Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelakor dan Pebinor Makin Kesohor, Mengapa?

28 Februari 2018   00:12 Diperbarui: 13 September 2018   22:35 2071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi. Sumber : http://theinfidelity.com/personal-stories/partner-betrayal-seeing-another-girl/

Ada yang bilang pelakor itu adalah singkatan dari Pencuri laki-laki (laki) orang. Ada juga yang bilang pelakor itu sebutan untuk wanita penakluk laki orang dan ada juga pendapat mengatakan pelakor itu adalah wanita yang merebut laki orang. Entah mana yang betul intinya adalah kata-kata itu kini sudah jamak digunakan terutama oleh kaum wanita dan seolah-olah telah menjelma menjadi sebuah kosakata baru setidaknya kosa kata bahasa pergaulan sehari-hari.

Penasaran saya pun mencari apa maksud dari kata "Pelakor." Pertama saya cari ke Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), tidak ditemukan kata pengertian dari "Pelakor." 

Lalu saya cari ke salah satu situs pencari kata-kata, jawabannya adalah "Pencarian Anda "Pelakor" tidak ditemukan di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bahkan situs tersebut berbaik hati menawarkan saya menemukan kata alternatif lain, "Maksud Anda mungkin : "melakoni,"  begitu kalimat yang muncul di sana (Kalau itu saya mah tahu, bos.. heheheheheee..)

Tidak patah semangat saya terus cari-cari dan cari. Ketemulah dengan mbah Google. Dia memberi banyak pedoman untuk mencari kata-kata itu. Setelah wara-wiri ke sana kemari saya temukan maksudnya tak jauh dari sejumlah pengertian yang telah disebutkan di atas.

Mungkin saya termasuk katagori telat melek istilah tersebut dibanding dengan rekan pembaca, tapi itulah faktanya seperti saya kemukakan di atas saya baru benar-benar tahu istilah itu pada beberapa hari lalu, Pebruari 2018 sekaligus menemukan pasangannya yaitu Febrinur, maksud saya "Pebinor."

Setelah paham dengan kata tersebut saya melihat beberapa video tentang aksi Pelakor sekaligus aksi "heroik" para wanita yang kecolongan akibat suami atau kekasihnya disambar oleh wanita lain. Aksi wanita korban pelakor pada umumnya dipoles hantu angkara.  Meski demikian ada juga beberapa wanita korban pelakor bertindak lebih bijaksana dengan mengunduh video nasihatnya pada Pelakor dengan berusaha tampilan lebih menggoda, lembut, lebih cantik, genit, imut-imut gemana gitu berusaha tabah. Sayangnya dari pancaran bola matanya bisa terlihat setan angkara murka seakan ingin mencelat melumat pelakor yang telah merenggut kebahagian ia dan keluarganya.

Jika seorang suami selingkuh dengan istri orang maka lelaki itu disebut Pebinor. Nah, jika WILnya itu berstatus gadis atau janda maka si lelaki tadi tidak disebut Pebinor, tapi disebut selingkuh dengan WIL. Akan tetapi istri dan keluarganya di rumah menuduh wanita tadi (gadis atau janda itu) adalah "Pelakor." Dari sini saja terlihat bahwa posisi wanita memang tidak menguntungkan

Kini sebaliknya nikh pelakunya adalah wanita (mana ada perebut suami orang lelaki, bukan,hahahaaaa). Jika status pria itu adalah suami orang maka si wanita dinobatkan sebagai "Pelakor." Jika keduanya berstatus lajang atau duda/ janda maka hubungan keduanya adalah hubungan percintaan dan tidak menjadi fokus pada tulisan ini.

Melihat pada penjelasan di atas tidak ada perbedaan penyikapan terhadap Pelakor dan Pebinor. Sikap masyarakat memberi predikat kepada lelaki dan wanita sama dan setara, tidak ada tendensi diskriminatif perbedaaan gender di sana bukan?  Tapi di jagad maya kasus dan ungkapan Pelakor lebih banyak muncul ketimbang Pebinor, mengapa?

Tampaknya ada 3 hal penyebab Pelakor lebih populer ketimbang Pebinor, sebabnya adalah :

  • Wanita tidak dapat menyimpan isi hati, betapapun sabarnya  tapi dari pancaran mata dan sikapnya memperlihatkan kegundahan akibat "dipotong ditikungan" oleh wanita lain. Lalu ia menuangkan dalam bentuk celoteh kesana-sini. Ngerumpi ke sana kemari. Berkoar-koar di media sosial. Menyerang lawan/saingannya tanpa ampun di tempat terbuka  sekalipun. Mengumpat tak berujung hingga terdengar oleh banyak orang.
  • Lelaki Pebinor biasanya lebih banyak bersembunyi. Selain kuatir dihajar oleh suami / pasangan WIL nya juga akibat dilanda perasaan bingung campur aduk antara kasihan pada bini/anaknya dan kasmaran pada selingkuhannya. Lelaki menyikapinya dengan cara sembunyi. Lelaki yang menjadi korban akibat isterinya disambar Pebinor pun banyak yang bijaksana menyikapinya dengan memilih cerai daripada berantam dijalanan apalagi sampai main jambak-jambakan.
  • Ke tiga adalah, pengguna smart phone saat ini menembus ruang batas waktu dan kelompok. Smart phone adalah teman hampir bagi semua termasuk bagi ibu-ibu bahkan omak-omak yang selalu melekat tak bisa jauh sedikitpun. Kehabisan pulsa telepon/ internet (istilahnya paket) bisa bikin panik ketimbang token PLN bahkan kebutuhan buat jajan anak-anak. Dari kelompok inilah berita simpang siur berkembang pesat menembus alam maya jagad raya dengan bumbu-bumbu kata-penyedap rasa. Mungkin dari sinilah asal muasal munculnya istilah tersebut yang kemudian diadopsi oleh kalangan wanita termasuk anak gadis dan anak-anak lelaki hingga terbiasa menggunakan istilah pelakor bagi wanita yang dituding merampas suami/ kekasih orang lain.

Menurut salah satu info, awal munculnya istilah "Pelakor" pada tahun 2017 ketika salah satu aktor (RA) disinyalir berselingkuh dengan seorang artis (ATT) sebagaimana dilansir salah satu sumber  serbatahu.com  seperti terlihat pada screenshot ini :

pelakor-5a945d2c16835f1a1b2f12a2.png
pelakor-5a945d2c16835f1a1b2f12a2.png
Berdasarkan keterangan di atas, tampaknya  trend penggunaan kata Pelakor akan tumbuh berkembang. Pertumbuhan itu bukan akibat aksi Pelakor akan tumbuh subur tanpa rasa malau-malu lagi tapi akibat penyikapan dari kaum wanita itu sendiri terutama dari kalangan ibu-ibu dan anak-anak wanitanya tanpa kontrol sehingga aksi-aksi "demo" mereka dengan meneriakkan kata-kata "pelakor" semakin kencang memperkenalkan istilah tersebut ke masayarakat. 

Sedangkan istilah Pebinor akan kalah pamor dari Pelakor, bukan karena trend aksi Pebinor yang akan menurun melainkan kemampuan tipu muslihat pelaku Pebinor semakin "profesional" sehingga jarang diteriakkan sebagai perebut bini orang "Pebinor".

Pebinor dan Pelakor akan tumbuh berkembang dimanapun dinegeri ini di tengah himpitan hidup makin mendera dan animo hidup mewah berfoya-foya ala hedonisme semakin tak terbendung. Pelakunya tidak musti bergelimang harta atau merana secara ekonomi dan materi. Keduanya menghiasi hiruk pikuk perjalanan umat manusia di dunia ini. Dari kedua aksi tersebut aksi Pelakor akan lebih dikenal dan suatu saat akan menjadi sebuah kosa kata baru, setidaknya kosa kata pergaulan sehari-hari.

Menjadi korban cinta segi tiga oleh pasangan kita  tentu tidak pernah dibayangkan apalagi diharapkan. Akan tetapi jika tidak hati-hati menyikapi pasangan kita mulai hal-hal kecil dalam hubungan keluarga maka potensi timbulnya cinta segi tiga itu bisa terjadi pada siapapun juga. 

Seiring berjalannya waktu pelaku Pebinor dan Pelakor pasti akan ditelan bumi  akan tetapi istilah itu tidak akan hilang begitu saja. Suatu saat nanti akan muncul istilah baru misalnya, Pencuri Suami Orang (Pensor); Perampok Suami Orang (Pokmio); Perayu Suami Orang (Ayu Mio) dan lain-lain misalnya  Velakor dan lainnya. Di sisi lain Pencuri Bini Orang bisa saja berganti menjadi Pembajak Bini Orang (Pembio) atau (Pembabi).  Pengambil Istri Orang (Periong) atau (Pior) dan lain-lainnya sesuai selera masa depan.

Sebagian orang menganggap tak terlalu penting memikirkan kemungkinan tersebut sebab yang terpenting adalah bagaimana agar kita dan keluarga terhidar dari korban cinta segitiga tempat bersemaiknya Pelakor dan Pebinor itu.

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun