Hal yang hampir sama terjadi dalam strategi mwlumpuhkan Irak melalui embargo PBB sebelum perang teluk akibat invasi Irak ke Kuwait pada 1990. Turki dituding oleh Irak memainkan strateginya mengeringkan sungai Eufrat dan Tigris pada 1989 saat pengisian waduk Ataturk pada 1989.
Air waduk Ataturk ini disinyalir menjadi senjata air Turki jika bermaksud mengeringkan Irak dan Suriah berasal dari Tuncelli Taman Nasional Munzur Valley. Proses pengisian air waduk Ataturk pada masa embargo ekonomo terhadap rezim Saddam Husein itu memerlukan waktu selama 1 bulan sehingga debit air di sungat Eufrat menjadi berkurang separuhnya, sedangkan air di waduk Assad juga mengalami dampaknya yakni mengalami proses kekeringan hampir sepertiganya.
Dari penjelasan di atas pantas kalau begitu mengapa YPG tidak mampu menghubungkan wilayah barat dan timur mereka dengan wiilayah tengah di mana terdapat zona penyangga misterius yang dibuat Turki. Masalahnya ribuan perlengkapan perang Turki disokong belasan ribu pasukan first Army telah memperkuat posisi penyangga terebut sehingga sama dengan "bunuh diri" jika YPG memaksakan kehendaknya.
Di sisi lain IS justru menguasai kawasan tersebut dan proses penyelundupan minyak dari Irak dan Suriah pun berjalan lacar ke luar negeri melalui zona penyangga tersebut meski akhir-akhir ini semakin berisiko seperti peristiwa pengeboman oleh pesawat tempur Rusia terhadap konvoi tanker yang dituding Suriah dan Rusia terhadap keterlibatan Turki dan IS di dalamnya.
Tak heran sejumlah analisis miring terhadap Turki juga muncul dimana-mana terhadap maksud sesunguhnya dibalik rencana zona penyangga tersebut. Pengamat menilai zona tersebut justru menyelmatkan IS. Salah satu analisanya dapat dilihat di Sini.
Sementara itu ancaman Turki menembak pesawat Rusia jika bermanuver di kawasan zona penyangga tersebut dinilai rawan oleh NATO karena peruntukan zona tersebut kurang logis alias kurang mengandung nilai jual sehingga NATO justru memperingatkan Turki pada rencana yang dilematis tersebut. NATO skeptis terlibat pertempuran dengan Rusia untuk tujuan dan alasan zona penyangga tersebut.
Koridor selebar 85 km ini tidak pernah dapat direbut oleh Kurdi Suriah dari IS selama lepas ke IS, artinya masih dikuasai IS. Koridor ini sangat strategis itu untuk keluar masuk (Turki-Suriah) IS meski pasukan perbatasan Turki First Army telah ditempatkan di sana.
Selain misterius koridor ini juga menjadi jebakan maut untuk pihak yang dianggap musuh oleh Turki. Sepertinya Turki sedang menciptakan sebuah leher corong yang menghbungkan perut botol Suriah ke dunia luarnya (misal Turki). Pada leher corong itulah Turki membinasakan lawannya, bisa YPG, bisa juga tentara rezim Assad, pesawat Rusia atau ternyata IS sendiri yang melarikan diri dari Suriah secara massal dan terjepit dalam corong jebakan buatan Turki lalu ditangkap.
Jadi semua kemungkinan dapat terjadi, tinggal menantikan siapa korban yang dijerat Turki dalam corong buatannya meski kini tujuan jebakan dlaksanakan di negeri bangsa lain, bukan di negaranya sendiri. Dalam pandangan Turki, untuk melumpuhkan lawannya mengapa harus pilih-pilih tempat atau pilih kasih, barangkali seperti itu sikap Turki. Kita hanya menantikan siapa korban yang dimaksud Turki dalam corong yang dibuatnya.
Kembali teringat pada sepenggel sajak atau puisi yang menghiasi sebuah tempat peristirahatan di danau Dardanella mengekspresikan himbauan Turki terhadap lawannya agar segera kembali pulang daripada terkubur dan hilang bersama sejarahnya di laut Marmana. "Wahai Pengembara, Berjentilah! Langkahmu tidak menyadari, Tanah tempat engkau berpijak menjadi saksi Akhir dari sebuah era."
Mungkinkah kalimat indah atau syair di atas juga ditujukan untuk mengingatkan Turki sendiri, karena jebakan maut dari zona penyangga yang dibuatnya justru berada di negeri bangsa lain bukan di negerinya sendiri.