Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Titip Tulisan di Lapak Teman Tidak Semudah Dibayangkan

14 Mei 2015   04:47 Diperbarui: 29 Maret 2020   11:47 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi Dokumen Abanggeutanyo

Hampir lima tahun yang lalu, tepatnya pada 28 Agustus 2010, dalam sebuah tulisan di Sini, penulis (saat itu) coba memahami sekaligus menganalisis "hobi" sebagian rekan kita menitipkan tulisannya (titip link posting) baik di kolom komentar (secara terbuka) maupun ke dalam inbox (tertutup). Tidak ada yang salah atau dialarang terkait aksi tersebut dalam konten tulisan tersebut.

Meski titip postingan itu tidak salah apalagi ditujukan kepada rekan sejawat yang paling terasa akrab dibanding rekan lainnya nyatanya penitip tulisan harus siap-siap menerima aneka dampak dari aksinya. Sedikit tidaknya ia akan berhadapan dengan penolakan atau tidak akan digubris. Kalaupun digubris ya sekadar komentar "penyedap rasa" saja. Lebih ironis lagi rekan kita hanya membalas pesan kembali di inbox tanpa melihat ke "TKP"sedikitpun.

Menitip postingan tulisan atau sekarang sering disebut "Jualan" itu bukan suatu yang salah namun penulis yakin banyak diantara rekan kita jarang menitip postingan, bahkan tak pernah sekalipun menitip tulisan baik terbuka maupun tertutup, kecuali dalam memberi komentar mengenai topik sama pada kolom komentar penulis lain yang memiliki visi yang hampir sama pada topik pembahasan (tulisan).

Sama dengan penulis, nyaris tidak pernah BUKAN berarti pede amat dan tak membutuhkan perhatian orang lain, bukan karena itu. Faktor rasa sungkan, segan dan khawatir menganggu rekan lainnya (pemilik lapak) mungkin terasa lebih dominan sehingga beberapa kali niat untuk melakukan hal tersebut terpaksa diurungkan.

Rasa sungkan alias segan menitip tulisan itu akhirnya terpatahkan. Pada Mei 2015 lalu penulis coba mengirimkan satu saja judul tulisan kepada 17 rekan pembaca budiman yang sengaja dipilih dengan dasar pertimbangan sebagai berikut :

  • Teman dekat (karena pernah bertemu)
  • Teman terasa dekat (karena se-ia  dan se-kata dalam visi menulis)
  • Teman hampir mendekat (karena mulai sering bertukar sapa komentar dalam lapak masing-masing)

Penulis nekat mengirim sebuah link tulisan ke inbox tiga golongan sahabat di atas. Total sahabat yang terkirim link tulisan penulis terkirim secara bertahap sebanyak 17 rekan kompasiana (kompasianer).

Saya pun menanti dengan berdebar-debar. Khawatir tersinggung tapi mengharapkan balasan suka cita bercampur dukungan moral. Siang berganti malam sasya menantikan reaksi rekan-rekan dambaan tersebut.

Hasilnya, lihatlah bagaimana penyikapan rekan-rekan penulis berikut ini :

  • 8 rekan meluncur ke TKP. Dan 7 diantaranya membalas pesan
  • Satu rekan tidak membalas pesan tapi langsung meluncur ke "TKP" dan meninggalkan komentarnya di sana. (Sudah termasuk dalam tujuh yang meninggalkan komentar disebut di atas).
  • Dua  rekan hanya membalas pesan tapi tak sempat ke TKP, mungkin karena belum sempat atau tak sempat berkunjung ke Kompasiana akibat kesibukan rutinitas yang semakin padat.

Perbandingan yang bersedia membalas pesan (7) dari total pesan terkirim ke inbox mereka (17) adalah 7 banding 17, atau hanya 41% saja. Meski tidak sampai setengah dari kapasitas terpasang itupun sudah baik sekali. Penulis merasa senang sekali tiada kepalang.

Untuk itu, kepada rekan yang telah berkenan meluangkan waktunya penulis menghaturkan terimakasih sedalam-dalamnya secara terbuka. Dan kepada rekan budiman (bukan Budi Gunawan -red)  yang belum sempat memenuhi undangan tersebut semoga lain kali bersedia meluangkan waktunya.

Gambar berikut ini adalah hasil dari pengolahan data yang penulis ambil dari inbox sendiri. Kolom paling kiri adalah Rekan yang membalas pesan. Kolom bagian tengah dan kanan adalah daftar pengiriman pesan. 

Gambar dan isi pesan terpaksa penulis samarkan (blur) karena menjaga privasi mereka daripada dituntut di depan yang mulia pak Hakim dan jakasa akibat membeberkan rahasia pribadi masing-masing.

Sumber : Dok Abanggeutany
Sumber : Dok Abanggeutany

Melihat outputnya tidak sampai setengah dari kapasitas terpasang, apakah penulis akan jera alias kapok melakukan hal yang sama di masa akan datang?

Mempelajari balasan pesan dari rekan-rekan di atas pun sebagian besar tidak bersemangat memberi balasannya. Jadi kesannya menyedihkan, seperti sekadar menghibur tanda memberi dukungan moril.

Pesan moral apa yang dapat kita petik dari fenomena di atas? Tentu banyak. Hanya sedikit yang dapat disebut di sini, yaitu :

  • Menitip link tulisan tidak menyenangkan si penerima pesan.
  • Jika mau menitip pesan, lakukan saja secara terbuka pada kolom komentar pemilik lapak jangan ke inbox.
  • Menitip link yang di luar topik lebih-lebih lagi "Spam Comment" bikin hambar pemilik lapak rasanya.
  • Aktif memberi respon pada link rekan lain belum tentu dapat balasan setimpal. Mungkin kesibukan dan faktor lainnya membuat rekan-rekan kita BELUM punya waktu tepat berkunjung ke tulisan kita.
  • Memberi komentar kepada penulis muda atau pemula akan membuat suasana rumah kita lebih meriah. Support pada mereka sangat perlu agar mereka semakin bersemangat meluncurkan karya-karyanya membombardir halaman depan rumah kita akan terasa lebih indah dengan aneka cita rasa dan jenis tulisan mereka.
  • Silaturrahmi (anjang sana melalui inbox) memang perlu. Tapi kadang itu pun tidak menyenangkan yang menerima. Terlebih wanita muda, cantik, cerdas dan piawai memainkan "dawai" keyboard-nya, pasti memikir sejenak uluran silaturrahmi dari sang pria yang belum dikenalnya dan ganteng seperti saya (liat dari bulan maksudnya, hehehehe).

Beberapa kompasianer telah menerbitkan aneka tulisan tentang fenomena titip menitip tulisan di Kompasiana secara terbuka maupun tertutup. Beberapa diantaranya adalah :Titip-menitip-lapak-tulisan, oleh rekan kita indriatami

  • Budaya-titip-lapak-di-kompasiana, oleh rekan kita Ikhlash
  • Silakan-titip-lapak-di-artikel-saya, oleh rekan kita GUN4W4N
  • Nitip-lapak-cara-yang-santun-dan-beretika, oleh rekan kita azkasubhan
  • Dan masih banyak yang lainnya, termasuk

Jadi masih bersemangatkah menitip link tulisan anda ke rekan-rekan lainnya? Silahkan saja, mana yang akan anda pilih. Tak salah kita berbagi, apalagi jika rekan budiman tak perduli dengan "output" yang dihasilkan.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun