Pelaku dua serangan terpisah bom bunuh diri terbesar di Turki (Ankara) pada 10 Oktober 2015 lalu telah terungkap, yaitu Yunus Emre Alagöz dan Ömer Deniz Dünda . Keduanya diduga kuat sebagai pelaku serangan berdasarkan pengumuman otoritas Turki.
PM Turki, Ahmet Davutoglu dalam keterangannya kepada pers 14/10/2015 menyatakan bahwa kedua pelaku adalah anggota jaringan ISIS (IS) dan pemberontak Kurdi, PKK. Salah satu sumber : theworldweekly.com 14/10/2015
Seperti telah diketahui bersama, dua serangan bom bunuh diri berlainan lokasi dan waktu (terpisah) di depan stasiun kereta api di ibukota Turki (Ankara) ditujukan terhadap pendemo aksi damai yang terdiri dari sekelompok buruh dan organisasi msayarakat damai meminta pemerintah Turki menghentikan aksi kekerasan pihak keamanan Turki terhadap pejuang Kurdi Turki (PKK).
Aksi protes damai berujung maut tersebut terjadi pada 21 hari menjelang Pemilu Turki yang akan dilaksanakan pada 1 Nopember 2015 yang akan datang.
Dari berbagai informasi menyebutkan jumlah korban jiwa bervariasi antara 97 orang hingga 122 orang. Seberapapun jumlahnya aksi serangan bunuh diri yang akhirnya dapat diidentifikasi pelakunya oleh pihak kepolisian berdasarkan test DNA pada pecahan dari tubuh pelaku dan informasi jaringan IS di Turki yang dikumpulkan pihak intelijen dapat diketahui pelakunya adalah Yunus Emre Alagöz dan Ömer Deniz Dünda
Siapakah keduanya yang dituding pelaku?
Yunus Alagöz berasal dari etnis kurdi dari Adıyaman, berprofesi sebagai salah satu petugas pelayanan keamanan (sekuriti. Ia adalah adik kandung dari pelaku bom bunuh diri sebelumnya di Suruc, Turki pada 20 Juli 2015 lalu yang telah diakui IS sebagai anggotanya, yaitu Şeyh Abdurrahman Alagöz yang menewaskan 33 orang.
Setelah serangan bunuh diri di Suruc, Yunus dikabarkan menghilang dan wajahnya tertangkap kamera (cctv) di sekitar stasiun kereta api beberapa menit sebelum peristiwa ledakan bunuh diri itu terjadi, kata petugas keamanan.
Sementara itu, Omer Dunda adalah salah satu orang yang dicari-cari polisi Turki. Ia diduga masuk ke Ankara dari Suriah melalui provinsi Gaziantep dengan kendaraan berbeda dengan pelaku pertama. Melalu pemeriksaan DNA di lokasi kejadian, diketahu pelaku yang kedua adalah Omer Dunda. Salah satu saksi mata mengatakan melihat Omer di depan stasiun kereta api beberapa jam sebelum ledakan itu terjadi.
Entah bagaimana kaitan dan kekuatan faktanya keduanya telah dinyatakan oleh pemerintah dan otoritas terkait sebagai pelaku serangan teroris terbesar menelan korban jiwa dalam sejarah Turki modern.
Ada beberapa hal menarik yang dapat dijadikan analisis lebih lanjut dari peristiwa dan hasil investigasi bom Ankara tersebut yaitu :
- Otoritas Turki mengaitkan hubungan saudara pelaku bom bunuh diri di Suruc (20/7) dengan bom Ankara 910/10). Investigasi melalui ceceran potongan daging dan tulang manusia di sekitar pusat ledakan mengarah pada hubungan saudara salah satu dari ke dua pelaku yang dituduhkan di atas.
- Tingkat keyakinan tuduhan terhadap Omer Dunda masih sebatas kesaksian seorang sakis mata yang berinisial YS dan dirahasiakan identitasnya oleh petugas keamanan Turki.
- Serangan tersebut terjadi 21 hari menjelang pemilu. Kelihatannya ditujukan untuk massa pro Kurdi (PKK).
- Seorang lelaki berinisial MD yang disebut sebagai orang tua (ayah) Omer Dunda mengakui putranya telah bernagkat ke Suriah pada 2013 lalu.
- Peristiwa pada 10/10/2015 lalu adalah serangan bunuh diri yang ke 4 kali selama 2015
- Sehari setelah peristiwa Ankara, sejumlah partai politik (The Justice and Development Party (AKP);RPP dan NMP) langsung mengurungkan rencana mereka pada pemilu 1 Nopember 2015.
- Sementara itu PKK dan KCK langsung mengumumkan gencatan senjata beberapa jam setelah peristiwa tersebut untuk memberi jaminan dan kepastian pemilu akan berjalan dengan aman nantinya.
Berdasarkan daftar peristiwa serangan bom (aneka katagori) dari wikipedia/Category:Terrorist_incidents peristiwa bom bunuh diri katagori terorisme pada 10 Oktober 2015 lalu adalah yang ke 4 sepanjang 2015 ini. Beberapa peristiwa sebelumnya terkait aksi terorisme adalah :
- Pada 5 Juni 2015, di Dyarbakkir. Serangan bom menewaskan 4 orang dan melukai hampir 100 orang. Pemerintah Turki menuduh pelakunya adalah IS dan PKK
- Pada 20 Juli 2015, di Suruc, Provinsi Sanliurfa, serangan bom bunuh diri yang merenggut korban jiwa 33 orang serta melukai 104 orang.
- Pada 6 Januari 2015, di Istanbul. Serangan bom bunuh diri menewaskan dirinya sendiri dan dua polisi di pos Polisi Sultatanahmet.
Berdasarkan data pada link di atas, total serangan (katagori serangan bom dan serangan teroris) sejak 1996 sampai 2015 terjadi sebanyak 28 kali. Dalam kurun waktu 19 tahun terjadi 28 kali serangan bom dalam aneka katagori. Artinya dalam 19 tahun terakhir rata-rata terjadi hampir 2 kali peristiwa katagori serangan teroris setaip tahunnya. Tahun ini hongga Oktober 2015 sangat disesali telah terjadi 4 kali peristiwa serangan katagori serangan teroris.Turki rawan pengeboman dan aksi terorisme akhir-akhir ini
Turki rawan serangan teroris sejak Krisis Suriah
Reccep Tayyip Erdogan, terpilih menjadi Presiden Turki pertama pada 28 Agustus 2014 melalui era pemilu langsung pertama sekali dalam sejarah Turki. Sebelumnya ia pernah menjadi PM Turki pada 2003 hingga 2014 setelah digantikan oleh Ahmad Dovutoglu.
Sejak Erdogan menjadi Presiden melalui pemilu paling demokratis pertama Turki, banyak kemajuan dalam ekonomi dan pembangunan untuk Turki. Di samping itu banyak juga terjadi unjuk rasa akibat berbagai issu, mulai dari masalah lingkungan, pembangunan hingga persoalan keamanan dalam negeri dan kriisis Kurdi dan Suriah.
Dalam krisis Suriah, Erdogan (Turki) sulit ditebak atau misterius. Satu sisi secara terbuka membantu pemberontak Suriah tapi satu sisi lagi kurang bersemangat beraksi secara langsung di Suriah menumbangkan rezim Assad. Sikap misterius tersebut menandakan Turki menyimpan misi "tersendiri" dalam krisis Suriah. Hal itu dapat terbaca melalui beberapa taktik Turki yaitu :
- Dukungan terang-terangan pada pejuang islam Arab anti rezim Suriah dengan menyiapkan sejumlah dana, wilayah dan persenjataan bagi pemberontak termasuk al Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
- Melalui amandamen pada 2014, kelompok al Nusra dikeluarkan dari daftar jaringan al-Qaeda.
