Mungkin perbedaan berikut ini hanya masalah angka saja, May menjadi pemimpin Inggris ke 54 sementara Clinton akan menjadi pemimpin AS ke 45. Kedua angka terbalik itu bisa jadi sebuah tanda akan ada pebedaan kental dalam pandangan politik antara AS dan Inggris pada masa pemerintahan mereka meskipun dalam hal lain keduanya adalah sekutu dekat.
May diyakini sebagai wanita paling powerful di Inggris dalam lima tahun terakhir. Banyak pengamat menilai May sama kerasnya dengan legenda sejati The Iron Lady, Margareth Thatcher. Keduanya sama-sama pernah menjabat sebagai menteri pendidikan. Keduanya juga sama-sama berpenampilan modis menjurus eksentrik saat akan menjabat sebagai PM.
Akan tetapi proses May dan Thatcher dalam menuju posisi PM agak beda. Thatcher mengalahkan Leonard James Callaghan dari partai Buruh pada pemilu legislatif dan diangkat menjadi PM Inggris pada 4 Mei 1979 hingga 28 November 1990 setelah mengumumkan pengunduran diri beberapa hari sebelumnya, sementaa May menang pemungutan suara dalam partainya untuk menggantikan Cameron sebagai ketua partai Konservatif sekaligus PM.
Sama dengan Thatcher, May akan lebih intensif mengirim pasukan ke berbagai front terutama ke Timur Tengah untuk kepentingan Inggris maupun untuk kepentingan geopolitik sekutu AS.
Jerman salah satu negara paling gelisah dengan rencana Inggris keluar dari zona UE. Kanselir Jeman, Angela Merkel kerap melontarkan kegundahannya akibat sikap egois Inggris tidak memikirkan masa depan UE. Tiga hari lalu Merkel sampai putus asa dan menyatakan negosiasi dengan Inggris akan sangat sulit menyangkut keputusannya keluar dari UE. Sumber : bbc.com
Hadirnya May mungkin membuat pemimpin kedua negara akan bersaing tebar pesona, mirip seperti sebagian ibu-ibu berbelanja di Mall mewah, semua merasa mampu membeli, semua ingin dibeli, semua merasa paling banyak punya uang dan merasa harus paling depan sebagai pembeli paling hebat. Tentu saja selain itu hadirnya May membuat Merkel dapat menyikapi langkah Inggris lebih hati-hati dan lembut sesuai "naluri wanita".
Krisis ekonomi mungkin akan menyerang Inggris apabila tidak antisipatif dalam dua tahun pertama JIKA keluar dari UE. Resesi ekonomi dan pengangguran yang tinggi akan menjadi PR berat May akibat dampak Brexit dan lainnya. Kondisi ini membuat May tidak akan populer sehingga jabatannya pun diprediksi tidak akan bertahan lama meski tidak akan setara dengan tiga periode jabatan PM pernah diraih Thatcher.
Meski tidak diharapkan, tingkat stres lebih tinggi dapat menganggu aneka sisi kesehatan termasuk kencing manis atau diabetes. Kondisi ini telah memaksa May dengan insulin setiap bulan sehingga bisa membuatnya akan sering kelelahan. Hal ini akan mempengaruhi performa May tampil prima sebagai PM Inggris dan berpotensi menurunkan popularitasnya sekaligus bisa jadi celah kubu oposisi menggoyang pemerintahan pimpinan Konservatif beberapa bulan ke depan.
Harapan kita dalam pemerintahan Theresa Mary May, The Iron Lady "jilid 2" hubungan baik Inggris dengan Indonesia akan semakin baik, memercayai posisi Indonesia sebagai negara muslim paling besar di dunia pendukung perdamaian dunia. Tidak membedakan perhatian dan bantuan segala bentuk untuk Indonesia dengan untuk negara lain dalam komunitas persemakmuran Britania.
Apa yang terbaik untuk Inggris diharapkan baik juga buat Indonesia. Brexit ataupun tidak semoga membawa berkah untuk Indonesia.