Apa jawaban Rusia? Seakan bergeming Rusia malah makin kalap. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menuntut janji AS memisahkan mana pejuang moderat dan mana kelompok teroris.
Pejabat Rusia memberi peringatan pada AS, menghentikan dialog damai Suriah akan menjadi "kado istimewa" untuk terorois. Kado istimewa itu adalalah memberi izin penggabungan antara kelompok al-Nusra ke dalam kelompok militian pejuang FSA. Memberi bantuan pada al-Nusra dan melakukan pengeboman sistematis terhadap pasukan SAA sedang bertempur melawan teroris, ISIS.
Maria Zakharova, jurubicara Kemenlu Rusia mengingatkan AS tentang hal di atas. "If we talk about ‘gifts to terrorists’, they certainly include the merger of al-Nusra with the ‘moderate opposition’; the delivery of relief aid to the militants and the bombardments of the Syrian army, which is fighting against the ISIS," tulis Zakharova di laman Facebookna. Sumber tass.com.
Di medan laga Suriah sikap Rusia tidak mengendur. Jubir Kremlin mengatakan Rusia akan tetap membantu pasukan Assad dan pengeboman terhadap Aleppo timur akan dilanjutkan, sebutna dan mengabaikan peringatan AS.
Di medan dilpomasi Lavrov berhasil menjalankan politik tarik ulur sebuah cara jalin kontak dan ulur pembicaraan damai dengan AS guna mempertahankn posisi Assad hingga lebih lama dibanding upaya menjatuhkan Assad seperti terjadi pada Kahdafi dan Saddam Hussein bebeapa tahun lalu dan sebelumnya .
Tampaknya Rusia menjalankan dua strategi sekaligus yaitu Perang dan Dialog damai. Strategi melalui Perang (pemboman massif) untuk membalas tipu daya AS dan penolakan FSA pada tawaran Rusia agar FSA keluar dengan aman dari Aleppo beberapa waktu lalu ketika kota itu berhasil dikepung total pada fase kepungan pertama Juli lalu sebelum diputuskan kembali oleh FSA dua mingggu kemudian.
Melalui dialog damai dilakukan untuk mengulur waktu dan memperpanjang masa pemerintahan Assad dam menjadi kemenangan politis Rusia karena Assad tidak berhasil disingkirkan dengan cara apapun oleh AS.
Pembalasan Rusia?
Michael Kofman of the Wilson Center's Kennan Institute, menilai Rusia melaksanakan dua strategi akni negosiasi dan perang. Melalui negosiasi telah mengunci AS untuk ikut menetujui langkah-langkah diplomasi Rusia, setidaknya mampu mengulur waktu untuk rezim Assad. Sedangkan melalui perang Rusia mampu memisahkan pejuang moderat dengan pejuang jihad. Sejauh ini, kedua strategi itu berhasil dijalankan Rusia, sebut Kofman di Sini.
Pengamat lain Roger McDermott, salah satu pengamat senior di Eurasian Studies dari Jamestown Foundation menilai langkah Rusia unjuk gigi pada barat bahwa Rusia mampu melaksanakan operasi perang skala raksasa mulai dari logistik, intelijen, informasi, koordinasi dan menggerakkan mesin perang jauh dari Moskow ke negara lain dengan baik.
Istilah "Pembalasan Rusia" tampaknya tidak enak didengar seolah-olah tragedi hilangnya nyawa manusia secara massal hanya akibat labilnya emosi seorang kepala negara yang tidak pantas memimpin sebuah negara besar. Akan tetapi JIKA memperhatikan secara seksama apa yang telah disebut di atas bisa jadi hal itu adalah sebuah konsekwensi logis akibat lawan lebih memilih perang ketimbang mengikuti langkah damai termasuk himbauan keluar dari Aleppo dengan aman.