- Mengajukan wilayah larangan terbang diantara perbatasan Suriah-Turki
- Menembak jatuh beberapa pesawat tempur Suriah yang dituding melanggar wilayahnya
- Melarang warga Kurdi Turki menyeberang ke Kobane untuk membantu saudara mereka yang terkepung oleh IS, bahkan melarang masuk bantuan kemanusiaan dari wilayah Turki ke Kobane (Suriah)
- Tidak mau terlibat dalam aliansi AS-Arab untuk menyerang IS sebelum syarat yang diajukan disetujui AS dan UE
- Meningkatkan ketegangan dan eskalasi dengan pejuang PKK di utara Turki
- Fokus utama Turki dalam krisis Suriah adalah hanya menyingkirkan Bashar al-Assad
- Memberi peringatan keras dan ancaman terhadap pesawat tempur Rusia yang melanggar wilayahnya
- Menjadi salah satu tempat pelatihan pejuang moderat yang difasilitasi oleh CIA dan negara Arab
- Turki mengizinkan AS memasang barikade Rudal anti Rudal (Patriot) di tenggara Turki (Sumber breitbart.com/2015/10/14)
Dari sikap tersebut apakah Turki merasa sangat terlambat beraksi di Suriah karena sudah didahului oleh Iran dan Rusia atau memang memanfaatkan kasus Suriah untuk menghadapkan pejuang arab Suriah untuk memberangus PKK dan afiliasinya yang telah menjadi duri dalam daging dalam 3 dekader terakhir dalam negara Turki.
Apapun sikap Turki dan alasan politik beraroma tujuan tersembunyi di dalamnya nyatanya kondisi keamanan dalam negeri Turki semakin terancam.
Satu sisi Turki mendukung kampanye aliansi AS melawan IS, Turki justru menuduh IS sebagai pelaku serangkaian teror di Turki.
Satu sisi IS melakukan aksi pemboman di Turki sayangnya Turki lebih fokus pada aksi serangan besar-besaran terhadap PKK.
Satu sisi Turki memberi fasilitas pada AS (NATO) memerangi IS tetapi Turki tidak mau terlibat langsung melakukan serangan terhadap IS.
Satu sisi Turki setuju dengan kampanye anti IS ternyata Turki mengizinkan pemasangan rudal Patriot di tenggara Turki di perbatasan dengan Suriah yang bisa menjadi semacam ancaman pada pesawat tempur Rusia yang sedang menjalankan misi yang pernah didiskusikan antara Rusia dan sejumlah kepala negara NATO sebelum beraksi pada September lalu.
Mungkinkah itu sebabnya Turki seperti terperangkap dengan gaya politiknya sendiri sehingga gangguan keamanan di dalam negeri Turki semakin meningkat? Sementara Erdogan menyikapi dengan sangat keras setiap aksi protes terhadap pemerintah dan negaranya. Mungkin karena itukah maka peristiwa aksi teror terbesar dalam sejarah Turki modern terjadi di Turki?
Hanya petinggi Turki yang mengetahui apa yang terbaik untuk Turki meski pahit utuk rakyatnya walaupun untuk sementara waktu.
Kita berharap sikap rakyat Turki terperangkap oleh gaya politik pemerintahnya sendiri. Tak heran kini demonstrasi anti pemerintahnya kian membahana seantero Turki memprotes pemerintah yang dinilai tidak melindungi warganya. Rakyat Turki tentu menginginkan negerinya juga damai sebagaimana telah dirasakan dan dinikmati warganya selama Turki dipimpin oleh pemimpin yang tak kalah bijaksana sebelum Erdogan menjadi Presiden atau sebelum menjadi Perdana Menteri (sebelum 2003).
salam kompasiana
abanggeutanyo
Sumber gambar : http://www.benuc.xyz/media/diha/680x350cc-ankara-bomabacilari4.jpg
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI