Hampir sama dengan PBB, AS baru mengakui perjanjian damai itu dua hari setelah gencatan dan perundingan damai disepakati di Astana. Entah mengapa kali ini AS sangat terlambat menyikapi hal tersebut
Tiga hari pasca perdamaian dan gencatan senjata, sebuah bom meledak di kota Tarsus menewaskan dua polisi Suriah
Tiga hari pasca gencatan senjata, SAA menyerang Ein Tarma dan Wadi Barada. Pengamat menilai SAA melanggar gencatan senjata meskipun hal itu tak lepas dari sikap warga dan kelompok bersenjata di kota itu tak mendukung gencatan senjata dimediasi Turki - Rusia. Bahkan serangan pertama terhadap posisi SAA di desa Idlib menewaskan dua SAA adalah pelanggaran pertama dalam catatan pengamat.
Empat hari setelah kesepakatan damai dicapai atau tepatnya pada 1 Januari 2017, menyiikapi kondisi dan sikap SAA dan FSA pada sejumlah kasus disebut "pelanggaran" oleh sebagian pengamat pada Suriah, Menteri pertahanan Turki Fikri Isik kepada media berita Turki Anadola Agency mengatakan sejauh ini hal itu belum dapat merusak upaya damai dan gencatan senjata di Suriah," sebutnya.
Dari serangkaian gambaran di atas terlihat bahwa :
- Proses damai made in Rusia Turki memperlihatkan ada kekuatan besar di balik kekuatan Turki dalam tubuh FSA. Di dalam tubuh FSA telah masuk kepentingan negara lain selain pengaruh Turki. Bahkan Turki tidak mampu mengendalikan satuan dan unit tempur ellite seperti Jaish al-Islam milisi asli dominan Suriah seperti Faylaq al-Sham, Ahrar al-Sham, Jaysh al-Islam, Thuwwar Ahl al-Sham, Jaysh Idlib and al-Jabhah al-Shamiyah meskipun grup itu menerima bantuan Turki.
- Kontra intelijen sedang diterapkan oleh kubu Anti damai dengan menggelar demo serentak meminta FSA bersatu tetap berperang melawan SAA dan aliansi Suriah Kelompok pemuka agama dan masyarakat telah digerakkan oleh kepentingan lain untuk tetap meneruskan perang Suriah. Ini artinya perpecahan dalam kubu FSA. Jika mengacu pada 40 jumlah sayap militer disebutkan di atas maka akan terjadi pertempuran baru 13 milisi FSA melawan 27 milisi FSA atau mungkin bisa kurang jika merger terlaksana.
- Kampanye merger FSA berlangsung saat damai saat ini diikuti oleh 13 grup FSA memperlihatkan dalam tubuh FSA terjadi rebutan kekuasaan menentukan kelompok mana selama ini paling berambisi menjadi kubu paling kuat diantara sesama kelompok FSA. Grub FSA dari Faylaq al-Sham, Ahrar al-Sham, Jaysh al-Islam, Thuwwar Ahl al-Sham, Jaysh al-Mujahidin, Jaysh Idlib and al-Jabhah al-Shamiyah adalah kekuatan kuat ang lebih fokus pada kepentingan Suriah tidak untuk kepentingan negara lain walaupun menjadi sponsor mereka.
- Kesepakatan dicapai Iran, Rusia dan Turki adalah sebuah pesan mengandung tamparan ke wajah PBB, UE dan mungkin barat koalisi pimpinan AS. Dewan keamanan PBB buru-buru melaksanakan pertemuan sebelum libur tahun baru agar dapat menghaslkan resolusi meskipun dipenghujung tahun untuk merespon manuver Turki - Rusia. Sepertinya PBB mampu mengantisipasi dalam merespon hasil pertemuan positif damai Suriah disponsori Turki - Rusia sehingga harus meeting dipenghujung tahun.
- Meskipun akhirnya AS mengucapkan selamat atas tercapainya hasil damai tersebut tapi mengapa AS seperti kurang bersemangat? Mungkinkah ini disebabkan karena tidak dilibatkan dalam negosiasi dan proses bahkan dalam implementasi sekalipun. Namun demikian AS seperti biasa akan bereaksi pada saatnya. Pertama mengucapkan selamat atas pencapaian damai tersebut meskipun setelah dua atau tiga hari.
- Kedua, AS akan menyiapkan pembalasan. "Tamparan" ini telak untuk ukuran AS karena kolaborasi Turki - Russia itu mengirim pesan pada dunia bahwa tanpa AS pun proses damai dapat dilaksanakan. Bahkan pesan lebih pahit dan memojokkan adalah seolah-olah AS lah paling tidak senang dengan perdamaian Suriah meskipun untuk dan atas kepentingan negara lain yang bersedia "membayar lebih: untuk itu.
- Masih ingat betapa alotnya pencapaian kesepakatan damai setengah hati AS pada pertemuan Swiss pada 10/9/2016 lalu di Jenewa Swiss? Upaya disepakati AS dan Rusia saat itu terhenti beberapa jam akibat beradu kepentingan Pentagon dengan Senat AS. Menlu Kerry harus menunggu lama proses aproval pihak terkait di negerinya. Dan setelah ditandatangani mucul kabar tak sedap adanya beda sikap antara Pentago, Senat dan Pemerintah Obama.
Pesta Pizza dan Vodka untuk merayakan keberhasilan damai saat itu sekaligus melepas kelelahan juru runding AS- Rusia pun seakan sirna seiring tidak efektifnya implementasi damai setlah itu. Sejumlah poin-poin damai pun tak jelas bentuknya hingga saat ini. Damai itu menguap sendirinya bersama bara api letusan aneka senjata yang membakar seluruh Suriah.
Lebih menyedihkan lagi nasib rakyat Suriah pun semakin pahit. Perang berlanjut dan penderitaan tak berkesudahan, sementara negara sponsor atas dasar kepentingan tertentu bermain di atas jwa dan nyawa rakyat Suriah.
Ketika warga kota Aleppo diberi kesempatan untuk keluar dari zona bahaya kota itu pun masih ada pihak-pihak tertentu melarang bahkan mengancam penduduk kota itu agar tetap tinggal bersama mereka. Provokasi dijalankan dengan aneka tudingan menakutkan jika warga keluar dari kota. Kini mereka sudah tahu dan pasti lebih tahu sehingga kini mereka mulai kembali lagi ke rumah mereka di kota itu setelah kota itu "dibersihkan."
Apakah perundingan damai dan gencatan senjata kali ini akan membuahkan hasil? Menurut informasi proses damai ini disokong PBB dan akan diperkuat lagi oleh PBB dengan mengadakan pertemuan tingkat tinggi di PBB pada Pebruari nanti.
Semoga tidak ada lagi yang bermain-main diatas jiwa dan nyawa rakyat Suriah dengan dalih dan tujuan apapun. Persetujuan damai Iran- Turki dan Rusia kali tak perlu Vodka dan Pizza semoga tidak sekadar damainya para Menlu tiga serangkai diatas saja. Pertemuan lanjutan pada Pebruari 2017 nanti pun tak perlu pesta Pizza dan Vodka untuk mengakhiri perang paling rumit di abad modern di planet ini. Pizzanya buat saya saja.. hehehehee..
Salam Kompasiana