Apapun nama organisasi teroris pernah paling powerful di dunia itu (ISIS-ISIL-ISI-IS-Daesh) faktanya secara defakto dan Juridis ISIS (The Islamic State of Iraq and Syria) telah kolaps jika tak pantas disebut terkubur.
Secara Defacto, wilayah ISIS yang tadinya mecakup hampir 50% wilayah Suriah dan 45% wilayah Irak pada 2015 kini telah dibabat habis, dikuasai oleh pemberontak Syrian Democratic Force (dukungan AS) di wilayah Kurdi. Kantong terakhir -Al-Baghouz- Fawqani telah direbut SDF dan secara resmi telah dirayakan secara besar-besaran di Qamishly, hari ini.
Secara Juridis, keberadaan ISIS telah disahkan sebagai organisasi teroris oleh sejumlah negara dunia termasuk Indonesia. Itu adalah sebuah legitimasi bahwa organisasi paling kejam sedunia itu adalah organisasi terlarang. Anggota dan simpatisannya menjadi momok di negara manapun yang mendukung anti terorisme (bukan anti Islam).
Mengacu pada masa "keemasan" yang pernah mencapai puncaknya awal 2015 hingga akhir 2015 kekuasaan ISIS sangat menggentarkan timur tengah bahkan dunia.
Aksi ISIS tidak hanya fokus di wilayah Irak dan Suriah melainkan juga mencapai Tunisia, ALjazair, Libya, Mesir, Turki bahkan menerobos batas antar benua hingga menyasar ke Spanyol, Amerika Serikat, Australia dan negara kita Indonesia juga kena getah aksi simpatisan ISIS. Salah satunya peristiwa bom Sarinah 14 Januari 2016.
Tahun 2015 dapat dikatakan ISIS sedang berkibar-kibar. ISIS menggunakan strategi sebagai berikut :
- Berhasil memanfaatkan kekacauan perang saudara di Suriah dan sisa kekacauan penggulingan Saddam Husein di Irak
- Berhasil memanfaatkan issu Jihad untuk mengambil simpati ummat Islam
- Berhasil menarik minat calon pendukung melalui propaganda di media sosial terutama untuk menarik simpati tenaga tempur (fighter) maupun tenaga teknis dan simpatisan
- Berhasil menjadi organisasi paling kaya di dunia berkat dukungan finansial negara Arab dan Teluk. Selain itu juga berasal dari uang tebusan penculikan, pajak, pemerasan, artefak curian, sumbangan, penjarahan dan dukungan dari pejuang asing. History.com.
Pantas banyak yang terpengaruh atau tergiur dengan propaganda ISIS diajak bergabung untuk berjuang demi jihad, menjadi warga negara Islamic State dalam berbagai aneka posisi dan status, lengkap dengan iming-iming tanggungan sosial dan kesejahteraan dunia akhirat. Beberapa bentuk mesin proganda ISIS adalah : Foto, Video, Rekaman Audio, Pamflet, Kliping, Majalah, Risalah Teologi,Poster di berbagai media sosial.
Pada umumnya propaganda itu lebih bernuansa topik keagamaan daripada topik lainnya. Artinya ISIS lebih mengedepankan konsep agama untuk mudah menarik simpati masyarakat muslim.
Namun apa yang terjadi dibalik strategi tersebut?
- Ternyata sebagian besar petempur dan tenaga teknis ISIS adalah orang asing, fighter Barat dari dari berbagai negara asia dan afrika utara.
- Kenyataan lainnya adalah, tindakan ISIS sangat kejam dalam memperlakukan lawan maupun mengadili warga sipil.
- Kenyataan lainnya adalah motif penguasaan ladang minyak lebih kentara ketimbang motif jihad. Konsentrasi pertempuran paling berat dan tersulit berada di kawasan ladang minyak di provinsi Deir-Ezzor Suriah dan Falujah, Mosul, Tikrit, Ramadi dan sekitarnya di Irak.
- Kenyataannya lainnya adalah tindakan ISIS membunuh orang muslim sendiri semakin tak terbendung. Terbunuh akibat tewas di medan perang adalah hal biasa, akan tetapi tewas ditangan ISIS akibat disiksa, tewas akibat dilempar dari bangunan, tewas akibat dibakar hidup-hidup, tewas dipenggal dihadapan umum, tewas akibat dilekatkan bom, tewas akibat diseret-seret dan ditarik kendaraan dua arah, tewas akibat dihujani peluru oleh belasan penembak dari jarak dekat, pantas apa tidak disebut sangat sadis dan tidak berbelas kasihan. Dan itu terjadi pada umumnya untuk sesama orang muslim sendiri.
- Kenyataan lain adalah, para petempur dan anggota ISIS laki-laki dewasa berlomba-lomba mendapatkan budak seks dengan cara-cara tidak manusiawi. misalnya menculik seperti terjadi pada sejumlah wanita muda asal Kobane (Kurdi) dan Yazidi diperbatasan Irak dan Suriah.
- Kenyataannya sebagaian petempur ISIS lokal (Arab) hanya dijadikan tombak terdepan dan menjalankan misi bunuh diri. Sedangkan petempur Eropa lebih banyak jadi komandan, pengatur strategi dan serangan serta perencanaan.
