[caption caption="Pengungsi dan Pembicaraan Damai Suriah. Sumber : Kombinasi aljazeera.com dan bbc.com"][/caption]Pelaksanaan penghentian permusuhan dan gencatatan senjata Suriah yang diterapkan sejak 27 Februari lalu telah berjalan 2 minggu. Evaluasi terhadap implementasi gencataan senjata tersebut ditanggapi beragam oleh beberapa negara yang berkepentingan di dalamnya.
Pelanggaran terhadap gencatan senjata dan penghentian permusuhan memang kerap terjadi. Seperti di dalam kasus perang lainnya di seluruh dunia saling tuding sebagai pihak yang melanggar kesepakatan maka hal yang sama juga sedang terjadi dalam gencatan senjata di Suriah.
Menurut catatan Russian Center on Syrian Reconsiliation, dalam 24 jam terakhir saja terjadi pelanggaran gencatan sebanyak 24 kali dan sejak diberlakukannya gencatan senjata hingga saat ini tak kurang seratusan kali terjadi pelanggaran gencatan senjata yang dilanggar oleh kedua belah pihak.
Rumitnya menjaga gencatan senjata Suriah memberi kesan seolah-olah proses perdamaiannya bagaikan misi ambisius, sangat berat dan berlebihan, setidaknya untuk saat ini. Meski lambat tapi pasti hal itu akan tercapai di mana arah dan peta kekuatan kini mulai bergeser berpihak pada kekuatan rezim Assad. Analisa yang terkandung dibalik perubahan arah dan peta kekuatan tersebut memperlihatkan tanda-tanda akan terjadinya rekonsiliasi.
Rekonsiliasi damai Suriah memang rumit, tapi itu hal yang biasa terjadi di manapun meski tak serumit di Suriah. Ibarat ketegangan antar warga menahun dalam sebuah desa pasti masih ada rasa gengsi, malu-malu dan berat hati menerima uluran damai satu warga dengan warga lainnya. Hal yang sama juga terjadi di Suriah. Selain masih adanya tuntutan "sakral" proses perdamaian di Suriah yang dilontarkan oleh kubu anti Pemerintah (non ISIS, Al-Qaeda dan Al-Nusra).
Isu utama dan sakral pihak oposisi sebelum tiba di meja perundngan hari ini adalah hengkangnya Bashar al-Assad hidup atau mati dari Suriah, Isu ini adalah sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan pandangan kubu pemerintah.
Sementara di kubu pemerintah -sebelum tiba di meja perundingan- menyatakan isu Assad sebagai garis merah (tak dapat dibahas) akan tetapi di balik itu rezim Suriah memperlihatkan sikap lunaknya dengan berusaha menghindari konfrontasi dengan kubu oposisi sekaligus merangkulnya dengan selebaran imbauan untuk maju ke meja perundingan dan memilih meningkatkan tekanan pada kelompok IS dan afiliasinya.
Kini tak kurang 44 kelompok atau grup milisi bersenjata dari kubu anti pemerintah (oposisi) yang menyatakan langsung pada Rusia akan bersedia ikut serta dalam upaya damai Suriah. Media berita sputniknews.com mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Rusia bahwa telah ada 44 faksi milisi lokal yang menyatakan akan mendukung perdamaian. Salah satunya yang terakhir adalah kelompok Jaish al-Islam yang beroperasi di Damaskus, Daraa, dan Homs pimpinan Essam al-Buwaydhani.
Informasi lain menyebutkan dari HNC (High Negotiations Committee) menyatakan tak kurang 100 grup bersenjata oposisi moderat di dalam payung tersebut telah menyatakan mendukung perdamaian Suriah. HNC akan mewakili kubu oposisi dalam pertemuan Jenewa yang akan berlangsung tak sampai 10 hari mulai hari ini 14 Maret 2016, sebut de Mistura, utusan khusus PBB untuk Suriah, kemarin.
