Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Turki Jebak SAA atau Diri sendiri di Al-Bab?

11 Februari 2017   02:00 Diperbarui: 14 Februari 2017   18:38 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trik dibalas intrik. Taktik dibalas anti taktik. Intelijen dibalas kontra intelijen dan strategi dibalas adu siasat, mudah terbaca dalam perang Suriah

Sempat menuai harapan damai setelah pertemuan Astana pada 26 Desember 2016 lalu tampaknya kini nasib damai Suriah kian jauh panggang dari api alias semakin tak berkesudahan sesuai harapan, makin sarat adu taktik, intrik dan siasat.

Beberapa contoh adu siasat membuat upaya damai Astana mirip nasib belasan pembicaraan dan usulan damai sebelumnya berakhir gagal antara lain adalah :

  • Saudi Arabia tidak memperlihatkan tertarik dengan proses damai tersebut. Entah karena tidak dilibatkan atau merasa tidak sesuai dengan strategi dan sejumlah pengorbanan telah dikeluarkan, intinya adalah Saudi Arabia tidak bernafsu pada pembicaraan damai Astana.
  • Pembicaraan damai berlangsung di Astana, demobilisasi dan reinforcement dikalangan FSA, ISIS, SDF/PG dan SAA terjadi di lapangan. Pemboman Rusia terhadap posisi FSA terjadi sehari proses damai ditandatangani. 
  • Dua hari menjelang pertemuan Astana terjadi pertikaian internal di kubu FSA. Kini terdapat dua kelompok utama dalam FSA yaitu kelompok di bawah komando Harakat Ahrar al-Sham (HAS) dengan jumlah pendukung lebih 12 faksi.
  • Empat hari pasca pembicaraan damai di Astana, kubu pimpinan Jabhat Fatih al-Sham atau JFS (dahulu al-Nusra) membentuk organisasi baru, Hayyat Tahrir al-Sham (HTS). Kelompok ini menyerang kubu kleompok HAS dengan alasan mendukung proses damai di Astana. Perpecahan dua kelompok  FSA itu membuktikan prediksi sebelumna bahwa di kalangan FSA sendiri tidak akan dapat bersatu pasca perang Suriah bahkan apabila Assad mampu dijatuhkan.
  • Ofensif pasukan Turki dan FSA dalam operasi Euphrat  Shields mengurung kota Al-Bab telah berlangsung sejak sebulan lalu. ironisnya TAF/FSA tidak mau merapat ke kota Al-Bab dari sisi barat dimana pasukan SAA sedang berusaha mencapai kawasan Al-Bab melalu jalur Noah Brandt dan jalur jalan nasional 212. Di sebelah jalur 212 itu terdapat jalur alternatif (M4) terpisahkan antara 1,8 - 400 meter saja tempat TAF/FSA  standby di jalur M4 tersebut sejak dua minggu lalu. Pasukan TAF/FSA seperti sengaja menanti kedatangan SAA  dari arah Dayr Qaq dengan cara membiarkan  jalur 212  dan jalur M4 sepanjang 3,7 km dilalui SAA untuk mencapai posisi terdekat dengan posisi mereka.
  • Perkiraan akan terjadi clash jika SAA bertemu TAF/FSA benar jadi kenyataan. Ketika pasukan SAA melalui jalur M-4 mereka disambut serangan FSA menyebabkan 2 SAA tewas. 1 tank hancur dan 1 BMP dikuasai FSA.
  • Turki tidak mengakui ada tentaranya terlibat dalam pertempuran itu akan tetapi pada saat bersamaan sebuah je tempur Rusia mengaku salah sasaran menjatuhkan bom pada salah satu kelompok tentara di kawasan dekat pertempuran tadi. Ternyata belakangan baru diketahui tentara Turki tewas akibat serangan "salah sasaran" Rusia itu adalah tiga pasukan TAF. Turki. Bahkan Rusia mengabarkan bahwa Turki menyiapkan anggota intelijen dalam pertempuran dengan SAA -FSA kemarin (10/2). 
  • Setelah tiga pasukan TAF tewas akibat serangan udara RuAF, kini giliran pesawat tempur Turki (TAF) -- saat menyerang posisi ISIS--  juga menyerang posisi SAA dekat Al-Bab. "Turkish air force hit 11 targets, artillery hit 154 ISIS and some SAA target in Al Bab area." tulis sumber  liveuamap.com. 
  • TAF/FSA seperti memasang jebakan-jebakan pada sejumlah wilayah ISIS. Ada wilayah ISIS wajib dikuasai, ada wilayah kesannya dibiarkan meskipun bisa dikuasai dan ada kawasan yang memang tidak ingin dikuasai.  Kawasan wajib dikuasai adalah wilayah harus dirampas dari ISIS. Kawasan dibiarkan adalah wilayah untuk SDF/YPG dan kawasan tidak ingin dikuasai adalah wilayah "diperuntukkan" untuk SAA. 
  • JIka  sebelumnya dalam operasi Eufrat kelompok Ahrar al Sham tidak dilibatkan, beberapa jam lalu saat tulisan ini sedang disiapkan ternyata kelompok ini sudah berada di sekitar Al-Bab bergabung dengan FSA/TAF. Sumber :  twitter.com/metesohtaoglu. Di sisi lain, tercapai kesepakatan langka antara SAA dengan SDF/YPG dalam rangka joint operation menghadapi ISIS di Deir Ezzor. Mungkinkah kerjasama dengan SDF/YPG itu akan membanu menghubungkan The Rojava dari timur ke barat yang kini telah terputus sejak Turki ofensif dalam operasi Eufrate Shilields?

