Apa dan siapakah Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Indonesia tak perlu lagi disebutkan, pasti semua sudah mengetahui kiprah 'Super Woman'' dalam blantika ekonomi, moneter, perbankan nasional dan internasional milik Indonesia satu ini. Oleh karenanya tulisan ini juga tidak membahas lagi sederet catatan kontroversial pro dan kontra SMI saat dipinang WorldBank atau WB dalam hiruk pikuk sentimen Bantuan Likuiditas Bank Indonesia atau BLBI dan isue lainnya beberapa tahun lalu.
Kita fokus saja pada bagaimana sang maestro ekonomi kita ini bisa kembali hadir dalam kancah pemerintahan dan politik Indonesia meski ia bukan seorang politkus setidaknya harus bersenawa dengan arah politik pemerintah berkuasa saat ini dibawah presiden Jokowi.
Apakah semudah membalikkan telapak tangan menghadirkan kembali Sri Mulyani Indrawati (SMI) ke Indonesia ketika sejuta kenangan tak sedap belum terhapus dari ingatannya? Sejuta cibiran menghiasi belantara berita nasional pada saat itu seolah ikut mengantar ''kepergian''nya.
Lambaian tangan selamat tinggal ditambah senyuman pahit tak mampu menekan sejuta kegelisahannya saat harus memilih jalan hidup baru di AS. Lalu badai "Sistemik" terkait keibajakan kontoversialnya pada sejumlah masalah ekonomi, moneter dan pebankan awalnya dikuatirkan mengancam Indonesia secara lambat tapi pasti pelan-pelan hilang bersama angin seiring dengan kepergiannya.
Tiba-tiba SMI comeback dan mengisi kembali papan catur pemerintahan selain kejutan tentulah timbul pro dan kontra. Mengapa hati SMI melunak dan siapa yang telah melunakkan hatinya -selain Tuhan yang Maha Kuasa- sehingga SMI comeback tentu sesuatu lebih menarik kita ketahui ketimbang membahas ragam dan bentuk kontroversial SMI pada masa.
Banyak beredar selentingan kepergian SMI ke WB pada Juni 2010 lalu adalah bentuk pembuangan mantan presiden SBY. Entah mengandung makna tanda petik di dalam kata pembuangan itu atau memang dibuang dalam arti sesungguhnya, tapi tak mudah WB menerima SMI saat itu tanpa persetujuan Presiden sebagai atasan SMI maupun sebagai kepala negara pada saat itu.
Sentimen BLBI mengancam pemerintahan saat itu bahkan mengarah pada berkurangnya kepercayaan pada SBY dan bebeapa pejabat negara.Dan SMI adalah salah satu kunci terdepan, paling penting dan banyak tahu tentang sentimen itu, maka kepergian SMI jelas menimbukan tanda tanya besar -jika tak pantas disebut kecurigaan- ada apa dibalik trik dan taktik politis SBY meredam badai sistemik dan sentimen BLBI saat itu. Tak salah juga aksi politis itu mirip passing. operan manis' SBY ke WB dalam permainan sepakbola.
Passing itu telah menghadirkan SMI sebagai tokoh moneter internasional di WB. Geliat dan reputasinya sebagai Managing Director di World Bank tidak mengecewakan. SMI dinobatkans sebagai figur penting di WB mengurusi kepentingan WB membangun sekaligus melawan kemiskinan di negara-negara tertnggal dan berkembang.
Lihat apa padangan WB pada sosok ini dalam situs WB, betapa SMI mampu menjalankan strategi WB, bekerja profesional dan hubungan dekat dengan negara-negara binaan WB."She works closely with client countries and member states to put operational strategies in place that address new and persistent development challenges in support of the World Bank’s goals of ending poverty and promoting shared prosperity." Sumber : worldbank.org.
Tak pantas rasanya memberi nilai merah apalagi merasa lebih mengerti dibanding SMI membahas contoh kontroversial dituduhkan padanya masa itu. Pasti SMI mampu memberi alasan, pandangan, penjelasan dan istilah-istilah bikin tambah berat otak mencenanya untuk ukuran penulis Itulah sebabnya penulis tidak menyoroti sisi ini dan memilih mengakui betapa SMI memang bintang WB itu kini pantas jadi icon dalam kabinet kerja jilid 2 pemerintahan Jokowi.
Setelah berkontribusi membesarkan WB ditengah isue persaingan ketat ekonomi dunia timur dengan lahirnya pesaing BRICS countries ditambah dengan isue melemahnya ekonomi AS, goncangan dalam UE serta perang tak kunjung usai di negara-negara timur tengah khususnya, WB mengembalikan SMI ke Indonesia untuk menularkan ilmu dan keahliannya memerangi kemiskinan dan memajukan ekonomi serta pembangunan Indonesia.
Berperan sebagai striker pasti Jokowi melakukan upaya-upaya agar mendapat peluang matang, salah satu dimiliki striker adalah pendekatan dan kesamaan visi dengan gelandang WB. Setelah berbagai upaya -lobbi- dilakukan, Jokowi pun mendapat kesempatan umpan emas dari WB. Tanpa buang waktu, sebuah tendangan maut Jokowi menghujam ke gawang hati SMI.. ''Goool ...!!'' teriak sebagian penonton sekaligus bikin mules sebagian penonton lain yang tidak suka dengan kondisi tersebut.
Apa upaya dan lobi Jokowi pada WB? Mudah saja diduga, tak lain adalah kesungguhan Indonesia membereskan total utang pada WB dan di sisii lain tidak mengurangi ketergantungan Indonesia pada modal Bank Dunia itu. Posisi SMI di dalamnya setidaknya dapat menjamin hubungan baik dan mungkin akan lebih baik itu dimasa akan datang.
Selain isue pelaksanaan Tax Amnesty, dugaan lain adalah dalam rangka persiapan Pilpres 21, Jokowi tidak mungkin melepaskan peluang menjadi Presiden untuk kali ke dua. Berbagai persiapan harus dimulai dari sekarang karena keberhasilan itu tak lepas dari pemilihan legislatif dan persiapan kampanye Pileg jauh hari sebelumnya yang akan mulai bergema pada 2017 tahun depan.
Menetapkan calon wakil presiden adalah hal sangat penting dan itu harus dimulai dari sekarang. Jokowi melihat sosok SMI adalah calon tepat dan pberpeluang untuk itu jika tidak ada sesuatu hal signifikan yang menggagalkannya.
Benarkah ada lobi khusus Jokowi dalam menyarangkan ''gol'' ke hati SMI?
Benar atau tidak memang waktulah yang akan membuktikan. Hipotesa atau dugaan bahkan prasangka bukan sesuatu yang dilarang apalagi jika dikaitkan dengan fenomena dan sebab-sebab umumnya pada kasus lain. Dalam kaitan ini, dugaan SMI akan disiapkan sebagai calon wapres Jokowi pada Pilpres akan datang bukan sesuatu yang tidak mungkin apallagi dilarang.
Hal sama, juga tidak terlarang apabila Jokowi melobi langsung bos bank dunia untuk mengembalikan SMI ke Indonesia sebagaimana diutarakan oleh Pramono Anung pada pers beberapa waktu lalu. Sumber : cnnindonesia edisi 27/07/201.
Itukah dugaan janji dan lobi khusus Jokowi pada SMI untuk mendampinginya pada pilpres 2019? Siapa yang melarang meskipun beberapa kandidat lain tidak gentar menjadi pesaing dalam bursa kandidat wapres jika tak didebut nekad.
Mengapa demikian, karena berdasarkan sejumlah pengamatan dalam debat calon presiden dan wapres, isue paling berat adalah pertanyaan dan pernyataan tentang masalah ekonomi, moneter, perbankan dan topik tentang perubahan iklim. Meski wajar semua adalah manusia dan tidak semua kandidat Super Man mampu menguasai banyak hal apa daya jawaban-jawaban selain ada yang mengena selebihnya terkesan asal mangap jika tak pantas disebut ''amburadul'' bikin tak nyenyak tidur selesai pulang debat jadi pikiran.
Banyak kandidat kecele, silap, alpa, lupa atau bahkan tak tahu sehingga seperti kebingungan menjawab topik-topik tersebut. Selain menjadi jebakan cemoohan juga bisa menjadi ajang meruntuhkan mental dan moral kandidat akibat ketidak tahuannya tentang topik-topik penting yang digelar dalam debat.
Oleh karenanya tidak sekadar tax amensty, bukan juga sebagai garansi hubungan baik dengan WB ke depan, tidak juga sekadar mengisi kabinet kerja jilid 2 tapi ada sebuah rencana besar tentang masa depan bangsa dan negara ini akan hadir sosok wanita sebagai pemimpin bangsa kita sebagai Wapres bahkan mungkin juga sebagai presiden masa yang akan datang.
Terlepas dari penganut konsep ekonomi seperti apakah sosok SMI nyatanya SMI comeback, dia telah kembal. Sang maestro akan menata kembali masa depan dan asanya di Indonesia. Semua itu tak terlepas dari permain apik antara SBY, WB dan Jokowi untuk membangun Indonesia, hehehehhehe..
salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H