Melihat pada data di atas, tampaknya hiruk pikuk dan huru hara sedang terjadi hingga hari ke 4 di AS berkaitan dengan aksi demo menolak trump dengan tema hastag "Trump Is Not my President" makin merajalela karena digerakkan oleh kelompok anak muda di kota-kota besar bahkan oleh kelompok leboh berani aitu komunitas berkulit hitam hingga menimbulkan korban jiwa satu polisi tewas akibat ganasnya pendemo. Di portland disebutkan dua polisi kembali kena tembak oleh pihak belum diketahui pelakunya.
Kini kota-kota besar AS mulai didera ketidak puasan pada Trump dalam bentuk demonstrasi menjurus anarkis. Meski pihak keamanan mulai beringas dengan mengingatkan dan mengancam pendemo agar segera meninggalkan aksi dan lokasi Demo tapi aksi tersebt terus berjalan hingga masuk hari ke 4 saat ini.
Dari Los Angeles ke Nebraska dijejali pendemo. Los Angeles; New Haven, Connecticut; Orlando; Chicago; Boston; Asheville, North Carolina; Nashville; Columbus, Ohio, Denver ; Omaha dan Nebraska banak terlibat aski jalan kaki pelajar SMA dan Mahasiswa. DI kota-kota itu banak kaca toko di pusat bisnis bepecahan. Mereka melakukan aksi protes dengan tema sama yaitu menolak Trump dengan alasan :
- Rasisme atau menganut paham dan sikap perbedaan manusia
- Seksi (seksime) merendahkan atau mengeksploitasi wanita di bawah pria
- Homophobia (anti LGBT)
- Xenophobia (takut atau benci pada orang asing)
Mungkin tuduhan dan aksi demo itu berlebihan karena demo hanya pada lokasi kecil saja dari kondisi aman seluruh penjuru kota-kota disebutkan "panas" di atas. Secara umum kondisi kota-kota itu tenang-tenang saja. Mungkin saja demo itu dibesar-besarkan akibat ditunggangi pihak LGBT dan lain-lain. Meski demikian patut diwaspasdai adalah akan seperti apa jika Demo itu berlanjut terus menerus hingga menganggu keamanan, perekonomian dan bisnis AS. Inilah hal terpenting patut diwaspadi pendemo.
Melihat gejala itu, pada akun twitterna Trump menyindir beberapa kali bahwa aksi itu dibesar-besarkan oleh media massa. Aksi itu tidak adil dan tidak elegan "tulisnya" beberapa kali di laman twitternya.
Entah apa ang dipikirkan Trump seakan ia kini larut dalam eforia kemanangannya. Entah ambisius atau memang seperti itulah proses serah terima Gedung Putih dari Presiden sebelumnya untuk Presiden pengganti, dua hari setelah kemenangannya Obama menerima Trump di Gedung Putih. Entah itu undangan atau kunjungan mereka terlibat pembicaraan tentang asset Gedung Putih impian politiikus AS.
Setelah bertemu Obama, kepada pers Trump menatakan Obama telah sukses memimpin AS pada masana. Dan ia adalah sangat baik, sebut Trump seakan kontradiktif dengan segudang pernyataan dan tudingan pedasnya pada Obama. Salah satu tudingan paling hot atau terkenal adalah Obama pelindung ISIS.
Apapun kondisi tentang Trump faktana adalah ia telah menjadi Presiden AS. Pantas saja senator Demokrat, menyatakan kondisi apapun ia tidak dapat membantu Clinton sebab pilpres sudah usai dan faktana ia menjadi Presiden.
Begitulah John Donald Trump. Ia berhasl mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. Lebih setahun lalu, pada 14 Juni 2016, setelah mendaftar pencalonanna ia katakan bahwa ia akan menjadi Presiden AS paling hebat yang pernah Tuhan ciptakan untuk AS.
Benarkah seperti itu? Tentulah sang waktu yang akan membuktikannya ditengah amukan sebagian anak-anak muda AS pada "orang tua" mereka atau yang mereka tuakan ang menduga Trump justru akan membuat kacau AS. jangan sampai pihak ke tiga menunggangi aksi itu.
Setidaknya demo besar seantero AS kali ini tidak dimanfaatkan untuk kepentingan LGBT. Selain itu, soal pengamanan demo besar jangan gengsi-gengsi, paman Sam perlu belajar ke sini, hehehehe...