Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rusia 'Menang' di Suriah, Lupakan Novorossiya

1 Oktober 2015   10:02 Diperbarui: 20 Agustus 2019   11:46 1667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Posisi penting Rusia dalam konflik Ukraina kemungkinan besar dijadikan alat tawar menawar untuk perdamaian di Suriah dimana Rusia mendapat lampu hijau menjalankan aksinya di Suriah.

Di awali sejumlah peristiwa pembicaraan khusus antara Rusia dan AS beberapa waktu lalu dan diikuti oleh melunaknya penyikapan beberapa kepala negara (kunci) di Eropa ditambah dengan aksi berani dan terbuka Ruisia membela mitra sejatinya (Suriah) jalan damai pun mulai terbuka. Sejumlah peristiwa pencetus terjadinya rangkaian pembicaraan konprehensif untuk damai Suriah adalah :

  • Setelah terkatung-katung dua tahun, pembicaraan lanjutan antara Menlu Rusia Sergei Lavrov dengan rekannya dari AS, John Kerry kembali menghangat sejak awal September. Dalam pertemuan terakhir Lavorov menjelaskan kembali proposal Rusia yang sejak lama ditolak oleh Barat. Lavrov memberikan gambaran tentang posisi dan peanan Rusia di Suriah yang hanya fokus di bagian tengah Suriah dan hanya untuk menumpas ISIS serta mmbantu tentara Suriah mempertahankan diri mereka dari ancaman ISIS.
  • Pernyataan kanselir Jerman, Angela Merkel, tentang tiba saatnya melibatkan Iran bahkan Assad untuk pembiaraan damai yang menyeluruh di Suriah
  • Pembicaraan tingkat tinggi Menteri Pertahanan AS dengan Menhan Rusia telah berlangusng sangat intensif sejak pertengahan September 2015. Antara Ash Carter dan rekannya Jenderal Sergey Shoigu dari Rusia telah saling bertukar pendapat tentang proposal dan kerangka aktifitas Rusia di Suriah. Selanjunya, Carter telah meminta pejabt Pentagon untuk melakukan koordinasi dengan pejabat terkait di Rusia mengenai skema kerja Rusia yang menjamin tidak akan terjadi konflik antar ke dua negara di atas langit Suriah.
  • Kunjungan PM Israel, Benjamin Natanyahu ke Rusia pekan lalu untuk mendapatkan kepastian bahwa aktifitas Rusia di Suriah jangan sampai menimbulkan konflik dengan militer Israel.
  • Perubahan pandangan Presiden Turki, Raccip Erdogan setelah bertemu Putin di Moskow sangat kontras dengan sikap keras tanpa konprominya selama ini. Setelah tiba kembali di Turki (23/9/2015) Erdogan memberi keterangan tentang pentingnya melibatkan berbagai pihak dalam mengakhiri konflik di Suriah.
  • Kesediaan Barack Obama menerima Putin di sela-sela sidang umum PBB di New York (30/9/205).

Setelah Putin berbicara dengan Obama (30/9/2015) beberapa jam kemudian, jet tempur Rusia mulai menjalankan operasi resmi pertamanya di Suriah menggempur sasaran ISIS di bagian tengah Suriah, tepat di bagian tengah Suriah tepatnya Rastan dan Talibiseh provinsi Hama.  Sampai pukul 01.24 WIB (1/10/2015) Rusia telah melakukan 20 sortir serangan udara ke wilayah tersebut.

Meski beberapa analis sekutu menilai serangan Rusia tersebut ternyata tidak menyasar ISIS melainkan pejuang moderat Suriah namun Rusia menampik tuduhan tersebut sebagaimana disampaikan juru bicara militer Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov diberiktakan di sini : TRENDNewsAgency

Menang di Timur Tengah

Kini Rusia mulai melenggang di atas langit Suriah. Serangan pertama telah berlangsung dengan leluasa. Rusia meliris video tentang keberhasilan mereka memporak porandakan gudang logistik dan kendaraan tempur yang mereka sebut milik ISIS. Tampaknya dengan semakin berjalannya waktu Rusia yang merasa (diatas angin) telah menang pengaruh di Timur Tengah akan semakin mengganas di Suriah.

Mengapa Rusia merasa merasa menang di Suriah, alasannya adalah sesungguhnya Rusia memberi pesan kepada barat dan NATO bahwa mereka mampu mengambil alih tugas Turki dalam memerangi ISIS yang telah disepakati dunia sebagai ancaman Global. Turki yang selama ini mendapat tugas tersebut ternyata sangat hati-hati menjalankan peran tesebut dengan berbagai alasan.

Rusia menang dalam diplomasi karena kini tanpa perlu kekhawatiran lagi menjalankan aksinya bahkan dengan cara sangat terbuka.

Satu sisi Rusia menawarkan kemampuannya memerangi ISIS dengan sistim persenjataan modern mereka, di sisi lain peran Suriah tersebut justru memperkuat posisi Assad. Dengan aksi tesebut setidaknya eksistensi Assad masih dapat berlanjut, setidaknya hingga beberapa waktu ke depan.

Jika Rusia efektif menaklukkan ISIS tidak mustahil pamornya bakal naik. Pengaruhnya akan sangat besar di kawasan tesebut. Mau tidak mau Eropa dan AS harus angkat topi buat Rusia meski mungkin di balik itu ada trik-trik bermuatan destruktif untuk mengurangi nilai tambah terhadap Rusia melalui aneka skenario klasik yang lazim terjadi dalam dunia pencitraan negatf selama ini.

Rusia harus rela melupakan (entah sementara waktu) perang Donbass di bagian timur Ukraina dalam program . Bahkan sebanyak 2500 pejuang Donbass dikabarkan akan minggat dari arena tersebut untuk bertempur di pihak Rusia di Suriah. Putin menyampaikan bahwa sebanyak 2500 warga negaranya akan membantu pasukan Rusia di Suriah. Dan setelah tugas tesebut selesai nantinya mereka akan kembali lagi ke negaranya. Sumber : RBTH

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun