Perang Suriah semakin lama makin memperlihatkan wujud asli kepentingan apa dibalik proksi terlibat di dalamnya. Amerika Serikat misalnya, pelan tapi pasti kian memperlihatkan superioritasnya termasuk terang terangan membela sekutunya dalam usaha menggulingkan pemerintahan demokratis rezim Assad dan mewujudkan harapan negara federal Kurdi Suriah.
Sementara itu Rusia juga makin ganas menyerang apapun hinnga seperti tak mampu membedakan lagi mana fasilitas sipil atau militer lawan-lawan Assad. Base camp milik pasukan khusus AS dan Inggris dekat perbatasan Jordania pada akhir Juli lalu pun hancur hingga sempat menegangkan dunia meski berusaha ditutupi.
Di sisi lain perang sesungguhnya antara pasukan pemerintah Suriah (SAA) dengan pejuang Kurdi Suriah akhirnya pecah pada 16 Agustus 2016 lalu di ibukota provinsi Al-Hasakah sebuah wilayah dikuasai SAA yang terisolasi dalam kepungan Kurdi Suriah tepatnya di ibukota Al-Hasakah dan Qamishli dekat perbatasan Turki. Kedua kota ini dikepung militer dan milisi Kurdi Suriah (YPG/YPJ dan polisi elite Asayish forces.
Sempat beberapa kali dapat diredam kembali oleh petinggi militer kedua pihak melalui gencatan senjata terutama inisiatif SAA, tetapi sejak awal 2016 ini tanda-tanda meningkatnya kemampuan pasukan YPG dan Polisi Rojava Asayish makin pesat. Konflik dengan SAA sepertinya tinggal menunggu waktu.
Kenyataannya benar sekali pada 16 Agustus SAA memberi ultimatum akan melancarkan serangan udara setelah melihat pergerakan sejumlah unit khusus YPG dan Rojava Asayish dan saudara sekutu PKK menyerang ibukota Al-Hasakah
Sialnya ancaman itu bukan mengehentikan pergerakan Asayish dan YPG melainkan semakin tertantang lebih berani. Akhirnya pada 16 Agustus pecahlah perang kedua pihak yang sama-sama memerangi ISIS tersebut. Kawasan ibukota Al-Hasakah dengan mudah direbut pasukan Asayish. Kini hanya tertinggal 1/4 saja tersisa posisi SAA dari kondisi sebelum perang 5 hari terakhir. Pasukan Asayish mengzinkan SAA dan milisi pendukungnya keluar dari kawaan itu jika ingin keluar dengan damai.
Lebih dari itu kota besar disebelahnya, Qamishli yang telah ditetapkan sebagai ibukota Federal Kurdi juga mulai terancam akan diduki pasukan YPG dan polisi khusus Rojava Asayish dalam waktu dekat ini. AS siap membantu merealisasikan rencana tersebut.
Meski banyak pihak tak menginginkan perang Suriah berlanjut tapi banyak juga pihak menanti pecahnya perang antara SAA dengan Kurdi Suriah. Kemampuan SDF, YPG dan Asayish dinilai media barat sebagai unit paling tangguh dan sangat disegani ISIS dan lawan lainnya di dalam konflik Suriah.
Pemerintah Suriah kelihatannya paham hal itu dan telah lama berusaha menghindari perang dengan unit dalam YPG meskipun perang sporadis antara kedua pihak kerap terjadi beberapa kali. Tahun ini saja -sebelum peristiwa diatas- telah terjadi dua kali eskalasi antara SAA dan YPG di kota Al-Hasakah pada Pebruari dan Mei lalu.
