Hampir sembilan bulan lalu tepatnya 27 Maret 2016, pasukan Suriah dibantu sejumlah pasukan khusus Rusia serta dukungan udara jet tempur Rusia dan Suriah melumpuhkan kejaayan ISIS di kota bersejerah dan dilindungi UNECSCO (PBB) yakni Palmyra atau Tadmor. Upaya SAA merebut kota itu tak luput dari pengorbanan salah satu pasukan darat Rusia yang meminta pada komandannya melaksanakan pengeboman pada posisi ia berada daripada ditangkap ISIS.
Adalah Alexander Prokhorenko serdadu Rusia berpangkat Letnan Satu menjadi martir pada 17 Maret 2016 (usia 25) meski mendapat sindiran media barat sebagai Rambo Rusia akibat pilihan gagah berani tersebut. Entah benar atau tidak peristiwa Prokhorenko seperti itu, hanya ia yang lebih tahu. Dari raut jasadnya ketika dipulangkan ke kampung halamannya dan dikebumikan di desa Gorodki pada 6 Mai 2016 sang pahlawan hanya bisa membawa tersenyum, membawa kisah debutnya di Palmyra teramat sadis dan bengis.
Pengorbanan Prokhorenko saat itu tidak sia-sia. Sepuluh hari setelah beristirahat dengan tenang selamanya, kota Palmyra itu berhasil direbut dari ISIS. Sebelumnya kota itu direbut ISIS dari tentara pemerintah Suriah (SAA) dan menjarahnya bahkan merusak artefak penting dunia peninggalan sejarah "tempo doeloe," sejak dikuasai ISIS pada 13 Mai 2015.
Keberhasilan mengusir ISIS jauh ke arah timur Palmyra saat itu adalah sebuah sukses besar. Rusia dan Suriah boleh jumawa. Rusia mendapat pujian internasional atas usaha dan kerja kerasnya melindungi situs milik dunia dari kepunahan dan kehancuran akibat pengrusakan sistematis ISIS. Begitu bangganya Rusia hingga membuat kesan bahwa kota itu benar-benar sudah aman dan tenteram bagaikan kota-kota lain dunia yang memiliki cagar budaya PBB.
Rusia mendatangkan grup konser terkenal Mariin Sky Orchestra dari St Petersburg pada 6 Mai 2016. Pagelaran menawan sore hingga semalam suntuk di pelataran Palmyra Roman Theather ditengah padang pasir Tadmor itu dihadiri pada umumnya warga sipil kota, pasukan Suriah dan Rusia selain itu beberapa pejabat dari Damascus dan Moscow. Peristiwa itu seakan memupus gambaran keangkeran dan ganasnya ISIS di Palmyra sebelumnya. Presiden Putin berkenan memberi kata sambutan jarak jauh dari Moscow.
Namun apa terjadi kini? Hampir 9 bulan kemudian, tepatnya beberapa jam lalu saat tulisan ini disiapkan, ISIS telah menguasai kembali kota Palmyra dan seluruh isina termasuk bandava dan seluruh kota. ISIS maju merangsek maju ke dalam jantung pertahan terluar SAA di pos terdepan Biyarat Muhammad Burman dan pos Khirbat Ibrahim al-Mur'il sejauh 44 km. Padahal akhir Nopember lalu SAA merencanakan ofensif ke al-Sukhinah yang berjarak 53 km dari pos terdepan SAA di Palmŷra paling timur dengan pertimbangan lebih fokus pada ofensif di kota Aleppo.
Namun apa daya meski kota Aleppo telah dikuasai SAA 99% dan kemenanga SAA mutlak diraih SAA di "ibukota FSA" tapi hampir bersamaan SAA harus kehilangan kota Palmyra untuk ISIS tempat Rusia dan Suriah "berbulan madu" merayakan jumawa atas Palmyra sembilan bulan lalu. Padahl tanda-tanda Palmyra akan jatuh ke tangan ISIS telah kelihatan sejak 5 Desember lalu ketika sejumlah penusup ISIS mulai menyerang pos terdepan SAA di timur Palmyra. Namun entah mengapa, untuk kedua kalinya dukungan udara dan artileri SAA - Rusia terlambat memberi pertolongan seperti terjadi di Palmyra saat jatuh ke ISIS sebelumnya.
Keterlambatan SAA dan angkatan udara Rusia juga pernah terjadi ketika FSA bevhasil menjebol pertahan SAA di Ramouseh pada Agustus 2016 lalu sehingga kepungan SAA atas kota Aleppo berhasil dipatahkan FSA sebelum tevkunci kembali sejak awal Nopember lalu dan membuat kota Aleppo jatuh total ke tangan SAA saat ini.
