Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Potensi Perang Elektronik Akan Kuburkan Kisah "Mesra" Israel - Rusia

1 Oktober 2018   03:04 Diperbarui: 2 Oktober 2018   09:10 3269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua minggu setelah jatuhnya pesawat Patroli maritim Rusia (Il M-20) di laut Mediterania, kini pemerintah Rusia benar-benar mewujudkan janjinya. Mereka mengirim sistem pertahanan udara yang lebih mumpuni untuk militer Suriah, The Syrian Arab Army (SAA) berupa sistem misil permukaan ke udara (SAM) S-300.

Menurut info media Israel  israelnationalnews, rangkaian pertama pengiriman sistem pertahanan udara S-300 meliputi sistem komunikai, baterai dan rudal senilai $1 miliar (AS) sudah tiba di pangkalan udara Hmeimim Latakia sejak Senin lalu. Menurut informasi media Israel lainnya (haaretz.com), Rusia akan memasang 8 unit sistem S-300 untuk seluruh Suriah.

Langkah tersebut diwujudkan Rusia meskipun Israel telah mengirimkan utusan militernya ke Rusia dipimpin oleh jendral Amikam Norkin pada 20 September 2018 lalu menyerahkan laporan versi Israel dan permoonan maaf.  

Protes Benjamin Netanyahu pada Putin melalui hubungan telepon pun tidak mengubah keputusan Rusia untuk mengganti sistem S-200 dengan S-300 di seluruh Suriah.

Rusia tampaknya benar-benar habis kesabarannya setelah sekian lama mempertahankankan toleransinya pada Israel dengan berusaha "menutup matanya" atas rangkaian serangan Israel terhadap Suriah yang telah berjumlah 200 lebih serangan sejak meletusnya perang Suriah dan terutama meningkat pesat sejak pasukan SAA memperoleh kemajuan sejak pertengahan 2017 lalu.

Melihat keputusan Rusia sikap Israel ada dua. Pertama, Benjamin Netanyahu tetap pongah, bergeming alias tidak gentar dengan keputusan Rusia. Beberapa jam setelah peristiwa jatuhnya pesawat, Israel seolah-olah menertawakan Suriah yang dinilai terlalu bodoh tidak mengenal kawan dan lawan. Sikap enteng Israel juga diperlihat sehari kemudian Israel (Netanyahu) bersumpah tetap menyerang Iran di berbagai posisi di Suriah.  

Dalam pernyataannya, Netanyahu bahkan mengancam akan tetap menyerang Suriah meskipun ada S-300 atau tidak. Sementara Menteri Pertahanan Israel lebih vulgar menantang, "Tak perduli apakah ada S-300 atau S-700, kami akan menghancurkannya jika pesawat tempur kami diancam," sebut Avigdor Libierman, sebagaimana dikutip dari  timesofisrael.

Ke dua, Netanyahu mengingatkan Putin bahwa langkahnya tersebut berbahaya dan tidak tepat karena memberi teknologi tersebut kepada aktor (pihak) yang tidak bertanggung jawab.

Sikap penolakan Israel lainnya adalah dari pernyataan pejabat militer Israel mengatakan bahwa pengiriman S-300 untuk Suriah adalah tantangan serius bagi Israel.

Benarkah S-300 menjadi momok bagi Israel? Meskipun Israel tidak memiliki pengalaman perang elektronik akan tetapi Israel punya pengalaman perang di masa lalu, antara lain adalah :

  • Perang Arab Israel 15 Mei 1948 - 20 Juli 1949. Hasil : Kemenangan Israel
  • Perang 6 hari (5 Juni - 10 Juni 1967), berlangsung kurang dari 6 hari. Hasil : Kemenangan Israel
  •  Perang Ramadhan (Yom Kippur 6 - 26 Oktober 1973). Hasil : Kemenangan Israel
  • Serangan angkatan udara Israel pada 1982 melumpuhkan instalasi pertahanan milik Rusia di  sebuah desa di Lembah Bekaa , Lebanon membuktikan ketangguhan serangan udara Israel atas Rusia.
  • Pada 2007 lalu dengan alasan menyerang pasukan, militan dan fasilitas reaktor Plutonium Korea Utara- Iran di Deir Ezzor, Israel telah membuktikan mampu mengecoh sistem komunikasi, radar dan senjata anti serangan udara Suriah yang dipasang oleh Militer Rusia. Pada saat itu angkatan udara Israel mengaktifkan sistem "SUTER" guna membutakan sistem anti serangan udara Suriah. Hasilnya, reaktor Iran - Korut tersebut luluh lantak berkeping-keping tidak dapat diaktifkan lagi sampai saat ini.

Berdasarkan fakta di atas, apakah Israel masih merasa jumawa dan menganggap enteng pada kekuatan Suriah? Bahkan Rusia dengan sistem S-200 yang dipasang di Suriah terbukti mampu mencegat beberapa obyek serangan udara dari Israel. Kemudian peristiwa terkini, salah satu F-16 Israel pernah menjadi korban S-200 Suriah, ditembak jatuh pada 11 Februari 2018 lalu.

Israel akan tetap pongah dan angkuh. Diperkirakan Israel tidak terlalu khawatir dengan hadirnya sosok S-300 dalam sistem pertahanan Suriah. Alasannya adalah :

  • Akibat sejumlah pengalaman perang masa lalu sebagaimana disebutkan di atas
  • Israel tidak mengendurkan ancamannya pada Iran  tiada henti di kawasan Suriah dan telah membuktikan ancamannya tetap menyerang Iran dan Suriah pasca jatuhnya salah satu jet tempur F-16 mereka 
  • Meski Israel tidak memiliki pengalaman perang elekronik dengan Rusia secara langsung tampaknya Israel tidak ragu meminta bantuan AS memasang perangkat perang elektroniknya untuk Israel. Presiden Donald Trump berjanji siap memberi dukungan pada Israel jika sistem S-300 Rusia menganggu kedaulatan Israel.

Jadi kesimpulannya adalah sosok S-300 itu BENAR menjadi ancaman serius bagi Israel meskipun Israel berkoar-koar tidak khawatiar dan akan tetap menyerang Suriah dan Iran dengan alasan dan tujuan apapun. 

Apalagi Rusia tampaknya akan memberlakukan zona larangan terbang (No Fly Zone) di seluruh wilayah udara Suriah dekat perbatasan Lebanon, Pelabuhan Tartus, Pangkalan Udara Hmymem, Latakia dan Damaskus serta perairan Suriah di laut Mediteania. Ini adalah ancaman setingkat lebih serius, yang bakal dihadapi Israel atas pongahnya selama ini di kawasan tersebut.

Israel nampaknya khawatir dengan S-300 milik Rusia itu, padahal mereka telah memiliki generasi lebih lawas yakni S-400 dan S500. Beberapa S-400 bahkan telah dipasang di beberapa tempat di lokasi-lokasi disebutkan di atas. 

Selidik punya selidik ternyata pada S-300 memiliki kandungan lebih mumpuni dibandingkan kakaknya S-200 terutama pada beberapa bidang sebagai berikut :

  1. S-300 memilik famili meliputi : S-300V; S-300P dan S-300F. Ketiga famili tersebut punya versi untuk Rusia dan versi untuk ekspor (dijual).
  2. S-300 memiliki kemampuan perang elektronik yang mumpuni , salah satunya mampu membutakan radar lawan (Jamming) dan mampu membedakan mana target berupa kawan atau lawan dalam sebuah kondisi.
  3. Radar S-300 mampu mendeteksi target pada jarak 300 km dan mengirimkan informasi pada radar komando untuk mengolah sebagai potensi ancaman atau tidak.
  4. Setiap S-300 yang melesat ke angkasa mampu memilih target lawan 6 target sekaligus. Famili S-300 lainnya mampu memilih 36 target sekaligus (mengalahkan kemampuan Patriot PAC-2 dan PAC-3 yang berkemampuan 9 target)
  5. Beberapa famili S-300 mampu melesat 2.500 km perjam (mph) bahkan famili tipe V mampu melesat hingga 6000 mph, mengalahkan kecepatan pesawat tempur manapun hingga saat ini.
  6. S-300 memiiki kemampuan escort (menyisip) atau menghadang pada kecepatan hingga 3000 meter/ detk (m/s) bahkan tipe lain mencapai  10.000 m/s. Bandingjkan kemampuan escort patriot PAC2 hanya 2.200 m/s dan PAC3 malah cuma 1600 m/s.

Souce : www.bbc.com
Souce : www.bbc.com
Jika dalam aksinya nanti Israel membuktikan mampu memperdaya Rusia (pertahanan udara Suriah) meski telah dilengkapi dengan S-300, bisa jadi Rusia adalah hanya sosok macan ompong yang garang di atas kertas dan melalui tayangan video propaganda. Namun jika Rusia justru mampu membuktikan S-300 dapat melumat (walaupun) satu saja obyek atau pesawat tempur Israel, maka benarlah Rusia selama ini cuma (telah) menutupi mata dan hatinya. Seolah tidak melihat kepongahan Israel terhadap Suriah dengan dalih Iran.

Jika yang terakhir terjadi maka perubahan signifikan akan terjadi, yakni hubungan Israel -Rusia akan masuk pada babak baru yaitu permusuhan terbuka Israel - Rusia, salah satunya adalah perang elektronik. Saling melumpuhkan radar lalu menghancurkan pertahanan lawan akan menghiasai sepak terjang perang Suriah dan Israel atau menjalar ke timur tengah.

Kepongahan Israel tiada henti dipertontonkan pada Rusia kini berbuah, yaitu menjadikan Rusia sebagai lawan dan melupakan "jasa-jasa" atau perhatian Rusia (Uni Soviet). Terutama dalam PD-2 ketika membantu kaum Yahudi dari kekejaman NAZI Jerman dan menerima mereka menjadi salah satu bagian dalam tentara Uni Soviet.

Uni Soviet juga salah satu pendukung terbentuknya negara Israel. Dua hari setelah Israel mengumumkan kemerdekaannya pada 14 Mei 1948, Uni Soviet adalah negara pertama yang secara resmi mengakui negara  tersebut.

Kini di Rusia terdapat diaspora Yahudi terbesar di dunia setelah di Israel sendiri yakni di kawasan Jewish Autonomous Oblast (JAO) dekat perbatasan Rusia - Tiongkok. Jika terjadi konfrontasi dengan Rusia, Israel akan masuk pada situasi  terburuk bagi warganya pada masa rezim bibi Netanyahu, meskipun Israel jelas akan dibantu  AS (barat). 

Kini Rusia tak mampu menutup mata dan telinganya lagi untuk Israel. Dan itu adalah harga  yang harus dibayar Israel yang selama ini bersandiwara, pura-pura  berteman dengan Rusia padahal di balik itu adalah dusta. Terutama dusta rezim Netanyahu bagi kepentingan politiknya sendiri. 

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun