Pada kesempatan lainnya Rusia telah menutup pembicaraan dengan pejabat militer Turki dalam kampanye anti terorisme di Suriah. Salah satu pejabat militer, Jenderal Sergey Rudskoy mengatakan pembicaraan dengan militer Turki sudah dihentikan dan telah diputuskan.
Sementara itu salah satu kapal perang Cruiser buatan 1976, Moskva bermuatan misisil penjelajah telah mengarungi Mediterania beberapa jam setelah peristiwa penembakan pesawat Rusia. Meksi tergolong tua kapal penjelajah tersebut membawa aneka misil permukaan ke udara dan anti misil kapal selam. Kapal tersebut akan memberi perlindungan terhadap pesawat tepur Rusia jika terlibat pertempuran dengan pesawat musuh atau obyek ancaman lainnya.
Beberapa bulan lalu Turki meradang akibat sejumlah negara NATO merencanakan menarik baterai rudal Patriot dari sejumlah tempat pemasangannya di perbatasan Turki dan Suriah. Rencana tersebut sangat disesalkan Turki mengingat rudal legendaris itulah yang paling efektig menhentikan gangguan "setan rudal" milik Rusia disebut di atas.
Jerman, Spanyol dan Belgia telah menarik beberapa Patriot mereka disusul Perancis Januari 2016. Jika ini terjadi jelas-jelas Turki merasa ditinggalkan. Oleh karenanya tidak ada cara lagi selain membuat kejutan salah satunya mungkin dengan peristiwa penembakan pesawat Rusia tersebut Turki menodong NATO agar memperkuat kembali sistim perlindungan udaranya dengan rudal Patriot yang telah teruji kehandalannya dari masa ke masa di berbagai fron dalam dua dekade terakhir.
Inikah yang diharapkan Turki dengan mencari jalan agar permintaan mereka dikabulkan? Sayangnya taktik tersebut terlalu cepat dan mudah dibaca dunia terutama setelah media massa seluruh dunia memperlihatkan jalur Su-24 Rusia sesungguhnya belum menerobos batas wilayah peyangga yang disebut Turki. Selain itu penjelasan saksi hidup seorang co-pilot yang berhasil selamat disebut diatas semakin memojokkan Turki tentang kejujurannya dalam memberikan pernyataan tentang latar belakang peristiwa tersebut terjadi.
Kelihatannya skenario barat dan Israel mempertemukan Rusia dengan Turki menjadi kenyataan. Barat memilih tidak terlibat perang dengan Rusia untuk menghindari terjadinya PD-3. Begitu juga dengan Israel sengaja tidak mau terlibat di dalamnya kecuali dengan membuat trik dan intrik yang berpotensi membuat Turki dan Israel head to head berperang di Suriah.
Mengapa Turki dipilih menjadi pahlawan Nato dalam eskalasi Suriah, hanya Turki dan negara NATO saja yang tahu apa dibalik semua itu. Yang jelas Rusia bukan lawan enteng. Operasi penyelamatan salah satu saksi kunci yang masih hidup meski mengorbankan nyawa salah satu marinirnya dalam helikopter penyelamatan super kilat membuktikan kecepatan dan akurasi intelijennya berjalan efektif.
Intelijen Rusia kembali memainkan peran briliannya, setelah co-pilot diselamatkan lalu diendapkan beberapa lama (dirahasiakan) menanti reaksi Turki memberikan pernyataan demi pernyataannya. Setelah itu barulah saksi kunci tersebut berbicara sehingga mematahkan alibi Turki tentang apa sesungguhnya di balik peristiwa tersebut.
Meski Turki kini terpojokkan namun NATO tetap akan membela Turki, tak lain dan tak bukan adalah membuat Turki head to head berperang dengan Rusia mewakili NATO untuk menghindari pecahnya PD-3.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo