Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia Dalam Rencana Besar Khalifah IS, Waspadalah!

22 Januari 2016   00:42 Diperbarui: 22 Januari 2016   09:54 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang agak berbeda terjadi di Suriah meski langkah IS juga dapat dieliminir oleh tentar Suriah. Jika pada Juni 2015 lalu hampir 70% wilayah Suriah dikuasai IS dan FSA sejak Desember 2015 sampai kini keseimbangan penguasaan wilayah Suriah hampir mencapai 50%-50% antara pemerntah dengan pemberontak termasuk IS, akibat melonjaknya kemampuan tempur SAA dan afiliasinya berkat dukungan Rusia dan disamping koalisi AS juga menyerang IS dari sisi yang berbeda sehingga melemahkan posisi IS di Suriah.

Setelah dunia bersatu melawan ancaman teroris global, IS  pun mulai memperlihatkan kemundurannya dalam beberapa bidang yaitu :

  • Meningkatnya intensitas serangan oleh Rusia dan aliansinya serta AS dan sekutunya menyebabkan jumlah kematian petenpur IS semakin meningkat. Meski tidak diketahui berapa jumlah sebenarnya petempur IS yang tewas di medan tempur diperkirakan mencapai 10 ribu orang (tidak termasuk yang menjalankan misi teror di sejumlah negara). Meski rekrutmen terus berjalan dan jumlah personilnya diperkirakan mencapai 30 ribu hingga 50 ribu orang, sedikit tidaknya kondisi ini mempengaruhi kekuatan dan moralitas anggota IS secara umum sehingga terpaksa mundur dari beberapa wilayah yang dikuasai di Irak dan Suriah.
  • Berkurang atau hancurnya sejumlah Infrastruktur dan peralatan tempur.
  • Terjadi pemberontakan dalam struktur IS. Sekitar 100 anggota yang coba melarikan diri dari organisasi tersebut dieksekusi oleh IS sendiri. Sumber : alarabiya .Bahkan sumber lain (independent.co.uk) mengutip The British-based Syrian Observatory for Human Rights menyebutkan pada Desember 2015 IS mengeksekusi anggotanya sendiri mencapai 200 orang dalam satu bulan tersebut.

Akibat kekuatannya mengendur IS berusaha bangkit dengan cara lain yakni meningkatkan serangan ke sejumlah obyek di sejumlah negara dengan mengaktifkan sel-sel atau jaringan simpatisan IS di seluruh dunia. Akibatnya beberapa negara yang dijadikan target maha besar The Greater Chaliphate pun kian dirundung aksi sabotase atas nama IS. Negara tersebut adalah : Aljazair- Mali-Nigeria- Tunisia-Libya-Mesir-Sudan-Yaman-Pakistan-Afghanistan-India, Bangladesh-Indonesia dan Filipina.

Tanpa bermaksud membuat khawatir (untuk meningkatkan kewaspadaan dan siaga) Indonesia termasuk dalam target besar IS akan meningkat gangguan keamanannya oleh aksi simpatisan IS meski bukan oleh IS langsung. Hal ini sesuai dengan pandangan al-Baghdadi bahwa IS mengutamakan link yang solid dengan jihadis Arab. IS kelihatannya mengabaikan link simpatisan atau faksi di luar Arab misalnya oragnisasi radikal di Pakistan, Indonesia, Filipina meski telah membuat janji padanya. Alasannya, organisasi non jihadis Arab tidak siap utuk dieksploitasi dan untuk dikembangkan. Sumber : washingtoninstitute.org

Tentu kita harus mewaspadai pernyataan pejabat IS di atas karena kenyataannya Indonesia telah dimasukkan dalam peta the greater caliphate IS dan beberapa aksi teror di tanah air mendapat apresiasi dari kelompok yang menyebut sebagai pejabat IS.

Ada dua hal menarik dari pernyataan di atas, yang pertama adalah bisa jadi IS yang ada di tanah air kita sesungguhnya berafiliasi dengan IS di Timur Tengah walaupun pejabat teras IS menyatakan "nilai jualnya" masih belum mampu menarik perhatian IS. Di sisi lain hal in memperlihatkan IS di tanah air hanya menjadi kaki tangan sejumlah orang radikal yang menyatakan dirinya pengurus sentral IS.

Atas dasar seluruh penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

  • IS akan mengubah arah strateginya jika kalah berperang di Irak dan Suriah. Mereka akan masuk ke provinsi yang mereka klaim yakni kawasan Arab dan Timur Tengah. Sejumlah "alumni" IS Irak-Suriah yang bertempur di Timur Tengah akan kembali ke negara masing-msaing secara tertutup yang nantinya akan dijadikan kendaraan spratis di negaranya atau masuk ke negara lain yang terbuka peluangnya untuk dieksploitasi oleh IS.
  • IS akan tumbuh dan berkembang bahkan berkuasa tertuama di dalam negara yang sedang bergolak atau sedang mengalami konflik vertikal dan horizontal terutama di negara yang memiliki kandungan Sumber Daya Alam (terutama minyak atau gas) berlimpah.
  • Maraknya pertumbuhan organisasi radikal di tanah air mengatasnamakan issue agama tidak seluruhnya berafiliasi dengan IS karena IS sendiri tidak berharap banyak pada kelompok jihadis non Arab sebagaimana penjelasan di atas selain itu motif IS kelihatannya lebih tertarik pada negara yang mengandung SDA berlimpah.
  • Indonesia meski dirundung aksi sabotase dan teror namun tidak akan menarik minat IS untuk menguasainya karena tidak ada sumber daya menarik misalnya minyak yang dapat dieksploitasi meski tambang emas di Papua tersedia berlimpah tak kalah menarik tapi secara defakto tambang itu milik perusahaan ternama AS.
  • Walaupun Indonesia menjadi target dalam rencana besar The Greater Caliphate IS namun ancaman IS tidak akan terlalu signifikan terhadap keutuhan NKRI karena dilakukan kelompk berkatagori simpatisan IS.

Atas dasar kesimpulan tersebut jika dikaitkan dengan beberapa perbedaan pandangan dalam melihat kasus teror Sarinah mungkin inilah sebab munculnya perbedaan pandangan antara TNI dan Polri atau BIN dalam melihat pelaku teror Sarinah apakah IS atau bukan.

Meski adanya perbedaan pandangan seperti di atas tidak berarti kita menafikan ancaman IS karena ratusan mantan kombatan yang "pulkam" jika berkolaborasi dengan unsur radikal lainnya dan ditunggangi oleh sponsor (pihak ke tiga) untuk mengacaukan tanah air kita. Walaupun berbeda pandangan tapi semuanya sepakat siapapun yang berpotensi merusak dan mengancam keamanan nasional melalui teror akan dihadapi dengan tegas seperti yang terjadi di Sarinah 14/1/2015 lalu.

Terlepas dari pelaku teror Sarinah itu IS atau bukan kita sepakat menjaga perdamaian dan keamanan di lingkungan kita dari aksi jahat yang ingin merobek persatuan dan kesatuan kita. Hanya saja cara yang kita tempuh dengan demam tagar berselogan "Kami Tidak Takut" seperti itu  tidak ditemukan dinegara manapun korban serangan teror dalam menyikapi kampanye anti teroris di negara meraka.

Satu sisi kita melihat sisi positif tentang keberanian rakyat Indonesia menyikapi aksi radikalisme dalam bentuk dan cara apapun, akan tetapi di sisi lan hal itu (selogan "Kami Tidak Takut") sesungguhnya kurang tepat karena dikhawatirkan justru diciptkakan pihak ketiga yang ingin menimbulkan antipati pihak lain tertantang mengulangi hal serupa di masa yang akan datang dengan lebih terencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun