Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengapa Syrian Arab Army (SAA) Terlihat Lebih Defensif daripada ISIS?

17 Januari 2017   14:43 Diperbarui: 19 Januari 2017   06:41 3150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://syria.liveuamap.com/en/2017/16-january-updated-prois-map--and--amaq-claim-that-deirezzor

Tapi peristiwa itu bukan akhir kegagalan SAA sebab terulang lagi bahkan lebih menyakitkan sempat bikin Rusia marah dan curiga pada kemampuan pasukan tempur penjaga Palmyra ketika kota itu jatuh kembali ke ISIS pada Desember 2016 lalu.

Masih berlanjut, kini ancaman tamparan ke wajah SAA bisa terjadi lagi di Deir Ezzor saat SAA mulai kelabakan menghadapi serangan ISIS. Bala bantuan udara tidak sanggup melumpuhkan ISIS yang bersiaga dengan sejumlah misil SAM's mereka siap melumat Heli bahkan pesawat tempur Rusia pada jangkauan efektif misil maut itu.

Kontras dengan situasi di atas, SAA lebih garang menghadapi FSA. Sekuat apapun kelompok pemberontak Suriah dalam payung FSA banyak kasus SAA menang menghadapi perlawanan FSA dari kelompok apapun. Kota Aleppo jatuh dan lepas silih berganti hingga akhirnya dikuasai SAA adalah salah satu bukti betapa kuat dan beraninya SAA terhadap FSA.

Begitu juga di kota-kota lainnya di pegunungan Latakia, sejumlah desa di Ayn al-Khadraa - Wadi Barada atau desa lain di lapangan terbuka di luar Kota Aleppo dikuasai FSA, kerap terdengar SAA jumawa dan sumringah mengandaskan perlawanan FSA dari kelompok apapun meski awalnya juga bikin repot SAA. Tapi mengapa melawan ISIS pasukan SAA sering kewalahan?

Apapun dan siapapun ISIS dan kekuatan apa di baliknya, fakta memperlihatkan bahwa SAA kewalahan menghadapi ISIS. Seilidik punya selidik mungkin inikah membuat SAA sering kewalahan bahkan kalah menghadapi ISIS, yaitu:

  1. Kemampuan menyusup (infiltrasi) ISIS dengan cara berbaur dengan warga sangat ampuh,
  2. Propaganda kekuatan dan kekejaman ISIS, bikin ciut nyali SAA,
  3. Perlengkapan dan peralatan tempur ISIS mumpuni. Aneka jenis roket dan misil permukaan ke udara SAM entah darimana ISIS memiliki dalam jumlah banyak,
  4. Petempur Chechen, familiar dengan taktik tempur Rusia yang kini mengontrol Suriah termasuk pasukan SAA,
  5. Intelijen ISIS 'mampu' mendapat informasi akurat tentang rencana dan jalur akan dilalui SAA,
  6. Semangat anggota ISIS makin menyala akibat dibaiát demi perang 'jihad',
  7. Kerja sama ISIS lebih rapi dan terpadu. Jarang terdengar sesama petempur ISIS saling menyerang meskipun pisah organisasi seperti dilakukan Front al Nusra keluar masuk al-Qaeda-ISIS,
  8. Suplai finansial, amunisi dan senjata berlimpah.

Itulah beberapa hal mengapa SAA lebih lemah menghadapi ISIS. Di pihak ISIS mengetahui hal itu, ISIS menganggap pasukan SAA adalah lawan paling lemah di antara kelompok bertikai dalam Perang Suriah. ISIS lebih kuatir pada SDF/YPG ketimbang SAA. Maka jika dibuat rangking, kekuatan lawan terberat ISIS di Suriah sesuai rangking adalah:

  1. SDF/YPG, intelijen AS yakin kelompok Kurdi ini adalah lawan sepadan dan paling berani terhadap ISIS,
  2. Kelompok elite FSA seperti disebutkan di atas,
  3. Pasukan Suriah dan milisi pro SAA.

Dari gambaran situasi dan kondisi perang Suriah, posisi SAA terhdap ISIS cenderung defensif. Di sisi lain posisi SAA terhadap FSA sejak 2 tahun terakhir cenderung ofensif. Dan di sisi lain posisi SAA terhadap SDF/YPG tergolong protektif. Dan sesuai dengan topik dan tema tulisan ini tentang ISIS dan SAA maka fokus kita tujukan pada ISIS. Mengapa SAA cenderung defensif melawan ISIS?

Beberapa kemungkinan adalah:

  • SAA menyadari bahwa kekuatan ISIS memang kekuatan besar,
  • SAA paham bahwa ISIS melibatkan jaringan intelijen negara kuat,
  • ISIS mengirim sinyal cuma memetakan kawasan tengah dan selatan Suriah untuk tanah impian,
  • SAA memisahkan skala prioritas lawan untuk berbagi kekuatan dan sumber daya terbatas,
  • SAA lebih fokus pada penyelesaian damai dengan FSA baru setelah itu sama-sama melawan ISIS.

Berdasarkan gambaran di atas, jika SAA ingin kuat maka saat nya untuk mengubah taktik perang mereka. Pertama merangkul FSA dan menurunkan kadar bertahan pada prinsip idealis. SAA khususnya pemerintah Suriah harus dapat membuka dialog damai dengan FSA untuk sama-sama melawan ISIS. 

Kedua, strategi defensif diubah menjadi ofensif, dengan catatan apabila sumber daya dan prasarana telah disiapkan dan antisipasi jika ofensif gagal dengan ofensif alternatif musti disiapkan lebih dahulu.

Kelebihan dan kekurangan pemerintah Suriah (pasukan SAA) menghadapi ISIS bisa jadi sebuah masukan untuk siapapun ingin belajar dari sebuah kesalahan di balik konflik / perang Suriah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun