[caption caption="Ilustrasi pengeboman pengungsi oleh Rusia dan ambisi Turki di Buffer Zone. Dok.abanggeutanyo"][/caption]
Perkembangan signifikan yang diraih rezim Suriah dukungan Rusia di perbatasan Turki-Suriah telah membuat gelombang pengungsian skala besar melanda ke arah perbatasan Turki. Menurut aneka informasi, gelombang pengungsi dari Aleppo dan sekitarnya kini tertahan di pintu perbatasan Gaziantep Turki mencapai 75 ribuan pengungsi.
Propaganda gelombang pengungsi mulai terlihat pada saat pasukan rezim Suriah merebut kota Azas sekitat 25 km dari perbatasan Turki sekaligus menutup jalur suplai logisitik untuk IS dari Turki. Tentara Suriah mengurung Aleppo dari sisi selatan dan utara atau dari dua arah hingga diperkirakan Aleppo, kota paling strategis yang telah dikuasai IS selama 3 tahun terakhir akan dikuasi kembali rezim Suriah.
Jika Aleppo benar-benar jatuh ke tangan pasukan rezim Suriah tidak saja mnjadi titik balik perlawanan di Suriah dan memukul moral pemberontak -khususnya IS yang telah bercokol di sana selama 3 tahun- tapi juga tamparan keras terhadap wajah Turki yang selama ini telah memberikan aneka bantuan dan perhatian terhadap kota-kota penting di perbatasannya dalam hal finansial, bantuan kemanusiaan, persenjataan maupun dukungan politik.
Munculnya gelombang pengungsi mendadak -sebelum Aleppo benar-benar jatuh- ke Turki dan tertahan di pintu perbatasan Turki menjadi tanda tanya besar, apalagi peristiwanya terjadi sejak seminggu lalu dan dikemas dalam pemberintaan yang menyudutkan Rusia dan Suriah.
Beberapa portal berita online mengutip sejumlah pernyataan pejabat Turki menyebutkan serangan Suriah ke Aleppo telah menyebabkan pembersihan etnis. Informasi lain megutip pernyataan pejabat Turki serangan ke Aleppo menyebabkan Turki tak mampu menerima pengungsi hingga dikhawatirkan terjadinya bencana kemanusiaan.
Petugas kemanusiaan dan sejumlah dokter yang bertugas di perbatasan Suriah dan Turki menyatakan serangan Rusia terhadap IS menyebakan korban jiwa sipil.
Mahmoud Mustafa, direktur asosiasi dokter independen yang bertugas di Gaziantep Turki menyatakan mengatakan terjadi peningkatan jumlah korban luka bakar dan harus diamputasi akibat trauma penggunaan senjata berat dan pengeboman Rusia diperbatasn Turki.
Sementara itu French charity Medecins Sans Frontiers (MSF) milik Perancis yang menyiapkan 6 rumah sakit di Suriah dan memfasilitasi 153 klinik diseluruh Suriah mengatakan petugas mereka terpaksa menyelamatkan diri akibat serangan berbahaya Rusia yang tidak membedakan sasaran sipil.
Issue kemanusiaan telah menggema melalui aneka portal berita dunia melukiskan penderitaan warga dibagian utara Suriah yang kini dikepung rezim Assad. Kondisinya semakin dramatis ketika Turki lmenutu pintu perbatasan yang meyebabkan 75 ribuan pengungsi kini tertahan di sekitar zona penyangga.
Bukannya mempertimbangkan issue kemanusiaan yang diekspos media international di atas AS malah membuat Turki berang akibat menolak permintaan PM Turki agar AS menghentikan kerjasamanya dengan YPG. Sebagaimana diketahui AS juga memberi bantuan persenjataan kepada YPG seperti dilakukan Rusia. Akibatnya dubes AS di Turki dipanggil oleh Menlu Turki menanyakan sikap AS tesebut.