Entah secara kebetulan ada kaitannya apa tidak antara peristiwa "Sopir Pencabut Nyawa" di Tugu Tani dengan peringatan "Aksi Legalisasi Ganja di Tugu Tani" beberapa waktu lalu -tepatnya pada 7 Mei 2011- saat seratusan orang Lingkar Ganja Nasional (LGN) Dira Naraya, menyita perhatian orang saat melakukan aksi long march untuk mendesak pemerintah menyetujui pengembang biakan tanaman Ganja, peristiwa Tugu Tani Afriani pencabut nyawa terjadi di lokasi yang sama lebih hebat lagi menyita perhatian pemerintah dan kita semua.
Peristiwa di Tugu Tani yang memilukan dan menyayat hati tersebut telah memancing reaksi penuh emasional dan irasional dari berbagai pihak. Beberapa tanggapan emosional dan marah telah ditujukan pada pengemudi dan kendaraan tersebut penuh emosional, misalnya tentang sosok pengemudi bak "Kuda Nil" yang dinilai sudah seperti mati rasa. Disebutkan juga dalam pemberitaan lainnya bahwa pelaku tragedi Tugu Tani Doyan Mabuk dan Rasis. Belum lagi ribuan twitter yang menyerang sosok wanita berdarah dingin tersebut dalam berbagai pandangan minor lainnya.
Irasional karena peristiwa tersebut menyerempet parikan yang tentu menolak keras menjadi "kambing hitam." Pemberitan tentang masalah teknis dan spesifikasi kendaraan maut tersebut menimbulkan masalah. Stabilitas kendaraan Xenia (sejenis dengan Avanza) dinilai kurang stabil dalam kaitan teknis dan disainnya. Kendaraan tersebut sering terlibat kecelakaan di seluruh tanah air sehingga diminta dikaji ulang oleh Menteri Perhubungan, Freddy Numberi (sumber : http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1773412/menhub-tinjau-ulang-kelaikan-toyota-avanza).
Sejarah Tugu Tani.
Tugu Tani sebetulnya bukanlah tugu Petani. Tugu Tani disebut demikian karena yang terlihat pada patung tersebut adalah sosok seorang lelaki yang menggunakan topi caping -yang biasa digunakan petani- dan memanggul senjata laras panjang. Sosok itu adalah simbol pejuang kemerdekaan yang sedang dilepaskan oleh ibundanya ke medan juang.
Sumber inspirasi pembuatan tugu tani terebut sebetulnya ada dua hal yang penting. Pertama dari sisi politik, pada masa era perang dingin ketika Indonesia lebih condong ke Rusia (dahulu Uni Soviet -red) dan RRC secara terselubung melambangkan manivesto politik negara dan bangsa Indonesia yang terilhami oleh perjuangan petani RRC yang berhaluan Komunis. Ini juga menjadi harapan perjuangan PKI (saat itu) yang mengharapkan sumber simpatisan dan kekuatan politik dan perjuangan mereka berasal (terutama) dari Barisan Tani Indonesia atau BTI tahun 1962.
Dari sisi Seni Patung kotemporer, pembuatan Tugu Tani yang terbuat dari bahan perunggu tersebut adalah maha karya "Duo Rusia" seniman patung kontomporer pada jaman itu, Matvei Manizer dan anaknya Otto Manizer . Kabarnya tatkala presdien Soekarno -saat itu- berkunjung ke Rusia tahun 1960. Dalam kunjungannya ke sebuah tempat pembuatan patung di Rusia beliau terkesan dengan karya patung buatan Manizer. Lalu beliau menawarkan untuk membuat salah satu patung revolusi di Indonesia.
Singkat cerita, tim seniman patung Rusia dipimpin Matvei berkunjung ke Indonesia, mereka mencari imajinasi dan tema pembuatan patung di sebuah lokasi di Jawa Barat. Setelah tema dan imajinasi ditemukan dan berkonsultasi dengan tim ahli Soekarno mereka kembali ke Rusia dan menyelesaikan pembuatan patung tersebut hingga selesai dan mengirimkannya ke Indonesia menggunakan kapal laut.
Patung tersebut tiba di Indonesia pada tahun 1963, kemudian sesuai dengan rencana yang telah disiapkan patung tersebut ditempatkan di segitiga Menteng. Dalam publikasi selanjutnya patung atau Tugu Tani itu disebutkan sebagai bantuan dari pemerintah Uni Soviet.
Beberapa "kejanggalan" dalam kasus Afriani