Pertemuan wantia Astronot pada 2012 lalu di JSC AS. Duduk (dari kiri): Carolyn Huntoon (JSC's first female director), Ellen Baker, Mary Cleave, Rhea Seddon, Anna Fisher, Shannon Lucid, Ellen Ochoa, Sandra Magnus. Duduk (dari kiri): Jeanette Epps, Mary Ellen Weber, Marsha Ivins, Tracy Caldwell Dyson, Bonnie Dunbar, Tammy Jernigan, Cady Coleman, Janet Kavandi, Serena Aunon, Kate Rubins, Stephanie Wilson, Dottie Metcalf-Lindenburger, Megan McArthur, Karen Nyberg, Lisa Nowak. Sumber Gambar: Wikipedia"]Sejak Valentina Tershkova dari Rusia menjadi manita Astronot pertama di dunia pada 6 Maret 1937 sampai kini tak kurang 59 wanita telah menjadi astronot dari berbagai negara. Jumlah ini belum termasuk calon astronot wanita dalam daftar tunggu atau sedang dalam pelatihan di pusat latihan antariksa di AS dan Rusia.
AS merupakan pengirim astronot wanita terbanyak ke luar angkasa mencapai 43 astronot wanita hingga 2014, disusul Rusia (Uni Soviet) 8 astronot, lalu China 2 astronot dan sejumlah negara lainnya Korut, Iran, Inggirs, Belgia, Italia, Perancis dan India masing-masing telah menyumbangkan 1 astronot wanita yang telah "mengangkangi" dunia.
Diantara 43 wanita hebat AS disebut di atas, wanita pertama yang menjadi astronot AS adalah Sally Raid yang meluncur ke luar angkasa pada 18 Juni 1983 saat berusia 32 tahun. Dia tidak saja sukses mengalahkan 1000 kandidat pilihan NASA melainkan juga sukses mematahkan dominasi pria astronot yang "memonopoli" petualangan berbalut program misi luar angkasa AS. Sally meninggal dunia pada 23 Juli 2012 dalam usia 61 tahun setelah mencatat rekor nyaris tak terbayangkan tentang impian wanita AS keluar angkasa menjadi nyata.
Meski Sally Raid menjadi wanita pertama AS yang menjadi astronot, masih ada wanita AS lainnya yang tak kalah pamor yaitu Anna Fisher. Wanita ini terpilih dari 11 ribu peserta yang diseleski NASA pada1978.
Anna meluncur ke luar angkasa untuk pertama kalinya pada Agustus 1979. Anna bahkan menjadi astronot untuk ke dua kalinya pada 8 Nopember 1984 dalam pesawat Doscovery setelah memiliki dua anak. Saat menjadi astronot kali yang kedua Anna berusia ke 35 tahun.
Jika Anna Fisher mencatat rekor dengan status sebagai ibu rumah tangga AS masih ada wanita tak kalah hebat lainnya yaitu wanita AS keturunan Afrika yang pertama sekali menjadi astronot yaitu Mae C. Jemison yang lahir pada 17 Oktober 1954. Bersama pesawat Endeavour yang membawanya ke luar angkasa pada 12 September 1992 menjadikannya sebagai wanita pertama blasteran Amerika-Afrika yang berhasil "mengangkangi" planet kita.
Meski AS mencetak rekor terbanyak wanita yang terbang dan menjelajahi angkasa akan tetapi rekor wanita pertama yang berhasil melenggang ke angkasa luar dipegang oleh wanita Rusia sebagaimana disebutkan pada bagian awal di atas.
Sementara itu dari profesi guru sekolah, Christa McAuliffe adalah guru wanita pertama yang menjadi astronot bersama pesawat Challenger pada 28 Januari 1986. Menysihkan 11 ribuan pelamar Christa McAuliffe terpilih dan menjadi kandidat dari kalangan umum untuk ikut training selama setahun sejak 1985.
Menyandang misi STS-51-L Challenger yang membawa Christa dan rekannya coba menembus angkasa namun ternyata gagal. Sayang sekali pesawatnya meledak setelah beberapa saat meluncur dari Kennedy Space Center, Florida, AS lalu hancur berkeping bersama Christa dan temannya di ketinggian 15 km di atas angkasa laut Atlantik sehingga menoreh lembaran suram di balik gemilaunya sejumlah wanita astronot AS sebelumnya.
Wanita dan Astronot Indonesia
Meski tak layak disamakan, tak salah juga mengacu ke AS, sebab dalam beberapa hal AS sering dijadikan tolok ukur seperti berwisata, kunjungan dinas anggota DPR, trend kemewahan dan modern, Lagu, Film, Hobi bahkan mata ung pun mengacu ke AS, jadi tak salah melihat beberapa dimensi lain mengacu ke AS bukan?
Kehebatan wanita AS dalam hal positif di atas patut dan layak ditiru. Dalam bidang luar angkasa dan astronot wanita Indonesia juga pernah punya kandidat yang sempat membanggakan nasional, yaitu ibu Pratiwi P Sudarmono.
Pratiwi nama panggilannya. Wanita yang lahir di Bandung pada 31 Juli 1952 ini telah selesai ikut latihan program NASA pada 30 september 1985 dan siap meluncur ke ruangkasa dalam misi STS-61-H. Sayangnya rencana tersebut tidak jadi terealisir akibat alasan-alasan dengan tingkat kerahasiaan sangat tinggi tertutup rapat hampir 30 tahun lamanya.