Dok abanggeutanyo
Dok abanggeutanyo
Atas dasar data dan fakta intrik, taktik dan adu siasat dikemukakan di atas, tampaknya the riel Syrian war akan terjadi yakni antara SAA dan afiliasinya melawan TAF dan afiliasinya. Dengan dalih dan alasan serta tujuan apapun lambat tapi pasti Turki akhirnya terjebak dalam kancah perang yang seharusnya tidak perlu ada seperti Rusia sulit melepaskan diri dari perang paling menguras energi Rusia selama ini.

Taktik TAF/FSA mencegah SAA mendekati kota Al-Bab pada 9 Peb 2017
Taktik TAF/FSA mencegah SAA mendekati kota Al-Bab pada 9 Peb 2017
Mengapa disebut terjebak sebab Turki hanya akan menghabiskan energinya untuk tujuan tidak produktif dibandingkan meningkatkan perekonomian sendiri. Sikap Turki juga tidak kompatibel dengan upaya stabilitas keamanan di dalam negeri sebab bukan Suriah mengirimkan aneka teror ke dalam negara Turki selama ini bahkan bukan Suriah dalang kudeta gagal terhadap Erdogan pada Juli 2016 lalu. 

Turki akan terjebak dengan mimpi buruk apabila perang SAA-TAF menjadi pemicu perang besar di kawasan timur tengah. Turki dan negara Arab lain lupa melihat posisi ISIS adalah musuh bersama maka seharusnya diperangi bersama. Juga lupa, di sudut lain posisi Israel duduk dengan sangat manis, mereka pasti akan mengambil keuntungan dari dalam konflik hidup mati Suriah-Turki.

Jika Turki mampu melihat sisi buruk disebutkan di atasi dan mencerna dengan jeli sebaiknya Turki tidak perlu terlibat langsung atau tidak dalam perang Suriah. Fokus penting adalah pada upaya peningkatan stabilitas keamanan dalam negeri mengingat teror melanda Turki telah belasan kali dalam 2 tahun terakhir, maka Turki harus berpikir cool and smart, hehehehe..

Harapan penulis prediksi ini TIDAK akan terjadi dan JANGAN terjadi.

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun