Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ibu-ibu Lihatlah Wanita-wanita Ini...

2 Desember 2015   03:55 Diperbarui: 6 Juli 2019   21:43 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pratiwi nama panggilannya. Wanita yang lahir di Bandung pada 31 Juli 1952 ini telah selesai  ikut latihan program NASA pada 30 september 1985 dan siap meluncur ke ruangkasa dalam misi STS-61-H. Sayangnya rencana tersebut tidak jadi terealisir akibat alasan-alasan dengan tingkat kerahasiaan sangat tinggi tertutup rapat hampir 30 tahun lamanya.

Pembatalan misi STS-61-H menuai banyak analisa dan tudingan sehingga masyarakat umum tidak mengetahui secara pasti tentang pembatalan misi yang sedianya akan membawa Pratiwi bersama satelit milik Telkom, Palapa B-3 dengan pesawat ulang alik Columbia.

Pada saat pembatalan itu masyarakat Indonesia pada umumnya disuguhi alasan normatif saja yakni keberangkatan Pratiwi "Ditunda." Sebuah alasan klasik yang kerap terjadi di tanah air dari dahulu hingga saat ini "Penumpang pesawat ditunda keberangkatannya akibat, ini dan itu.. hehehehhee."

Wikipedia sendiri menyebut batalnya misi STS-61-H akibat bencana yang menimpa Challenger. Padahal misi STS-61-H itu telah disiapkan setahun atau setahun lebih sebelum bencana Challenger, sama seperti sejumlah missi lain yang disiapkan pada periode tersebut namun tetap dijalankan missinya meski Challenger mendapat bencana. Misalnya:

  • STS-61_A diluncurkan pada 30 Oktober 1985 sebelum tragedi Challenger terjadi
  • STS-61-B diluncurkan pada 26 Nopember 1985
  • STS-34 diluncurkan pada 18 Oktober 1989. Peluncuran pertama setelah tragedi Challenger.
  • STS-33 diluncurkan pada 22 Nopember 1989. Program sebelum STS-61-H
  • STS-40 diluncurkan pada 5 Juni 1991.
  • STS-61 diluncurkan pada 2 Desember 1993
  • STS-54 diluncurkan pada 13 Januari 1994
  • STS-62 diluncurkan pada 4 Maret 1994. Program setelah STS-61-H
  • STS-64 diluncurkan pada 9 September 1994. Program setelah STS-61-H

Jadi terlihat skala prioritas peluncuran pesawat luar angkasa pasca bencana Challenger bukan lagi tersusun berdasarkan urutan nomor misi melainkan skala priritas program. Pantas kalau begitu calon astronot yang sudah siap lahir batin pun akan terganggu (menurun) kemampuannya jika terlalu lama menunggu akibat kurang mendapat skala prioritas.

Terlalu lama mendapat kesempatan pun tidak semata-mata karena faktor kondisi pesawat dan cuaca serta masalah teknis yang sifatnya sampai menahun, melainkan disebabkan oleh msaalah politik, campur tangan kepentingan serta tekanan di dalam NASA sendiri.

Pada misi Pratiwi misalnya, ada informasi menyebutkan kegagalannya TIDAK semata-mata terletak pada peristiwa meledaknya Challenger melainkan adanya semacam permainan berikut ini :

  1. Palapa B-2 yang diluncurkan Challenger dalam misi STS-41 B gagal orbit sehingga terpaksa dijemput oleh Anna Lee Fisher sang mama astronot yang disebut diatas dalam salah satu misi STS-51-A Endeavour sekitar Nopember 1984.
  2. Karena B-2 gagal maka diganti lagi dengan palapa B2P (1987). Satelit ini pun tidak bertahan lama karena entah tujuan apa tiba-tiba dibeli Inodsat pada 1993 dan berbganti nama menjadi C-1.
  3. Ironisnya Palapa B2P juga tak bertahan lama karena pada 1990 diganti dengan B2R yang tak lain adalah Palapa B-2 gagal yang baru dapat diperbaiki 6 tahun kemudian. Bayangkan: ENAM TAHUN lamanya memperbaiki satelit Palapa B-2 tersebut.
  4. Seharusnya misi STS-61-H sudah disekedul Juni 1996, membawa 3 satelelit milik Inggris, AS dan Indonesia (Palapa B-3) lalu karena ada penambahan krew dari Inggris (jadi 7 orang) jadwalnya bergeser mempertimbangkan beberapa faktor teknis sehingga akhirnya terjadi tarik ulur antara Indonesia dan Inggris yang memaksakan salah satu anggota lainnya dari angkatan Udaranya menjadi pilot pertama yang berhasil menjadi astronot luar angkasa yakni Nigel Richard Wood. Sumber : americaspace.com

Hampir 30 tahun kemudian tepatnya pada 2014 kita mendapat informasi layak dipercaya tentang alasan dibalik pembatalan misi STS-61-H yang telah meruntuhkan semangat Pratiwi dan rekannya Taufik Akbar (cadangan) salah satu ahli telekomunikasi dari ITB, sebagaimana diperoleh dari sumber di atas.

Dengan demikian kuat dugaan penulis sebab batalnya misi STS-61-H Pratiwi saat itu karena beberapa hal yaitu :

  • Kerusakan teknis satelit Indnesia yang akan dibawa
  • Satelit tidak dibuat sesuai dengan mestinya
  • Rebutan penumpang dalam misi STS-61-H
  • Dikaitkan dengan peristiwa meledaknya Challenger

Akibatnya, salah satu wanita andalan Indonesia batal terbang dan hanya tinggal kenangan memandang Columbia. Tak cuma itu, kisah Pratiwi juga meninggalkan legenda astronot wanita Indonesai yang pernah "dipermainkan" NASA, Inggris dan AS tiga dekade lalu.

Entah itu sebabnya sampai kini tak ada terdengar kabar lagi wanita Indonesa yang berminat menjadi astronot pertama dari negeri kita. Entah karena putus asa, kecewa, emansipasi atau kurang tertarik karena penuh dengan risiko atau mungkin saja tidak tertarik lagi karena tak mau dipermainkan " untuk kedua kalinya." hehehhehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun