Jika para seniman telah memprediksi bencana tersebut akan datang, tentu tidak berarti itu harus terjadi. Syair dalam bait-bait itu tentunya meminta kita agar segera memberi perhatian kepada alam dan lingkungan Jakarta. Kota ini tidak untuk "diperkosa" semena-mena dengan mengatas namakan kepentingan sosial, khalayak ramai,apalagi hanya untuk kepentingan komersial semata.
Para seniman saja telah memikirkan hal tersebut jauh-jauh hari (puluhan tahun lalu) mengapa kita yang hidup di kota Jakarta tidak sedikitpun khawatir dengan ancaman tersebut? Apakah karena hidupdi Jakarta begitu kerasnya sehingga yang penting adalah "biasa hidup" atau "bisa eksis" sehingga tak merasa perlu mengkhawatirkan hal tersebut?
Kita semua sudah hilang rasa takut sehingga ancaman apapun terasa biasa-biasa saja dan dianggap enteng-enteng saja, sehingga tidak merasa penting memperdulikan hal tersebut.?
Pemerintah daerah hanya memikirkan PAD saja sehingga apapun bentuk eksploitasi bumi dan tanah serta alam Jakarta seperti lepas kendali dan tidak memikirkan dampak atau resiko atas pemerkosaan yang vulgar terhadap Jakarta?
Jika saja Jakarta itu bisa menangis kita akan mendengarkan "jeritan" pilu hatinya. Ia akan mengatakan kepada kita seluruh penduduk Jakarta..." wahai warga ku,..tolong lah aku. Hentikan perlakuan yang membahayakan terhadap diri ku, karena sebentar lagi kita akan terjebak dalam bahaya jika tidaksegera hentikan pemerkosaan terhadap diri ku.."
Apakah ada yang mendengar..? Mudah-mudahan ada dan banyak yang mendengarkannya, sehingga sang BIMBO pun tak perlu mengingatkan kita lagi dengan membuat lagu yang meramalkan tahun 2015,atau 2030 atau 2050 akan terjadi malapetaka yang mengerikan itu..
Semoga Tuhan yang Maha Kuasa menjauhkan cobaan yang tidak sanggup kita lukiskan kengeriannya tersebut. Marilah kita rawat Jakarta dengan lebih jujur, serius dan mencintainya lebih nyata dan lebih baik, dari sekarang.
Salam Kompasiana
abang geutanyo
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI