Dengan demikian tidak mudah bagi Turki memaksakan keinginannya. Setidaknya keterlibatan Turki berperang di Suriah untuk melumpuhkan rezim Assad akan berdampak pada terjadinya instabilitas keamanan didalam negeri yang dilakukan oleh SDF atau ISIS dan lain-lain sebagaimana klaim Turki selama ini atas sejumlah aksi teror di seantero Turki. Animo atau ambisi Turki menguasai atau menjatuhkan rezim Assad bisa jadi membuat Kurdi Suriah-Kurdi Irak dan Kurdi Iran serta Kurdi di Turkmenistan berubah strategi sikap menjadi berpihak pada Pasukan rezim Suriah.
Prakiaran ini bukan mengada-ada. Buktinya 5 jam lalu saat tulisan ini sedang disiiapkan, pasukan SAA dan SDF Kurdi melaksanakan ofensif ke arah sisi barat AL-Bab. Meski tidak mengarah ke kota Al-Bab tapi kolaborasi"duet" SAA dan YPG ini mampu mencuri wilaah dari ISIS dan menahan tusukan FSA terhadap SDF/PG. Keluihatannya taktik SAA ini bertujuan membantu YPG/SDF menahan FSA atau Turki yang melaju seakan tidak terbendung. Dikabarkan aksi koalisi bingung SAA - YPG/SDF ini telah mampu merebut beberapa desa untuk membuka jalan PG/SDF menuju ke Al-bab dari arah Afrin. "SAA and YPG is advancing in Northern Aleppo (near Tal Shair) and captured the many town (Halish, Sheikh Kife, Juba, Nirbeh)," tulis sumber twitter.com.
Sejumlah negara barat juga pasti mampu mencerna dan menganalisa dengan bijaksana dan obyektif ada apa dibalik ambisius Turki pada Suriah. Mereka--lambat laun-- pasti akan melepaskan dukungannya padaTurki. Itu artinya Turki akan menggantung harapan pada KSA, Qatar, Kuwait, UEA dan kelompok-kelompok bersenjata bayaran dari Chechnya, Sahara dan Afrika Utara, Asia tenggara dan lain-lain. Itu juga artinya adalah biaya keluar akan sangat besar. Belum lagi kelompok-kelompok itu akan melaksanakan aksi balas dendam apabila suatu saat melihat mereka teryata ditelantarkan atau merasa dikorbankan oleh Proksi Turki. Bukan mustahil mereka akan masuk ke Turki dan akan mengacaukan negeri itu.
Oleh karena itu, Turki harus legowo, menerima kenyataan bahwa urusan dalam negeri orang lain biarlah negara itu selesaikan sendiri. Jika mampu berkaca, bagaimana JIKA hal itu terjadi sebaliknya, Suriah memasuki wilayah udara Turki dan menyerang pasukan negara itu, membantu pemberontakan di Turki, membiayai bahkan terlibat perang darat frontal melumpuhkan Erdogan. Apa kira-kira pandangan Turki pada Suriah jika hal itu terjadi di Turki. Tentu tidak adil bukan?
Oleh karenanya sebaiknya Turki memperkecil targetnya dalam konflik Suriah. Jika tidak ingin terlibat dalam pembangunan kembali Suriah pasca reruntuhannya, Turki masih punya target tak kalah humanis lain yakni mengurus pengungsi sebelum dipulangkan kembali ke Suriah dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Dengan sikap itu bisa jadi tak ada "satpun" pengungsi ingin meninggalkan Turki lagi alias akan memilih dan mencintai Turki ketimbang pulang ke Suriah kembali.
Melihat tanda-tanda akan runtuhnya pertahanan akhir pemberontak FSA di Aleppo timur bisa jadi itu adalah sebuah tanda akan berakhirna perang Suriah degan tidak ada kemenangan mutlak di phak SAA dan Rusia, sebab meski pihak kalah jadi debu, pihak pemenang pun jadi arang akibat terlalu banyak korban jiwa dan material ditumpahkan untuk meraih kemenangan semu itu.
Kedengarannya seperti mengejek, tapi jika mampu mengedepankan logika dan tidak apriori ajakan itu sangat ampuh mendinginkan suasana. Mirip kata pepatah lama, panas setahun dihapuskan oleh hujan perdamaian sehari..
Mungkinkah Turki mampu membaca pesan-pesan tersebut ...?
Salam Kompasiana
abanggeutanyo