Seiring dengan berbagai usaha keras AS-Rusia dan PBB menciptakan perdamaian alot di Suriah pihak AS menilai bahwa implementasi pelaksanaan damai di Suriah telah mereduksi atau menurunkan pertikaian antara oposisi dengan pemerintah hingga 80% - 90%. Sesuatu yang membanggakan, kata Obama dalam pandangannya terhadap pelaksanaan gencatan senajata Suriah.
"The level of violence by all accounts has been reduced by 80 to 90 percent, which is very, very significant. We believe that the start of talks this next week in Geneva presents a critical moment for bringing the political solution to the table that we've all been waiting for, even as we extend the humanitarian assistance and continue to try to reduce the violence," sebut John Kerry beberapa jam lalu hari ini Minggu (12/3/2016) dikutip dari radionz.co.nz.
Menlu AS, John Kerry mengakui pelaksanaan gencatan tersebut seperti rencana yang ambisius, akan tetapi dengan ini juga akan dapat dilihat pihak mana yang akan komit dan menolak terhadap upaya damai untuk Suriah dan tentu saja untuk pihak yang terbukti menolak tau tidak komit terhadap damainya Suriah AS - Rusia telah menyiapkan langkah lebih jauh berupa sanksi dari PBB.
Tepat 5 tahun Perang Saudara Suriah (15 Maret 2011- 15 Maret 2016) salah satu informasi terpenting dari peristiwa tersebut adalah angka kematian telah mencapai 250 - 270 ribuan jiwa. Tanpa diharapkan, sumber lain menyebutkan mencapai 470 ribu orang tewas di Suriah. Sementara jumlah warga yang meningalkan rumah mereka ke tempat pengungsian atau menjadi migran ke Eropa atau tujuan lainnya lebih dari 12 juta jiwa.
Jika kedua kondisi tersebut (kematian dan meniggalkan rumahnya) digabung, totalnya adalah hampir 12 juta jiwa. Dibandingkan jumlah penduduk Suriah pada 2014 (berdasarkan prediksi data indexmundi.com) yang mencapai 17,9 juta jiwa (Wikipedia menyebut 17,04 juta jiwa pada 2014), maka penduduk Suriah yang masih bertahan dari kota besar, kota kecil, pedesaan dan sudut padang pasir Suriah hanya tertinggal 5 juta jiwa. Ironis sekali, di antara yang tersisa itu pun masih juga berada dalam kepungan berbulan-bulan bahkan menahun.
PBB menunjukkan tak kurang 400 ribuan jiwa berada dalam kantung-kantung pengepungan sengaja dilakukan kedua pihak. Ada 7 kantong wilayah terkepung oleh pihak bertikai di seluruh Suriah. Di antaranya, lihat saja di Madaya tepatnya di desa Fouaa dan Kefraya terdapat 20 ribuan warga telah terkepung hampir 8 bulan oleh milisi pemberontak FSA.
Di Suriah bagian timur, 200 ribuan warga dan pasukan SAA Deir Az-Zor dikepung al-Nusra dan ISIS hampir dua tahun. Sementara itu pasukan rezim Assad mengepung beberapa wilayah di Daraya, Gouta, dan pinggiran Damaskus lebih dua tahun terakhir. Diperkirakan 181 ribuan warga dan milisi anti pemerintah terkepung di dalam wilayah ini. Mereka menjadi tameng pertahanan kedua kubu dan menjadikannya sebagai perisai hidup untuk kepentingan taktik dan strategi mereka yang bertikai.
Berapakah warga Suriah yang tersisa di Suriah sesungguhnya? Katakan 5 juta atau boleh juga di atas 5 juta hingga 12 juta (karena total pengungsi di berbagai kamp mencapai 4,5 juta) atau lebih baik sebut saja 1/3 (sepertiga). Jika ternyata warga Suriah yang benar-benar tersisa di negeri tersebut kini hanya sepertiga saja, di manakah mereka yang lainnya berada?