Pembatalan misi STS-61-H menuai banyak analisa dan tudingan sehingga masyarakat umum tidak mengetahui secara pasti tentang pembatalan misi yang sedianya akan membawa Pratiwi bersama satelit milik Telkom, Palapa B-3 dengan pesawat ulang alik Columbia.
Pada saat pembatalan itu masyarakat Indonesia pada umumnya disuguhi alasan normatif saja yakni keberangkatan Pratiwi "Ditunda." Sebuah alasan klasik yang kerap terjadi di tanah air dari dahulu hingga saat ini "Penumpang pesawat ditunda keberangkatannya akibat, ini dan itu.. hehehehhee."
Wikipedia sendiri menyebut batalnya misi STS-61-H akibat bencana yang menimpa Challenger. Padahal misi STS-61-H itu telah disiapkan setahun atau setahun lebih sebelum bencana Challenger, sama seperti sejumlah missi lain yang disiapkan pada periode tersebut namun tetap dijalankan missinya meski Challenger mendapat bencana. Misalnya:
- STS-61_A diluncurkan pada 30 Oktober 1985 sebelum tragedi Challenger terjadi
- STS-61-B diluncurkan pada 26 Nopember 1985
- STS-34 diluncurkan pada 18 Oktober 1989. Peluncuran pertama setelah tragedi Challenger.
- STS-33 diluncurkan pada 22 Nopember 1989. Program sebelum STS-61-H
- STS-40 diluncurkan pada 5 Juni 1991.
- STS-61 diluncurkan pada 2 Desember 1993
- STS-54 diluncurkan pada 13 Januari 1994
- STS-62 diluncurkan pada 4 Maret 1994. Program setelah STS-61-H
- STS-64 diluncurkan pada 9 September 1994. Program setelah STS-61-H
Jadi terlihat skala prioritas peluncuran pesawat luar angkasa pasca bencana Challenger bukan lagi tersusun berdasarkan urutan nomor misi melainkan skala priritas program. Pantas kalau begitu calon astronot yang sudah siap lahir batin pun akan terganggu (menurun) kemampuannya jika terlalu lama menunggu akibat kurang mendapat skala prioritas.
Terlalu lama mendapat kesempatan pun tidak semata-mata karena faktor kondisi pesawat dan cuaca serta masalah teknis yang sifatnya sampai menahun, melainkan disebabkan oleh msaalah politik, campur tangan kepentingan serta tekanan di dalam NASA sendiri.
Pada misi Pratiwi misalnya, ada informasi menyebutkan kegagalannya TIDAK semata-mata terletak pada peristiwa meledaknya Challenger melainkan adanya semacam permainan berikut ini :
- Palapa B-2 yang diluncurkan Challenger dalam misi STS-41 B gagal orbit sehingga terpaksa dijemput oleh Anna Lee Fisher sang mama astronot yang disebut diatas dalam salah satu misi STS-51-A Endeavour sekitar Nopember 1984.
- Karena B-2 gagal maka diganti lagi dengan palapa B2P (1987). Satelit ini pun tidak bertahan lama karena entah tujuan apa tiba-tiba dibeli Inodsat pada 1993 dan berbganti nama menjadi C-1.
- Ironisnya Palapa B2P juga tak bertahan lama karena pada 1990 diganti dengan B2R yang tak lain adalah Palapa B-2 gagal yang baru dapat diperbaiki 6 tahun kemudian. Bayangkan: ENAM TAHUN lamanya memperbaiki satelit Palapa B-2 tersebut.
- Seharusnya misi STS-61-H sudah disekedul Juni 1996, membawa 3 satelelit milik Inggris, AS dan Indonesia (Palapa B-3) lalu karena ada penambahan krew dari Inggris (jadi 7 orang) jadwalnya bergeser mempertimbangkan beberapa faktor teknis sehingga akhirnya terjadi tarik ulur antara Indonesia dan Inggris yang memaksakan salah satu anggota lainnya dari angkatan Udaranya menjadi pilot pertama yang berhasil menjadi astronot luar angkasa yakni Nigel Richard Wood. Sumber : americaspace.com

Dengan demikian kuat dugaan penulis sebab batalnya misi STS-61-H Pratiwi saat itu karena beberapa hal yaitu :
- Kerusakan teknis satelit Indnesia yang akan dibawa
- Satelit tidak dibuat sesuai dengan mestinya
- Rebutan penumpang dalam misi STS-61-H
- Dikaitkan dengan peristiwa meledaknya Challenger
Akibatnya, salah satu wanita andalan Indonesia batal terbang dan hanya tinggal kenangan memandang Columbia. Tak cuma itu, kisah Pratiwi juga meninggalkan legenda astronot wanita Indonesai yang pernah "dipermainkan" NASA, Inggris dan AS tiga dekade lalu.
Entah itu sebabnya sampai kini tak ada terdengar kabar lagi wanita Indonesa yang berminat menjadi astronot pertama dari negeri kita. Entah karena putus asa, kecewa, emansipasi atau kurang tertarik karena penuh dengan risiko atau mungkin saja tidak tertarik lagi karena tak mau dipermainkan " untuk kedua kalinya." hehehhehe
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI