Ada pendapat mengatakan, potensi perang AS dan Rusia sedang menghangat kembali saat ini adalah salah satu upaya politik di AS melalui pengaruh militer untuk memperpanjang masa kekuasaan Presiden Barack Obama, terutama sekali setelah publik melihat dua calon presiden terpilih untuk maju dalam konvensi nasional (Hillary Clinton dan Donald Trump) kurang cocok memimpin AS masa depan dalam melanjutkan atau mengembangkan kebijakan luar negeri dan hegemoni AS di seluruh dunia.
Clinton atau Trump adalah sebuah kenyataan calon presiden AS 2017 meski keduanya dianggap kurang tepat dan mungkin membahayakan masa depan AS. Setidaknya demikian issu berkembang sebagaimana dikutip pada sumber americanthinker dan fortune. Meski sumber-sumber itu tidak generalis atau tidak mewakili pedapat umum ke dua sumber itu menguraikan mengapa ke dua pilihan itu adalah pilihan paiing buruk pernah ada untuk sejarah pilpres AS.
Meski tidak generalis tak salah juga mengantisipasi kedua sumber tesebut terutama setelah melihat gelagat AS semakin membingungkan jelang pelaksanaan Konvensi Nasional untuk menetapkan Clonton atau Trump sebagai Presiden AS ke 45 menggantikan Obama pada 20 Januari 2017 nanti.
Beberapa keanehan menjurus membingungkan telah diterapkan AS --sejak setahun terakhir-- khususnya dalam aksi "catur politik" melawan Rusia terutama pada konflik Suriah, antara lain adalah :
- Membentuk pemberontak moderat Suriah dengan mengucurkan bantuan finansial, pelatihan dan peralatan tempur ratusan juta dolar namun akhirnya AS mengakui sendiri bahwa bantuan dan kerjasama itu telah gagal mencapai sasaran (meski bantuan persenjataan itu juga telah diterima oleh kelompok non Moderat).
- Bersekutu dengan Turki dalam NATO tapi Turki menemukan indikasi AS terlibat dalamkudeta gagal terhadap Erdogan pada 15 Juli 2015 lalu.
- Bersekutu dengan Turki tapi AS bekejasama dengan kelompok militer Kurdi Suriah SDF/PG padahal kelompok kurdi ini --seperti Kurdi Turki dan Irak-- ditetapkan sebagai teroris oleh Turki
- Ketika Turki melaksanakan operasi pembebasan Jarablus melalui sandi Eufrat Shield Operation sejak awal September lalu banyak milisi SDF tewas di tangan Turkii. Terhadap hal ini AS meminta SDF agar tidak berperang dengan Turki JIKA tidak ingin kehilangan dukungan AS
- Bersedia kejasama dengan Rusia dalam beberapa kali kesepakatan terbatas akan tetapi AS tidak memperlihat interes postif pada kejasama itu sehingga inisiatif demi inisiatif usulandamai terus menerus bergulir silih berganti dengan usulan baru diusulkan oleh berbagai kalangan bahkan dari Rusia sendiri tidak menarik minat AS akibat berbagai alasan politis
- AS tidak memenuhi permintaan Rusia meredifinisi mana kelompok moderat dan mana teroris diantara hampir seratusan grup FSA di seluruh Suriah. Kenyataannya AS memberi bantuan senjata pada beberapa kelompok yang oleh AS sendiri menyebutnya sebagai teroris pada kebijakan lain pada "Foreign Terrorist Organization" (FTO) seperti Al-Nusra Front.
- AS tuding Rusia melakukan kekejaman dan kejahatan perang terhadap warga Suriah tapi disisi lain tidak menyebut apaapa atas aksi serangan bom oleh pesawat tempurArab Saudi tehadap warga Yaman
- AS membiarkan Israel membombardir posisi pasukan rezim Suriah (SAA) di perbatasan Suriah - Israel di dalam kawasan teritorial Suriah di Provinsi Quneitra
- AS membombardir pasukan SAA saat bertempur dengan ISIS di pinggiran kota Deir Ezzor akhir September lalu menebabkan 64 SAA tewas seketika dan ratusan lain luka-luka dan cacat seumur hidup
- AS menuduh Rusia telah melancarkan perang cyber pada jaringan internet pemilu Presiden AS. Mentei petahanan AS, Axh Cate jelas-jelas mengalamatkan tuduhan pada Rusia tentang hal ini. Ash Carter issued a public warning to Moscow last week while in Europe. "We will not ignore attempts to interfere with our democratic processes," Carter said. Asked later to elaborate, Carter said he was referring to Russia's use of hybrid warfare, tulis sumber seattlepi.com edisi 7/10/216,
- Kasus terakhir terjadi pada 7 Oktober 2016 lalu, AS melakukan pengecatan mirip pesawat tempur Rusia pada pesawat tempur mereka. Aksi ini dilakukan ditempat terbuka dan secara terbuka ini mengandung pesan sangat dalam dan akan dibahas di bagian bawah tulisan ini. Banyak pendapat menilai aksi "Tukar Bendera" AS itu betujuan membuat bebagai pihak marah pada Rusia dalam perang Suriah, "With many saying Washington plans to conduct false flag attacks in Syria and blame them on Moscow." tulis sebuah sumber di macedoniaonline.eu.
Fakta di atas adalah tentang kebingungan diperlihatkan AS menghadapi pengaruh Rusia di Suriah. Sejumlah kebingungan AS itu jika dikaitkan dengan kondisi Pemilu AS apakah benar pengaruh militer AS (Pentagon) sedang membangun konspirasi dengan politkus AS -sebagaimana dituduhkan beberapa pengamat- untuk memperpanjang masa jabatan Obama, setidaknya memperpanjang masa berkuasa Obama untuk masa transisi?
Pergantian kepimimpinan AS pada masa perang bukan terjadi pada masa kini saja. Pada masa perang AS 1812, pada masa perang saudara AS 1864 pun proses suksesi kemimpinan melalui pemilu presiden tetap berjalan. Mungkin itu bukan perang resmi dengan negara lain, tapi pada masa PD-1 dan PD-2 suksesi kepemimpinan pun tetap berjalan. Bahkan pada masa perang Vietnam suksesi kepemimpinan tetap berjalan sesuai undang-undang, presiden Lyndon Johnson mewariskan perang Vietnam pada Richard Nixon. Selain itu pada perang Teluk Bush mewariskan pada Obama penggantinya.
Memang pernah ada upaya politik menekan kongres untuk mengamandemen UU AS pada masa Presiden Harry S Truman, akan tetapi pada 1947 anggota Kongres saat itu justru memperkuat posisi UU itu. Pada 1951 Kongres meminta seluruh (3/4) AS menerapkan UU tersebut sekaligus mencegah upaya memperpanjang masa jabatan Truman dan digantikan oleh Dwight D Eisenhower pada 20 Januari 1953.
Kesimpulannya, meski perang seklipun suksesi kepemimpinan melalui cara demokratis tetap akan dijalankan. Bahkan PD-3 sekalipun BELUM ada indikasi Kongres AS akan mengubah UU AS tentang hal itu. Terlalu mahal biaya harus ditnaggung AS jika harus menghadapi PD-3 hanya untuk memperpanjang masa jabatan Obama melalui masa transisi.
Lalu mengapa dan untuk apa AS melakukan hal-hal membingungkan secara vulgar seperti disebutkan dalam konflik Suriah?
AS tidak akan diam siapapun yang mencegah atau melawan hegemoni AS di seluruh dunia. Pengaruh AS yang besar dan komitmen barat mendukung kepentingan AS menjadi kendala besar negara manapun mencoba menghalangi niat paman Sam. Pentagon dan CIA menjadi garda terdepan AS mewujudkan hegemonina atas dunia hingga masaakan datang.
Tidak beruntung, kali ini AS menemukan lawan benar-benar pemberani dan hampir setimpal. Bisa dibayangkan apa jadina jika bukan Rusia menjadi lawan adu strategi AS di Suriah saat ini tapi sebuah negara lain katakan saja Suriah sendirian atau Libia bahkan Mesir misalnya, mungkin tak perlu banyak waktu AS mengumbar adu taktik sebagaimana sedang terjadi dengan Rusia saat ini di Suriah.
Strategi intelijen AS di diimbangi Rusia dengan strategi intelijen. Upaya diplomatik dihadapi dengan diplomatik. Uslan dialog juga dihadapi dengan dialog. Perang opini media massa juga dilawan dengan opini bahkan kamuflase pesawat dan infiltrasi dilawan juga dengan cara yang sama. Pendek kata, AS menemukan lawan seimbang untuk beradu trik dan intrik di Suriah. Kadang keduanya hampir putus asa, sekali-sekali terlontar kata-kata ancaman berupa PD-3 akan pecah jika AS atau Rusia melakukan "ini" dan "itu."
Berdasarkan kajian di atas, Pentagon menjalankan taktik dan strategi rahasia dan diluar kebijakan pemerintah dan kongres AS dalam konflik Suriah. Pertentangan sengit sedang terjadi antara pemerintah dan kongres dengan Pentagon. Di sisi lain tidak ada undang-undang menyetujui perpanjangan masa jabatan presiden meski untuk masa Transisi dengan alasan negara sedang dalam kondisi perang
Pentagon dan CIA memiliki interes tertentu mewujudkan pengaruh AS di seluruh dunia, akan tetapi upaya menggagalkan hasil pemilu presiden AS --meski untuk sementara waktu-- tidak akan bisa terjadi. Jika rencana ini tercium publik AS, bisa jadi para petinggi di Kementerian pertahanan dan Centcom akan "tamat" riwayatnya. Apalagi jika ada petinggi militer dan poltiik ingin membawa warga AS masuk dalam kancah PD-3 saling lontar misil nuklir the great Bunker Buster dengan kelompok Rusia,
Masih banyak warga AS (Kongres) tetap rasional jalan pikirannya. Mereka tak ingin membawa AS masuk dalam kancah kehancuran pembawa malapetaka dan kemunduran ekonomi bagi warganya. Masih banyak warga AS tidak akan membiarkan rencana itu terjadi.
Clinton atau Trump akan menjadi presiden AS, itulah fakta dan kenyataan pilihan rakyat AS meskipun mungkin itu ang terburuk. Pentagon dan CIA tidak akan mampu mengkondisikan amandememen memperpanjang jabatan Obama.
Setan Lucifer pun terpaksa harus menerima salah satu dari kedua calon itu. Setidaknya dengan itu akan menambah tebal cerita-cerita mitos tentang pesona dirinya sebagai penghuni, penguasa dan berpengaruh untuk AS, disamping pejabat tinggi dan penguasa AS lainnya, hehehee..
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H