- Meninggal dunia dalam perang di seluruh Suriah mencapai 270 ribuan orang,
- Tenggelam di lautan saat menyelamatkan diri mencapai ribuan orang dalam puluhan kasus tenggelam di laut,
- Di camp pengungsi mencapai 4,5 juta orang,
- Mereka yang menjadi pemain dalam perang mencapai 2 juta orang,
- Tewas, mengungsi atau menjadi milisi pemberontak atau bergabung ke tentara Suriah tidak terdaftar, diperkirakan mencapai 2 juta orang,
- Masuk ke negara timur tengah mencapak 5 juta di mana Arab Saudi telah menampung sekitar 3 juta orang Suriah,
- Mereka yang telah lolos ke negara Eropa mencapai 2 juta jiwa. Sumber data The International Organization for Migration (IOM) menyebutkan pada 2015 saja jumlah pengungsi dari Suriah lebih dari 1 juta jiwa. Jumlah ini tidak termasuk yang telah mencapai Eropa sejak awal konflik (2011 hingga 2014). Belum lagi ditambah migran 2016 yang telah "meledakkan" Eropa melalui sejarah arus pengungsi Suriah sangat mengenaskan di balik kisah pelarian mereka mencari kehidupan yang lebih baik.
Dengan jumlah penduduk tersisa 5 juta dalam wilayah berukuran 185,180 Km2 tergambar kita betapa sepi Suriah dari hiruk pikuk manusia. Banyak kota kecil yang terlihat seperti mati. Banyak juga terdapat desa-desa nyaris tak berpenghuni ditinggal penduduknya entah ke mana.
Tak usah lagi menghitung berapa tingkat kepadatan penduduknya per Km2 saat ini. Yang jelas, dibanding dengan luas beberapa provinsi di tanah air berpenduduk rata-rata 5 juta ( seperti Aceh, Sumbar, Riau. Jambi, Sulteng, Maluku Utara, Kalbar, NTT dan NTB, dll) dengan ukuran wilayah tak sampai setengah luas Suriah, mampu memberi gambaran betapa lengangnya kondisi Suriah saat ini.
Meski sepi dari manusia tapi Suriah tak pernah sepi dari dentuman dan nyalakan mesin-mesin tembakan, ledakan bom dan roket serta rudal. Raungan pesawat tempur membelah angkasa Suriah secepat kilat dan deru mesin aneka jenis tank di jalan desa dan padang pasir yang sepi sudah melebihi deru aktivitas manusia di seluruh Suriah saat ini. Lengkingan senjata sahut menyahut tak berkesudahan telah membuat rakyatnya hampir putus asa menanti kapan datangnya masa damai.
Meski berat dan nyaris mustahil, pembicaran damai Suriah akhirnya memperlihatkan wujudnya. Pembicaraan damai secara resmi melibatkan pemegang peran utama pertikaian kini dimulai hari ini Senin, 14 Maret 2016 melibatkan pimpinan teras HNC, utusan rezim Assad serta sejumlah negara yang tergabung dalam ISSG (Kelompok Dukungan Suriah Internasional) serta utusan UE dan PBB.
Dunia mengharapkan akan ada perkembangan menarik, setidaknya mampu menurunkan ego atau gengsi masing-masing pihak bertikai lebih dahulu untuk melangkah pada sesi kedua, yakni konten perdamaian dan rekonsiliasi perdamaian. Prediksi hasil paling buruk yang akan dicapai pemerintah dan rakyat Suriah adalah terbentuknya Suriah dalam negara Federasi.
Oleh karenanya jangan sampai terjadi dalam pertemuan damai tersebut pihak pemberontak malahan minta rudal dan persenjataan terbaru untuk melawan rezim Assad atau sebaliknya rezim Assad meminta kubu pemberontak meletakkan senjatanya lebih dahulu sebagai syarat damai. Jika ini terjadi bukan perdamaian yang dapat dicapai melainkan IS sesungguhnya akan menjadi pemenang sejati dalam konflik Suriah.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H