabrak pengendora motor. Ketika diperiksa alasannya rem blong; Sopir serap; Kejar Rit/ trip; Pusing; Ngantuk; SIM ditahan di kantor; Belum ada duit setoran dan alasan klise menggeramkan lainnya.

Salah satu peristiwa terkini adalah tabrakan di hadapan saya pada Jumat 12 April 2019. Sebuah truk didepan saya (truk sampah nomor 05 milik Kecamatan Medan Johor) menyeruduk barisan kendaran paling belakang sedang berhenti karena sedang memberikan kesempatan lewat pada kendaraan dari jalan kecil memotong ke jalan raya di sebuah perempatan di kawasan pasar 7 jalan Marelan Raya sekitar pukul 16.10.

Dokpri abanggeutanyo
Dokpri abanggeutanyo
Jika melihat pada fakta peristiwa terakhir maka kita lihat kondisi truk sampah itu memang menyeramkan. Kata orang Medan "truk anjing." Orang menjauh bukan saja khawatir kena percikan bau busuk dari sampah yg diangkutnya tapi juga menyindir 'bisa tetanus jika tersenggol.' 

Kita sering menyaksikan truk sampah ugalan-ugalan mirip kendaraan pencabut nyawa gentayangan seenaknya di jalan raya. Tidak bawa surat apapun tapi berani mengemudi ugal-ugalan bak jagoan. Lalu ketika timbul masalah dengan orang lain di jalan raya tidak dapat bertanggungjawab, bikin apes sial) orang lain.

Pasti ada yang mengatakan tidak semua sopir truk sampah seperti itu. Benar juga, tapi ibarat kata pepatah "gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga.." 

Bukan maksud menjustis tapi ingin membenahi apa kendala untuk memanusiakan tenaga dan armada pengangkut sampah agar pekerja dan armadanya kesannya lebih manusiawi dan modern. 

Mengapa sopir truk sampah merasa seolah-olah juga seperti sampah yang diangkutnya? Terpaksakah mereka menjadi sopir truk sampah atau pekerjaan itu sambilan atau merasa hina dengan pekerjaannya sehingga mencari konpensasi melalui kesusahan orang lain.

Jika hal itu ditanyakan pada mereka past mereka pasti menyalahkan pemko Medan yang menyediakan kendaraan abal-abal dengan fasilitas yang juga abal-abal. Contohnya mereka pernah menyalahkan adanya korupsi Bahan Bakar Minyak atau juga pada bagian maintenant sebagaimana terjadi pada 2016 lalu. Sumber :  news.metro24jam.com 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun