Saat kampanye ia berjanji jika terpilih akan meminta Jaksa Agung memilih jaksa yang dapat membuat Hillari Clinton dipenjara dan ia ingin melihat "wanita nakal" itu (sebutan Trump pada Clinton-red) dipenjara. Namun apa yang terjadi, sampai saat ini dia berusaha menggagalkan proses tersebut. Pada 22 Nopember 2017 lalu, juru bicara Gedung Putih mengatakan tidak meneruskan kasus email Clinton dengan alasan "hutang budi" atau masalah psikologis tentang Clinton, sebutnya.
Beberapa kali Trump terlibat bongkar pasang pejabat dan orang kepercayaannya hanya karena informasi suka tak suka sehingga membuat nuansa kerja dan konsentrasi kerja menjadi menurun akibat para pekerja merasa was-was dan terancam diberhentikan.
Perpecahan dengan Menlu Tillerson juga diumbar-umbar ke publik melalui akun media sosial maupun media massa. Hal itu tentu mengurangi kepercayaan bawahannya dan mempengaruhi kekompakan atasan bawahan.
Masih banyak lagi sikap kontroversial Trump yang tidak dapat disebutkan satu persatu pada halaman ini yang membuat kondisi AS berada dalam kegaduhan dan menegangkan, sebut saja ancaman perang terhadap Korut dengan melaksanakan latihan perang bertubi-tubi dengan Korsel dekat perairan Korut, bukan membuat Korut kecut melainkan mengirim pesan pada AS dan Korsel bahwa Korut siap "hancur-hancuran."
Hal lain yang sangat kentara adalah merosotnya mata uang USD terhadap mata Euro atau mata uang lainnya sejak Trump menjabat Prsisen AS. Jatuhnya nilai USD ini yang terburuk sejak Oktober 2014 dan masih sulit bangkit hingga saat ini.
Akan seperti apakah Trump membawa AS dalam papan catur dunia hingga beberapa tahun mendatang, apakah Trump akan mampu menaikkan posisi AS menjadi besar kembali sebagaimana tema kampanyenya "Makes America Great Again," dengan gayanya, ataukah --maaf-- cuma bikin sial AS? Sayangnya jika sial itu terjadi tidak saja AS menanggungnya sendiri melainkan berdampak pada seluruh dunia.
Itulah pilhan terbaik bagi AS. Dan warga AS telah menghabiskan energi sangat besar untuk menghadirkan sang pemimpin ala Donald Trump. Lain dulu lain sekarang tapi sama-sama kontroversial dan berpotensi membahayakan perdamaian dunia.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H