Informasi tentang turunnya harga minyak mentah dunia Light Sweet (WTI) dan Brent) telah membahana di seluruh dunia. Menurut aneka informasi, per 12 Desember 2014 yang disajikan oleh http://www.oil-price.net/ harga minyak di pasaran internasional untuk WTI pada level $59,59 per barel, merosot dari harga kemarin $59,95 per barel.
Hal yang sama terjadi di pasar London, harga Brent juga turun menjadi $63,68 per barel, atau masih bertahan (stabil) dari harga sehari sebelumnya.
Aneka analisa tentang melorotnya harga minyak mentah dunia saat ini beraneka macam sebabnya, antara lain adalah:
- ISIS yang menguasai sejumlah ladang minyak di Irak dan Suriah selama ini menjual dengan harga sangat murah ke pasar gelap.
- Isue strategi ekonomi Uni Eropa menekan ekonomi Rusia yang masih kokoh perekonomiannya meski mendapat sanksi ekonomi Eropa dan AS. Selama ini Eropa sangat tergantung pada suplai gas dan minyak Rusia.
- Arab Saudi memperoduksi minyak lebih intensif untuk menyiapkan cadangan minyak bagi kepentingan strategid AS di masa yang akan datang.
- Perkiraan perekonomian AS memasuki masa resesi memancing para pedagang saham dan pialang mengalihkan investasi mereka dari perdagangan minyak kepada investasi emas dan surat berharga lainnya.
- Menurut analisis Badan Energi Internasional (IEA) AS sedang menyimpan cadangan minyak secara massif. Selain itu AS juga sedang memperoduksi minyak secara besar-besar dari kilang minyak Bakken di Dakota utara dan Eagle Ford di Montana yang mampu menghasilkan minyak 1,51 juta barel sehari. Dari ke dua kilang AS tersebut mampu menyediakan 66% kebutuhan minyak AS.
Tentu masih banyak hal sebab lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini. Akan tetapi kelihatannya melorotnya harga minyak lebih disebabkan oleh persediaan minyak dunia yang berlimpah dibandingkan dengan permintaan. (Teori Ekonomi Hukum Permintaan dan Penawaran).
Di beberapa negara dunia, kondisi ini membuat otoritas terkait dan berkompeten dalam perekonomian negara mengambil kebijakan penting yaitu dengan memesan minyak sebanyak-banyaknya dan menurunkan harga.
Di sisi lain, mengacu pada pendapatan rata-rata minimum di beberapa negara dan harga bensin per liter untuk konsumsi dalam negeri, terlihat pendapatan rata-rata minimum di negara-negara maju tidak terlalu memberatkan konsumen.
Beberapa informasi tentang harga bensin di sejumlah negara yang berlaku per 1 Desember 2014 dapat dilihat pada http://www.bloomberg.com. Jika dibandingkan dengan rata-rata penghasilan minimum di negara-negara yang disebutkan di bawah ini akan terlihat sejumlah negara yang tidak terlalu memberatkan warganya meski harga bensin tersebut jauh tinggi di bandingkan dengan harga di negara berkembang. Beberapa diantaranya dapat dilihat sebagai berikut:
- Malaysia. Penghasilan perkapita minimum per bulan (Minimum Wage) MYR.800 (US$ 229 ). Harga premium (Bensin atau Gasoline) saat ini : US$ 0,65 per liter. Malaysia telah menurunkan harga BBM untuk konsumsi dalam negeri pada Nopember lalu.
- Filipina. 11.240 Peso (US$ 252).Harga bensin saat ini US$1,16 per liter.
- Singapore. Pendapatan minimum per bulan SGD1000. Rata-rata pendapatan 7.437 SGD. Harga bensin US$1,7.
- Thailand. Pendapatan minimum per bulan 6.344 Bath Thai (US$ 194). Harga bensin US$1,1.