Mengapa rezim Suriah memilih menghindar dengan menawarkan gencatan senjata tak lain akibat kemampuan terbatas dan posisi dilematis SAA dalam menghadapi aneka fron melawan 3 hingga 4 kelompok sekaligus musuh-musuh mereka, yaitu :
- Kelompok FSA dan 20 grup milisi termasuk pasukan bayaran dari negara pendukung FSA
- Kelompok ISIS termasuk pasukan bayaran pendukung ISIS
- Kelompok Kurdi (YPG/YPJ) dan polisi khusus Asayish forces bahkan saudara mereka PKK
- Pasukan negara asing masuk dalam ke tiga kelompok tesebut di atas
SAA vs YPG dan penantian panjang
FSA paling antusias menanti perang sesungguhnya antara SAA dengan YPG. Alasannya jelas semakin mudah meraih kemenangan, Lima tahun perang belangsung adalah sebuah fakta FSA belum mampu meraih kemenangan sejati berupa penaklukan ibukota Damaskus atau menangkap Assad hidup atau mati atau setidaknya melengserkan Assad sebagai presiden Suriah dan "mengandangkan" seluruh unit militer SAA dan milisi didalamnya.
Alasan lain adalah pasukan SAA dan milisinya akan kelelahan dan jenuh akibat harus peras taktik dan membagi kekuatan kembali di berbagai fron melawan berbagai kelompok musuh mereka, sementara korban jiwa dipihak SAA makin berjatuhan mirip mangsa empuk kelompok FSA. Kondisi ini jelas akan mengurangi konsentrasi dan daya gempur SAA terhadap kelompok FSA dan afiliasinya JIKA kekuatan SAA tercurah pada fron baru dan lebih kuat.
Kondisi itu menjadi peluang besar bagi 20 unit grub milsi dalam payung FSA untuk merebut seluruh Aleppo. Apalagi jika kantong YPG di kota Aleppo timur juga ikut andil melakukan perlawanan terhadap SAA meskipun setelah itu akan muncul potensi konflik baru antara FSA dan Asayish/YPG di Aleppo timur. Sebagaimana diketahui kantong kecil Kurdi di Aleppo timur selama ini merasa lebih nyaman disamping SAA. Mereka lebih koperatif termasuk membantu SAA saat mengurung FSA di kawasan Castello road pada awal Juli lalu.
Selain FSA, negara lain juga menanti pecah perang antara SAA dan Asayish. Tak lain, adalah Amerika Serikat- Arab Saudi- Qatar dan Turki telah lama menantikan hal itu. Bahkan AS telah berjasa membantu SDF/YPG menumpas ISIS di bebagai fron melawan ISIS kini tegas melarang seluruh grup dalam SDF, PG dan Asayish bernegosiasi dengan Rusia terkait masalah Suriah sebagaimana disebutkan oleh Talal Silo jurubicara mliter SDF dkutip dari twitter.com saat tulisan ini sedang disiapkan.
Selain itu pesawat tempur koalisi pimpinan AS meningkatkan patroli udara di kawasan utara Suriah untuk mencegah pesawat tempur SuAF menggempur pasukan Kurdi Suriah. Kemungkinan besar duel udara mirip pertempuran dalam mitos David melawan Goliath -diatas kertas- jelas Goliath AS lebih unggul dan diprediksi akan mampu merontokkan pesawat tempur Suriah satu persatu. Pentagon telah menerbitkan perintah pada pilot AS untuk menembak jatuh setiap pesawat Suriah yang datang menyerang kawasan Kurdi Suriah.
Tentu saja ISIS sendiri juga menanti perang SAA dan Kurdi Suriah untuk mengambil keuntungan tersendiri guna memperkuat posisi mereka menghadapi ofensif YPG dan FSA jika rezim Suriah akhirnya punah atu setidaknya tinggal sejarah.
Perang SAA dengan YPG kali ini adalah pertempuran hebat dan terkuat. SAA menyadari hal ini, pertempuran dengan YPG adalah perang hidup mati mereka bagi Suriah. SAA akan menghadapi perang paling keras dari sejumlah peristiwa perang sebelumnya selama konflik Suriah. Kelompok YPG telah lama menanti momentum menamatkan riwayat "pemerintah teroris Suriah." Pejuang Kurdi sudah tak sabar ingin menyatukan dua kantong kecil masih diduduki SAA di dalam wilayah mereka.
Pantas Presiden Turki memberi tanggapan mengejutkan, bahwa Turki tidak akan membiarkan Suriah terkoyak-koyak oleh perang sektarian di negara itu dan meminta Suriah melihat YPG sebagai ancaman baru paling berat untuk Suriah.
Di sisi lain PM Turki menyayangkan tindakan jet tempur Suriah melaksanakan serangan udara ke Al-Hasakah karena tindakan itu menjadi bumerang bagi Suriah sendiri.
Berdasarkan gambaran di atas, konflik Suriah memang semakin komplit dan kompleks. Oleh karenanya skema baru dalam konflik Suriah juga akan mengalami perubahan besar yaitu :
- Militer China mulai terlibat di Suriah dengan tujuan awal melatih pasukan SAA
- Turki menjauhi AS, tak percaya pada maksud dan tujuan murni pada awal AS terlibat dalam konflik Suriah
- Turki akan mempertimbangkan mendekat ke Suriah setidakna pada Rusia
- Turki dan Arab Saudi akan mencapai titik perbedaan sangat kuat dan tajam dalam konflik Suriah terutama pada perubahan sikap Turki lebih pragmatis dan moderat menerima Assad dalam masa Tansisi meski tetap menolak keas kebedaan Assad dalam pemetintahan di masa ang akan datang. sebut Binali Yildirim. PM Turki sebagaimana dikutip dari situs berita online, www.belfasttelegraph.co.uk. "Turkey is willing to accept a role for Syrian president Bashar Assad during a transitional period but insisted he has no place in Syria's future," ujar nya sambil menggaris bawahi Turki akan kembali intensif fokus pada masalah Suriah dalam enam bulan ke depan.
- Meski dikawal jet tempur Rusia, pilot AS akan menembak jatuh beberapa pesawat tempur Suriah
- Rusia tak akan bernegosiasi lagi dengan AS dalam konflik Suriah karena merasa dipencundangi terus menerus dalam proses tawar menawar kerjasama tidak jujur
- Rusia akan meningkatkan ketegangan skala tinggi pada AS dengan aksi mengawal pesawat tempur Suriah dan melaksanakan pengeboman terhadap YPG dan unit lainnya.
- Turki mengambil kesempatan membantu pengeboman terhadap Kurdi Suriah meski tidak akan masuk dalam koalisi Rusia
- FSA mengambil kesempatan merebut seluruh Aleppo jika pertempuran sengit pecah antara SAA dukungan Rusia dengan Rojava Asayish Force dukungan AS di kawasan Al-Hasakah dan Qamishli.
- ISIS tidak menyerang SAA. Mereka lebih fokus pada reinforcement dan mengatur srtategi defensif dari ovensif ISIS dan FSA saat kedua kekuatan itu nanti meraih kemenenangan dalam perang saudara di Suriah. Tak tertutup kemungkinan ISIS akan membantu SAA apabila terjadi kesepakatan baru dengan Rusia tentang masa depan ISIS di Suriah seperti Kurdi Suriah memperoleh otonomi khusus sejak 2013 lalu.
Sementara itu Israel dibalik layar memonitor perkembangan sekaligus menaruh harapan besar pada Rojava mewujudkan impian negara federal di kawasan utara Suriah. Setidaknya dengan itu akan menghentikan impian Suriah merebut kembali dataran tinggi Golan JIKA menang dan mengatasi perang saudara di dalam negeri sendiri. .
Lambat tapi pasti konflik Suriah pasti akan menyeret sejumlah negara terlibat didalamnya semakin dalam teperangkap dan terpuruk di dalam lumpur balas dendam dan adu strategi tiada habis-habisnya. Semakin komplit pihak terlibat di sana akan semakin kompleks atau rumit juga masalah Suriah.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H