Turki sampai terlalu jauh berani melakukan hal tersebut? Tidakkah kuatir melihat lobi politik Armenia dan sejumlah orang Armenia ternama yang kini menjadi warga AS melakukan lobi-lobi khusus menyudutkan posisi Turki?
Turki telah menimbang matang-matang dari aneka dimensi termasuk risiko paling buruk sekalipun. Oleh karenanya Turki secara pelan tapi pasti kini mulai memperlihatkan "taringnya" dalam konflik di negara tetangganya, Suriah.
Kassab menjadi rumah yang paling indah untuk dperebutkan meski bukan akses utama menguasai Damaskus. Tapi, menguasai Kassab akan bermakna kemenangan politis karena jika Kassab jatuh ke tangan pemberontak maka Turki berjanji akan memberikan perlindungan dalam berbagai bidang kepada warga Kesab.
Turki bersama intelijen NATO dan pemberontak bekerja keras untuk menguasai Kassab demi tujuan dan harapan yang dicita-citakan dapat tercapai. Tak heran Turki habis-habisan membela kepentingan pemebrontak untuk pengausaan Kassab.
Terlepas dari seluruh pemberitaan dikelola intelijen Suriah"" yang menuduh Turki membantu pemberontak (predikat "teroris" dalam pandangan pemerintah Suriah) kondisi ini membuat Turki menjadi serba salah dan dilematis saat ini.
Turki mendapat kecaman dari sejumlah warga Armenia yang melakukan demonstrasi di Yerafan ibu kota Armenia atas sikap Turki membantu dan memfasilitasi pemberontak menyerang kota Kassab yang didominasi oleh orang Armenia (80%) dan sisanya suku Alawite (20%).
Issue Armenia salah satu momok paling menakutkan Turki dalam upayanya menjadi anggota UE karena peristiwa genosida yang dituduhkan Eropa terhadap Turki yang terjadi pada 1915. Berbagai fakta kini mencuat ke permukaan memberitakan tentang peristiwa genosida terhadap Armenia yang membuat hubungan ke dua negara sampai kini belum pulih normal.
Akan tetapi kenyataan sampai kini tidak seperti yang diinginkan. Kassab masih dikuasai oleh tentara Suriah yang berhasil memukul mundur pemberontak dan tentara Turki kembali ke dalam garis batas Turki. Lebih dari itu, kini sejumlah orang Armenia merasa galau karena issue tersebut mengenang kembali peristiwa emosional pada tragedi genosida Armenia satu abad yang lalu.
Penguasaan "Rumah yang Indah" Kassab belum sepenuhnya berakhir. Serangan dan balasan serangan silih berganti oleh tentara Suriah dan FSA (dibantu Turki dan agen NATO). AS dan Eropa mempertimbangkan "meninggalkan" pemberontak Suriah jika tidak dapat berbuat banyak dalam menumbangkan rezim Assad.
Di lain sisi, tampaknya tentara Suriah mati-matian mempertahankan "The Beutiful House" nya agar segera mungkin dapat mengakhiri perang saudara yang telah berusia 37 bulan dan merenggut nyawa hampir 150 ribu jiwa.
Jika Suriah mampu menguasai Kassab di front utara maka secara moral akan menaikkan semangat juang pasukannya sekaligus menjadi kemenangan politik bagi Suriah yang mampu menaikkan posisi tawar-menawarnya dalam negosiasi dan diplomasi. Apalagi sejak akhir 2013 hingga kini pasukan Suriah dibantu aliansinya mulai memperlihatkan kemajuan dalam hampir seluruh front meski korban jiwa di pihak pemerintah juga besar.