- Australia. Pendapatan minimum per bulan US$ 640 per minggu. Harga bensin US$ 1,35
- Swiss. Pendapatan minimum per bulan US$ 5.693.Harga bensin US$ 1,88
- Argentina. Pendapatan minimum per bulan US$ 35. Harga bensin US$ 1,55
- Bulgaria. Pendapatan minimum per bulan BGN 340 Bulgarian Leva (US$ 218). Harga bensin US$ 1,48
- Croatia. Pendapatan minimum per bulan 3.017 Crotian Kuna(US$ 489). Harga bensin US$ 1,64
- Denmark. US$ 21 per jam. Harga bensin US$ 2
- Estonia. € 355 (442 US$ ). Harga bensin US$ 1,51
- France. € 1.445 (US$ 1.799). Harga bensin US$ 1,72
- Hongaria. 101.500 Forin (US$ 410). Harga bensin US$ 1,53
Di negara kita, dengan asumsi penghasilan minimum rata-rata Rp.2,4 juta per bulan, dengan harga bensin (subsidi) Rp.8.500 atau setara dengan US$ 0,67 (harga per liter di Bloomberg sebelum subsidi US$ 0,95 per liter) kelihatannya tidak bermasalah, namun jika dibandingkan US$ 0,67 dengan penghasilan minimum di atas, ternyata serapannya mencapai 0,4% per liternya.
Jika penghasilan minimum kita Rp.2,4 juta per bulan dan mengkonsumsi (minimal) 20 liter saja dalam sebulan berarti akan menyerap pendapatan kita untuk belanja bensin sebesar Rp.170.000 (7% dari pendapatan minimum di atas). Bandingkan saja dengan daya serap untuk belanja bensin di beberapa negara disebutkan di atas.
Untuk mengatasi defisit pendapatan negara 2014 dan menimbun cadangan devisa dalam APBN 2015 tentu pemerintah mempunyai strategi khusus termasuk dengan momentum jatuhnya harga minyak pada saat ini. Akan tetapi sangat naif jika pemerintah (Pertamina) dengan alasan klasik dan klise tidak menggunakan momentum tersebut untuk memesan minyak (Impor) saat harga merosot karena ketiadaan dana atau terbatasnya kuota yang ditetapkan pada APBN 2014 untuk impor minyak maka akan sengsaralah kita semua.
Kita sengsara karena terlalu banyak orang merasa pintar di pemerintahan dan legislatif kita yang katanya ahli membidangi masalah energi dan sumberdaya mineral ternyata hanya bisa berkotek-kotek saja menanggapi minusnya anggaran negara dan langkanya BBM.
Mereka kaku tidak mampu memanfaatkan peluang ini mungkin karena terpaku pada kerjasama dengan pihak ke tiga (agen) yang terikat kontrak jual beli minyak dengan harga mahal ketimbang pola G to G. Mereka terpukau saja dengan jeritan kas negara yang mulai terkuras habis minta di isi menjelang akhir tahun, tanpa bereaksi memanfaatkan momentum harga BBM sedang merosot saat ini.
Lebih sengsara lagi, mereka yang ahli-ahli tersebut hanya bisa berkotek-kotek mengikuti selera mafia migas menaikkan harga BBM yang memberatkan masyarakat karena alasan beban subsidi.
Untuk kepentingan pendanaan bangsa dan negara, alasan tersebut (melepas subsidi) bisa masuk akal meski terasa memberatkan masyarakat. Akan tetapi tidak memanfaatkan peluang saat harga minyak menurun tajam untuk menyimpan cadangan minyak dan dijual dengan harga saat ini akan sangat membingungkan masyarakat.
Jika pembeliannya melalui mafia migas atau dari pihak ke tiga tentu para ahli dan pakar ESDM dan Pertamina benar-benar telah ditelanjangi bulat-bulat dan dikendalikan oleh mafia migas.
Mereka yang ditunjuk sebagai ahli mencari alasan-alasan bombastis dengan kotekan lebih nyaring. Suaranya kotekannya menembus ke seluruh kota dan desa setanah air... Ko..kotek... ko.. koteeeek.. kokoteeekkkk..., memaksa telinga warga mendengarnya.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H