Berbicara berapi-api pada 10 Pebruary 2016 di Presidential Palace in Ankara, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan tak mampu menahan rasa geramnya pada AS hingga mencela rekan sekutu dekatnya karena telah mendua hati dalam menyikapi kebijakan geopolitik Turki khususnya dalam melihat posisi Syrian Kurdish Democratic Union Party (PYD) dan milisi Kurdi Suriah (YPG) di kawasan Turki- Suriah.
Tony Blinken deputi Menlu AS dalam pertemuan damai Suriah di Jenewa pada 10 Pebruari 2016 menyatakan PYD bukanlah organisasi teroris karena faktanya justry PYD melindungi masayarakat Kurdi Suriah adalah korban agitasi dan serangan Islamic State (IS).
Sementara itu hampir senada dengan rekannya, John Kirby jurubicara Kementerian Luar Negeri AS menegaskan "We do not recognize the [Democratic Union Party] PYD as a terrorist organization. We recognize Turks do," katanya mengharapkan Turki melakukan hal yang sama dalam pandangan AS.
Sebelumnya pada 9 Pebruari 2016 sejumlah utusan Presiden AS dipimpin Brett McGurk mengunjungi Kobane (otonomi Kurdi Suriah) di perbatasan Turki untuk menjalin kemitraan lebih spesifik dan mendalam dengan PYD atau milisi dalam kampanye anti IS di Suirah dan kawasan Timur Tengah.
Turki pun tak mampu lagi menahan marahnya. Dubes AS di Ankara, John Bass dipanggil oleh Menlu Turki pada 9 Pebruari 2016 untuk meminta penjelasan dan memilih sikap AS berada di sebelah teroris (sebutan Turki untuk YPD) atau di sebelah Turki. Dubes menyikapinya dengan hati-hati dengan meminta pers tidak membesar-bessarkan atau publikasi perbedaan kecil tersebut diantara sekian banyak persamaan sikap dengan sekutu dekat (Turki) tersebut.
Presiden Turki menyampingkan sikap hati-hati dubes AS tersebut dengan berpidato keras mencela AS yang mendapat tepukan pejabat tinggi Turki.
Dalam pidato panasnya berdurasi hampir 45 menit Erdogan juga menyasar pada Noam Chomsky salah satu profesor ilmu politik dan linguistik dan analis filsafat terkemuka dari Institute Teknologi Massachusettes AS sebagai aktor intelektual dibalik pembentukan opini miring terhadap Turki dalam masalah Suriah dan Timur Tengah dalam aksi petisi damai Suriah untuk Turki.
Erdogan menuding Chomsky tidak seperti seorang intelektual. Ia mengundang Chomsky untuk berdebat tentang kampanye tim riset nya yang beranggotakan 1300-an akademisi dan peneliti dari sejumlah negara.
Selain itu, 2000 lawyer dari beberapa negara juga telah menandatangani dan mendukung petisi damai Chomsky yang merekomendasikan pemerintah Turki agar menghentikan kekerasan dan kooperatif dalam negosiasi perundingan damai di kawasan tesebut dan untuk Timur Tengah.
Undangan (tantangan) tersebut ditolak Chomsky. Bahkan melalui email yang dikiimkan ke theguardian ia berbalik menuduh Erdogan (Turki) menganut standard ganda dalam memandang dan meyikapi terorisme.
Akibat ikut campurnya pihak akaedmik dan peneliti Turki didalam aksi petisi damai tersebut sebanyak 27 akademisi dari beberapa universitas di Turki ditahan polisi karena dianggap melakukan provokasi terhadap pemerintah dengan menandatangani petisi damai tersebut yang berarti juga mengakui eksistensi YPG.
Berang akibat menanggung beban pengungsi Suriah berlimpah di negaranya dengan dana yang dijanjikan PBB dan UE kucurannya masih sangat minim ke Turki. Erdogan pun menumpahkan kesalnya dalam berpidato sangat keras mencela sikap AS dan UE serta PBB.
Berikut cuplikan pidato keras Erdogan yang terkait dengan kekecewaannya pada AS yang penulis ketikkan kembali dari video nytimes.com/video :
"I call on America..
Hei America how many times have I explained this to you?
Are you on our side or the side of terrorist YPD and PKK organisation?
Hei...America, you can’t introduce us to the PYD. We know them very well, we know Daesh very well.
You are anable to understand the nature of the Syrian Kurdish PYD and the PKK who have turned the the region
into a sea of blood.
It is time to put practice solutions recognized
by every one for the Syrian problem
Wich has become a domestic security issue for Turkey"
NYTimes mengutip salah satu petikan pidato Erdogan yang mencela AS "Hey, America. Because you never recognized them as a terrorist group, the region has turned into a sea of blood,” sebut Erdogan.
Sikap dunia terhadap masalah Suriah kelihatannya mulai menemukan titik temu. Hal ini ditandai dengan pertemuan Presiden Kurdi Suriah, Massoud Barzani dengan sejumlah petinggi dan pejabat negara terkait konflik Suriah. Massoud Barzani akhirnya melakukan pertemuan terpisah dengan Raja Abdullah dari Jordania, PM Lebanon Tammam Salam, Menhan Perancis Jean-Yves Le Drian, Menlu Inggris Philip Hammond, Menlu Italia Minister Paolo Gentiloni dan juga Menlu Turki Mevlut Cavusoglu pada 13 Pebruari 2016 di Munich, Jerman.
