Setelah pemilihan umum presiden (pilpres) AS selesai digelar biasanya riak-riak kecil protes kubu yang kalah memang selalu ada tapi tidak lama-lama. Sehari setelah pemilu --meski kecewa-- John McCain mengatakan selamat untuk Obama setelah menang dalam pemilu 4 Nopember 2008 lalu. Meski sejumlah pendukung McCain sangat keewa atas kondisi itu tapi hangatnya kekecewaan pendukung McCain hanya beberapa hari saja. Tak perlu lama protes kubu McCain pun larut dengan sendiri. Tidak terjadi protes besar-besaran hingga menganggu ketertiban umum bahkan sampai merenggut nyawa polisi, protes itu lamban laun mereda.
Hal sama terjadi pada kekalahan Mit Romney dari Obama pada Pilpres 2012 lalu. Tak perlu lama, hanya hitungan jam, Romney mengakui kekalahan telak dari Obama dan mengucapkan selamat untuk Obama melanjutkan periode ke dua.
Tapi kini beda. Kemenangan Trump atas Clinton pada pilpres 8 Nopember 2016 lalu meninggalkan kenangan jauh berbeda ditinjau dari sisi apapun. Clinton baru mengakui kekalahan dan mengucapkan selamat untuk keberhasilan Donald Trump pada hari ke tiga, pada Jumat 11 Nopember (Sabtu 12/11/2016) setelah melihat amukan tiada henti sebagian warga AS pendukung Demokrat disejumlah kota-kota utama AS hingga hari ke tiga.
Beberapa jam saja setelah hasil akhir diketahui pada Selasa malam ratusan ribu warga disejumlah kota turun ke jalan melaksanakan protes atas kemenangan Trump dinilai tidak tepat dan dikuatirkan akan membahayakan masa depan AS. Aksi demo tolak Trump terus berlanjut hingga hari ke empat. Bahkan beberapa jam lalu saat tulisan ini sedang disiapkan, The Guardian melaporkan aksi masih berlanjut. Puluhan ribu massa New York "hangatkan" jalan-jalan utama di kota New York. "Anti-Trump protests continue across US as 10,000 march in New York," tulis theguardian.com edisi 12/11/2016 enam jam lalu.
Warga AS khawatir masa depan negara itu di tangan Trump. Tidak jelas apa bentuk kekuatiran atas masa depan AS jika di tangan kubu Trump yang dipersoalkan demonstran Demokrat. yang jelas aksi protes kali ini tergolong aneh, unik dan bisa membahayakan keamanan warga AS jika aksi ini disusupi kelompok-kelompok radikal atau organisasi sakit hati pada AS karena berbagai sebab akibat sejumlah sikap politik luar negeri AS terutama dalam dua dekade terakir dalam 5 pilpres terakhir.
Aneh sebab tidak seperti biasa, protes warga AS seperti kompak dan serentak di seluruh kota-kota besar dan menjurus anarkis
Unik, sebab kali ini pertarungan capres diisi oleh dua kandidat dalam katagori lanjut usia meski ada pendapat baru mengatakan kelompok usia 70 kini masuk katagori orang tua, bukan katagori lanjut usia. Dalam beberapa analisa dua calon Presiden kali ini adalah calon paling buruk pernah ada dalam sejarah pilpres AS. Mungkin berkaitan dengan attitude atau skill bahkan dari sisi emotional quation ke duanya --dinilai-- pilihan paling buruk dalam sejarah pilpres AS.
Membahayakan karena jika melihat pada gejala-gejala protes besar yang meletus dan tidak terkendalikan disejumlah negara lalu pecah menjadi semacam gerakan pembaharuan gejala-gejala awalnya sama seperti sedang terjadi saat ini di AS yaitu demo anarkis menelan korban jiwa, terjadi serentak di sejumlah kota dan berlarut-larut hingga beberapa hari. Jika hal ini terjadi hingga seminggu saja maka potensi menjadi demo jangka panjang akan terbuka lebar dan itu artinya pertikaian dengan kubu pro Trump tinggal menunggu waktu saja.
Atas dasar itu, pihak keamanan AS tentu dihadapkan pada posisi dilematis. Satu sisi menjamin kebebasan demokrasi warganya dan bersikap hati-hati bertindak represif. Namun di sisi lain JIKA potensi membahayakan kemanan nasional tentu saja ceritanya akan lain. Ironisnya kondisi ini diharapkan pihak ke tiga, yakni kelompok atau organisasi yang telah lama memendam dendam dan sakit hati lalu berniat membalas luka lama pada AS dengan menunggangi aksi demo simultan ini.
- Siapakah kelompok pendukung Clinton yang kini rela memperjuangkan anti Trump meskipun tema demonstrasi itu bukan untuk membantu Clinton? Dari informasi daftar pemilih kita dapat melihat beberapa sisi data pemilih Trump dan Clinton. Beberapa data mendasar itu adalah :
- Pemilih Clinton pada di dominasi oleh kelompok remaja. Kelompok usia 18 - 29 tahun mencapai 55%, sementara Trump didukung 37% saja
- Pemilih Clinton pada umumnya kelompok anak muda. kelompk usia 30 - 44 tahun mencapai 50%, sementara Trump didukung oleh 42% saja
- Pemilih Trump didominasi pemilih golongan usia dewasa hingga orang tua. Pada kelompok usia 66 ke atas saja Trump menguasai 53%
- Pemilih Clinton didominasi oleh penduduk kota besar atau kecil. Sebanyak 53% penduduk memiliki hak pilih di kotakota besar memilih Clinton, sisanya untuk Trump 3%
- Pemilih kelompok gay dan pernikahan sejenis mendominasi memilih Clinton sebanyak 78%, sisanya untuk Trump, 14%.
- Pemilih berdasarkan jenis kelamin, 54% pemilih wanita memilih Clinton, Pemiilih Trump 42% . Sebaliknya pada jenis kelamin Pria, posisi Trump mendominasi dengan 53%.
- Pemilih Clinton berdasarkan jumlah penghasilan didominasi kelompok berpenghasilan rata-rata sangat kecil. Pada kelompok hingga USD 30 ribu memilih Cinto mencapai 53%. Di kelompok ini memilih Trump hanya Trump 41%
- Pemilih Clinton berdasarkan penghasilan di bawah USD 49 ribu mencapai 51% sedangkan Trump hanya 42%
- Pemilih Clinton pada umumnya berada di kota kecil dan besar hingga 53%. Sedangkan pemilih Trump umumnya di pinggigran kota dan pedesaan (rurals).
- Pemilih Clinton umumnya kelompok usia muda warga kulit hitam dan putih di kota besar dan kecil.