- Kenyataan dari benteng terkahir di Al-Baghouz Fawqani terjadi penyelamatan 50 ton emas yang diangkut helikopter AS. Disinyalir ada petinggi VIP ISIS diangkut bersama emas tersebut. Sumber geopolitics. dan infowars dan veteranstoday dan masih banyak lainnya menulis dalam versi media barat. Dapat dibayangkan apa perasaan ribuan petempur ISIS lain yang menyerah dalam keadaan kaki patah, kepala pecah diperban, tangan terluka dibalut kain lusuh menyaksikan para "big bos" mereka melarikan diri, terbang dengan helikopter...
- Kenyataan bahwa para laki-laki telah membawa istri dan anak kecil mereka ke dalam neraka perang yang ditunggangi agama. Mereka bersembunyi dalam rasa takut yang lama dan mengungsi dari satu tempat ke tempat lain dan menemukan mimpi semakin jauh dari kenyataan.
- Kenyataan lainnya adalah terjadi persaingan antara koalisi AS dan Rusia memperebutkan jalur Pipa minyak dan pipa gas dari Qatar (koalisi AS) dan dari Iran (koalisi Rusia) agar dapat melewati wilayah Irak dan Suriah hingga mencapai pelabuhan-pelabuhan di tepi pantai Meditarian di Turki dan Suriah.
Kenyataan-kenyataan tersebut akhirnya menyibak pelan-pelan mata dan pikiran (akal) para simpatisan, pendukung dan anggota ISIS. Alam bawah sadar mulai berkata "ini pilihan yang salah," atau kata senada lainnya sambil memalingkan wajah mereka.
Mungkin saja diantara yang menyerah itu terdapat orang Indonesia. Hal itu bisa saja, karena kepala staf Kepresidenan, Muldoko pernah menyebutkan "Petempur asing ISIS asal Indonesia di Suriah masih ada 590 orang. 103 orang telah tewas, 86 orang telah pulang, 539 telah dideportasi," katanya sebagaimana dikutip dari merdeka.com eidisi 22/5/2018.
Mengacu pada keterangan diatas, berarti jumlah petempur ISIS Indonesia seluruhnya termasuk yang masih di Suriah, proses deportasi dan sudah pulang dan tewas mencapai 1.318 orang.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu juga permengatakan, Berdasarkan data intelijen, ada sekitar 31.500 pejuang ISIS asing yang bergabung di Suriah dan Irak. Dari jumlah tersebut, 800 berasal dari Asia Tenggara serta 700 dari Indonesia," kata Menhan Ryamizard di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (8/11/2018). Sumber : detik.com.
Berdasarkan dua informasi tersebut jumlah ISIS asal Indonesia antara 700 - 1.300 orang. Dirata-ratakan secara matematis adalah 1000-an orang. Sebuah jumlah yang besar jika dibandingkan total petempur ISIS (35.000 orang dari beberapa data intelijen AS).
Seberapapun jumlah petempur ISIS asal Indonesia ditambah lagi simpatisan atau korban propaganda ISIS, keberadaan mereka kini jadi dilematis untuk kembali ke Indonesia.
Dilematis antara menerima atau tidak dengan segala ekspektasi konsekwensinya termasuk konsekwensi bangkit kembali radikalisasi lebih ekstrim dimasa akan datang. Sementara dari sisi kemanusiaan mereka juga manusia butuh perhatian, butuh pendidikan, butuh perlakuan dan dilindungi sebagai warga negara.
Salah satu pelarian ISIS yang telah tiba kembali di tanah air adalah keluarga Nur Dhania. Mereka nekat berangkat ke Suriah (melalui Turki) pada 1 Mei 2015 saat ISIS sedang mencapai puncak keemasan. Dia dan keluarganya akhirnya menemukan fakta yang bertolak belakang dengan propaganda ISIS yang diterima Dhania saat kepincut pada media ISIS melalui internet beberapa bulan sebelum ia dan keluargnya pilih "Jihad" ke Suriah.
Bagaimana penyikapan negara terhadap pelarian ISIS dari Timur Tengah atau Filipina sangat rumit, mungkin mirip peribahasa makan buah simalakama, diambil mati ayah, tak diambil mati ibu. Kita dihadapkan pada dua pilihan yang sulit.
Dari sisi humanisme penulis ingatkan mau dibawa kemana mereka jika tidak diterima. Dibuang kelaut tidak mungkin. Ke hutan belantara apalagi. Oleh karenanya penulis sarankan diterima saja kembali dan diawasi.
Saran penulis, setelah dicuci kembali otaknya lalu mereka digembleng secara terpisah (lokasi berbeda) secara sistematis dalam jangka waktu tertentu. Restart wawasan mereka tentang nasionalisme. Kemudian berikan tugas (dalam pengawasan) tanggung jawab sebagai tenaga katalisator anti radikalisasi. Pengalaman mereka sebagai korban tipuan ISIS atau korban kebodohan sendiri dapat digunakan sebagai "penawar" bagi gerakan radikalisasi (terbuka maupun bawah tanah) yang siap mengintip calon korban radikalisasi apapun nama dan bentuknya di masa akan datang.
ISIS kini dinyatakan kolaps. Meski ISIS kolaps perlu diwaspadai sel-sel tidurnya akan tetap eksis dan membahayakan. Jadi jangan terlena. Terlebih lagi jangan sampai terlena dengan propaganda mirip ISIS dimasa akan datang untuk ke sekian kalinya..
Salam Kompasiana
abanggeutanyo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H