Sesungguhnya pernyataan dan sikap AS tentang posisi PYD/YPG bukan grup teroris tidak hal yang baru. Jauh sebelumnya beberapa sikap pandangan AS terhadap PYD/YPG telah dilontarkan dengan jelas oleh sejumlah pejabat AS. Sebut saja beberapa diantaranya adalah pernyataan senada John Kirby pada 22 September 2015 seperti dikutip dari hurriyetdailynews yang menjelaskan sikap positif AS terhadap PYD/YPG dan mengajak Turki untuk melakukan hal yang sama demi menumpas IS.
Di dalam undang-undang AS (US Laws) juga tidak menyebutkan YPG sebagai organisasi teroris. Juru bicara Kementerian luar negeri AS sebelumnya (Marie Harf) juga pernah mengatakan hal yang sama pada 20 Oktober 2014 sebagaimana dikutip dari hurriyetdailynews.
Kedua contoh pernyataan di atas pada masa lalu tidak menimbulkan reaksi keras Turki. Lalu mengapa kini Turki marah besar ketika hal senada dilontarkan kembali lalu mencela AS dengan getap gempita? Beberapa kemugnkinannya adalah sebagai berikut :
- Pada 27 Desember 2014 Erdogan telah mencium aroma UE anti terhadap Turki dan meminta UE agar berhenti mengkritik kebijakan negara tersebut dalam masalah krisis Suriah
- Masalah minimnya bantuan keuangan yang disepakati sejumlah negara membantu Turki untuk mengurusi pengungsi Suriah, Irak dan sekitarnya hingga kini belum sesuai dengan harapan
- Pernyataan AS membela Kurdi Suriah pada masa sebelumnya tidak berpengaruh terhadap politik luar negeri Turki karena pada masa itu diperkirakan rezim Suriah akan tamat riwayatnya dalam waktu dekat.
- Pernyataan dukungan AS terhadap Kurdi Suriah pada saat ini saat rezim Suriah memperlihatkan tanda-tanda akan menjadi pemenang dalam krisis Suriah
- Cita-cita Turki membungkam Kurdi Suriah dari wilayah Utara Suriah hingga masuk lebih ke dalam Suriah menjadi tinggal kenangan yang sulit diulang kembali pada masa yang akan datang
- Gagalnya membungkam YPG berarti gagal juga membentuk zona bebas udara di dalam koridor penyangga antara Azzas (Suriah) dengan Jarabulus (Suriah). Ini berarti proses penelundupan minyak oleh IS dari pedalaman Suriah dan dari Irak ke Turki dan pembeli lainnya menjadi terkendala bahkan menjadi terputus.
- Jika Aleppo jatuh ke tangan rezim Suriah berarti kemenangan telah menjadi milik rezim Suriah dan secara moral ini berarti kekalahan bagi Turki karena sejumlah aliansi pemberontak dukungannya akan meminta pertanggung jawaban Turki dengan hasil tidak sesuai harapan bahkan dengan pengorbanan yang sangat besar.
- Beralihnya pandangan AS pada Suriah membuat Turki merasa terpukul karena otomatis sikap AS tersebut akan menyetir sikap UE dan dan diiukuti sejumlah negara Arab.
Mengedepankan alasan logis dan rasional AS menetapkan pilihan akhirnya tertuju pada Suriah. Utusan presiden AS, Brett McGurk menyatakan pandangan AS tentang Assad. Pilhan pada Assad bukan pilihan terbaik namun AS kini memahami bahwa itu bukanlah pilihan terburuk.
Beberapa sumber lain menyebutkan telah terjalin kontak khususdan rahasia AS-Rusia untuk memenangkan rezim Assad dalam pertarungan paling brutal di abad modern ini dalam konflik Suriah. Mau tidak mau rezim Suriah harus diperhatikan eksistensinya setidaknya hingga batas waktu tertentu, dalam pandangan AS.
Kelihatannya Washington melihat Ankara memang sebagai teman, tapi di mata Washington, Ankara mungkin adalah teman tidak dapat dipercaya, tidak dapat diandalkan, teman Unpredictable. Percayalah, Ankara dan Washington tidak pada halaman yang sama, dalam hal Timur Tengah," kata Brett McGurk, utusan khusus Presiden AS dalam perundingan di Jenewa.
[caption caption="BBC. The images, from the security analysts Stratfor, show a runway near the town of Rmeilan being extended from 700m (half a mile) to 1.3km. sumber : http://www.bbc.com"]
Kemungkinan lainnya adalah jangan-jangan AS sedang membidik sebuah pangkalan militer untuk Paman Sam untuk "Sea of Blood" di desa Rmeilan paling utara wilayah otonomi Kurdi Suriah untuk mengimbangi pangkalan militer Rusia di Khmeimim, Latakia, sehingga harus (berbaik hati) mengakui YPG dan rezim Suriah untuk kali ini.
Apapun alasannya yang terpenting adalah semua pihak menghentikani permusuhan dan tercapainya gencatan senjata permanen di seluruh Suriah sehingga para pengungsinya dapat kembali ke rumah mereka menata kehidupan mereka dibalik puing-puing tanah air yang porak-poranda akibat tipu daya mengatasnamakan agama, ras, etnis dan persaingan pengaruh di kawasan tersebut oleh para pelaku politik yang kotor dan sangat keji.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H