Dari beberapa gambar propaganda ISIS terlihat banyak merebut peratan tempur SAA. ISIS mendapat "pasokan" senjata berlimpah ditinggalkan SAA, antara lain : 30 tanks. 6 BMP . 6 unit 122mm gun. 7 unit 23mm mounted guns. ATGMsLoads of Grad rockets, aneka jenis dan ukuran peluru, kendaraan lapis baja dan APC dan lain-lain. Kondisi ini mengingatkan bagaimana ISIS memperoleh keuntungan sama dari SAA ketika kota itu jatuh ke ISIS pada Mei 2015 lalu.
Akibat kekalahan itu, media barat kini seperti mengolok-olok Rusia, antara lain :
- SAA mempersenjatai ISIS, bukan Arab Saudi, Turki dan Qatar
- Terlalu asik mengebom Aleppio Rusia lupa pada Palmyra
- Di media Twitter, beredar meme kekalahan SAA di mana-mana, salah satu plesetan menyindir pedas SAA dan Rusia adalah Palmyra gave
#ISIS plenty of tanks.
Kemungkinan ini bisa saja terjadi mengiangat saat menggempur palmyra ISIS mengerahkan 4000-an petempur kakap, pelarian dari Mosul sebagaimana diuangkapkan intelijen Rusia pada sumber Ini. (The source described the US plan to transfer the IG militants from Mosul to Syria Special services of the USA and Saudi Arabia agreed to provide the militants "Islamic state" (IG, banned in Russia) and their families to a safe exit from the Iraqi Mosul prior to his assault on the forces of the international coalition. This RIA Novosti said a military-diplomatic source in Moscow,) tulis sumber tersebut dalam bahasa Inggris setelah diterjemahkan bebas dalam bahasa Inggris.
Maka bisa jadi kekhawatiran selama ini akan menjadi kenyataan jika pasukan khusus ISIS lari dari Mosul masuk ke Suriah akan menjadi tantangan super berat dari pernah ada sebelumnya dihadapi oleh tentara Suriah dan Rusia.
Mengantisipasi hal itu dalam kondisi kecewa dan menyalahkan pasukan SAA diniali lemah dan lalai di sana, jet tempur Rusia kembali menyalak. Sekitar sejam lalu hingga saat ini tulisan disipakan telah melaksanakan gempuran lebih dari 60 ke kawasan diuasai ISIS di seluruh Palmyra. Disebutkan oleh israelnationalnews media Israel, sejauh ini telah menewaskan 300 petempur ISIS.
Di kota Umm at Tin jauh di luar Palmira pasukan SAA sedang menyusun kekuatan kembali (reinforcement) untuk merebut Palmyra atau setidaknya menahan laju ISIS agar tidak mengancam kota Homs atau kota besar lain. Oleh sebab itu percepatan pembebasan kota Aleppo diprcepat agar konsolidasi menghadapi ISIS di Palmyra atau di T-4 airbase dapat dilaksanakan segera.
Akan tetapi jika tidak waspada maka SAA akan kebobolan lagi bagian utara kota Hama dan bagian utara kawasan Latakia serta kawasan genting di desa As Sa'an ang dapat memisahkan pasukan SAA di Aleppo dan Hama jika dapat digunting ISIS pada titik sempit tersebut.
Betapa lelahnya pasukan SAA membendung "kebocoran" kapalnya di sana sini agar tidak karam. salah satu buktinya adalah jatuhnya kembali Palmyra ke tangan ISIS sangat mengecewakan Kremlin. Bagi Suriah hal ini bagaikan mengehentikan masa-masa indah SAA - Rusia di kota legendaris tersebut.
Meski demikian kondisinya SAA bukanlah tipe pasukan mudah patah semangat, SAA masih melaksanakan tugasnya membela negara. Mugnkin saja trik dan taktik "tarik ulur" sedang diterapkan agar ISIS keluar dari sarangnya. Selain itu, tentang kalah - menang tidak aneh, sudah biasa dihadapi datang silih berganti. Seperti pertandingan apapun, bedanya yang ini jika kalah atau menang akan berada di atas puing-puing dan kehancuranmasing-masing.
Sementara ini SAA menyerah atas ISIS di Palmyra. Mereka menyelamatkan diri meninggalkan peralatan tempur dan perang berlimpah ruah untuk ISIS. JIKA arwah Alexander Prokhorenko masih gentayangan di atas Palmyra mungkin ia akan tangisi pengorbanannya. "Aku sendirikah ksatria untuk Palmyra dan itu untuk negeri orang," ucap nya lirih melihat betapa lemah pasukan Suriah terutama ketika menghadapi ISIS.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H