Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sutan Batugana Kena Batunya

15 Mei 2014   04:06 Diperbarui: 14 November 2019   19:27 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : http://beritaakang.blogspot.com/2014_05_01_archive.html

Sutan Bathoegana Siregar, (Sutan Batugana) akhirnya ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK terkait kasus korupsi pada penyusunan Anggaran Pendapatan Nasional Perubahan (APBNP) di Kementerian  Energi dan Sumberdaya Mineral.

Sutan diduga terlibat pada kasus Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)  yang melibatkan tersangka sebelumnya, mantan ketua SKK Migas, Rudi Rubiandini.

Menurut jubir KPK (Johan Budi) bentuk dugaan keterlibatan Sutan pada kasus tersebut secara umum ada dua hal, salah satunya adalah peranan Sutan sebagai pejabat dan anggota DPR terbukti  menerima hadiah atau gratifikasi yang seharusnya tidak diperkenankan diterima oleh pejabat manapun.

Dari  informasi Asep, saksi sebelumnya, diduga Sutan menerima bingkisan Hari Raya (2013) dalam tas senilai US$ 200 ribu dari Pertamina yang diantar oleh Asep Toni (sopir Rudi Robiandini). Menurutnya, permintaan dana tesebut sesuai permintaan Sutan untuk THR pada tahun lalu.

Entah untuk membeli atau memenuhi kebutuhan apa uang THR sejumlah tersebut. Nyatanya kini  hal tersebut  telah menjadi  kasus dan KPK telah membidik Sutan secara intensif sejak Desember 2013.

Selain itu, disadari atau tidak oleh Sutan  sejumlah manuver kontroversialnya telah memancing lawan dan kawan politiknya terkait dalam sikap, tutur kata dan wawasannya selama berinteraksi dalam dunia politik dan karier selama ini.

Terhadap kawan sekalipun Sutan merasa tidak nyaman. Dalam salah satu pernyataan normatifnya, ia menilai tentang kegagalan dirinya masuk Senayan karena "jeruk makan jeruk"alias kawan makan kawan. Tanpa menunjuk siapa kawan tersebut ia merasa kawannya telah mengurangi perolehan suaranya sehingga gagal menjadi anggota DPR kembali.

Tak asing bagi kita melihat tingkah polah Sutan selama menjadi anggota DPR dan sebagai petinggi Partai Demokrat dihiasi oleh tanda tanya yang amat besar oleh pengamat politik, cendikiawan, politikus dan masyarakat umum. Beberapa pernyataannya sering dipelintir dan dengan luapan emosi berapi-api berusaha menutupi sejumlah lontaran pernyataannya yang kontroversial sekaligus menunjuk-nunjuk dengan mata melotot, membuat geli yang melihatnya.

Terakhir sekali pada 17 Januari 2014 lalu, Sutan memberi statemen pada pers bahwa ia siap sedia jika terbukti korupsi pada kasus korupsi di SSK Migas. Dengan gaya khasnya Sutan memberi garansi " Tidak ada masalah jika harus mundur karena sesuai dengan Pakta Integritas. Semua yang dilakukan sesuai dengan fungsinya di Komisi VII. Jadi tidak ada masalah,"katanya.

Selain itu, sesuai dengan siaran berita dari salah satu stasiun telvisi swasta pada 14/5 terlihat adegan kampanye caleg Sutan sendiri dengan vulgar dan tanpa kuatir sedikitpun membagi-bagi uang pecahan Rp.50 ribu pada pengunjung. Dengan gaya dermawan Sutan membagi-bagi uang dari atas panggung pada sejumlah orang pendukung setianya.

Jika benar beberapa fakta di atas menjadi pemicu bidikan terhadapnya malang nian nasib Sutan. Sudah tidak lolos ke Senayan malah menjadi tersangka KPK. Sutan mengaku telah menghabiskan dana Rp.1,5 miliar untuk proses pencalonannya sebagai legislator berpengalaman. Uang itu telah disiapkannya sejak 5 tahun lalu saat menjabat sebagai anggota DPR. Padahal sebelumnya pada pilgub Sumut, Sutan juga terkuras dananya untuk biaya kampanye pencalonan dirinya  namun gagal menjadi Gubernur Sumut.

Bagaimana sikap Sutan saat berdebat sengit dalam proses sidang penentuan opsi  atau sikap DPR pada kasus bailout Bank Centery pada 2012 lalu yang digelar maraton hampir 2 bulan lamanya, belum hilang dari pandangan rasanya.

Apa reaksi Sutan saat memberi statement tentang " mengungsinya" Nazaruddin teman setianya di Partai selama di Singapore dan pelariannya ke beberapa negara? Sutan mengaku tidak tahu meski ia bertemu Nazar di Singapore dan menyerahkan sejumlah bekal untuknya.

Di luar semua itu, kita juga harus akui terdapat sisi positif Sutan yang bisa menjadi contoh baik, misalnya tentang arti pertemanan dan loyalitas pada partai. Meski ia tidak termasuk cendikiawan ulung di Senayan tapi ia sangat cerdik dan piawai menjaga pertemanannya, sekalipun suara Pilegnya dicurangi oleh koleganya separtai.  Ia memilih merahasiakan identitas kolega tersebut demi menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan kader serta organisasi partai.

Dalam urusan partai pun ia setia. Meski tidak (kurang) paham seluk beluk masalah tapi dengan bersuara lantang ia mampu memperlihatkan sikap bahwa ia punya sisi dan posisi yang tegas untuk partainya dalam posisi terjepit sekalipun.

Tapi semua itu kelihatannya kurang bermakna bagi Sutan. Kesetiaan dan loyalitasnya tidak berbuah apa-apa baginya. Selain suara pemilu legislatifnya (merasa) dirampok oleh teman, ternyata posisi Sutan dalam kasus tersangka saat ini tidak mendapat simpati seirus dari teman partainya.

Meski sedih, Luhut teman setianya di Partai dan sama-sama bersaing di Dapil -1 Sumut, memberi penilaian PD tidak akan mencampuri masalah tersebut dan mengikuti proses hukum sebagaimana mestinya. Luhut mengimbau kader PD agar tidak korupsi. Entah jika Luhut belakangan menolak statement pada tulisan ini. (Dasar pernyataan di atas lihat di Sini -Red.)

Meski kena batunya tapi kondisi ini bukan akhir segalanya bagi Sutan yang memiliki karakter kestria, berjiwa besar dan friendly. Jika tak lolos ke Senayan ia masih dapat mengembangkan dan fokus pada usahanya kembali di Medan.

Akan tetapi kondisinya kini sedikit agak terganggu secara finansial, waktu, pikiran dan tenaga akibat berurusan dengan KPK. Apalagi jika menjadi terdakwa dan menjalani masa-masa sulit di tahanan. Bukan saja waktu dan tenaga yang terbuang, dana pun bisa terkuras untuk membayar denda dan urusan lainnya.

Sutan mungkin kena batunya sekarang...

Salam Kompasiana

Abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun