Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Keramat Jumat di KPK Dipatahkan Komjen BG?

30 Januari 2015   12:00 Diperbarui: 26 April 2019   07:47 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan rahasia umum lagi, hari Jumat di KPK adalah hari yang mendebarkan bagi saksi yang menjalani pemeriksaan di KPK. Hampir sebagian besar saksi yang diperiksa berubah status menjadi tersangka lalu ditahan dengan mengenakan kostum spesifik KPK berwarna oranye pada hari tersebut.

Kendati perang urat syaraf dalam pemilihan kapolri belum mengendur dalam menindaklanjuti status tersangka terhadap Komjen BG yang diumumkan KPK beberapa waktu lalu, KPK telah melayangkan surat panggilan terhadap 12 saksi yang dianggap berkorelasi dengan kasus dugaan penerimaan hadiah dan gratifikasi oleh Komjen BG. Sayangnya, dari 12 saksi tersebut hanya seorang saja yang bersedia hadir yaitu, hanya Irjen Pol (Purn) Syahtria Sitepu. Padahal, Wakapolri telah berkali-kali mengingatkan agar angggotanya memenuhi panggilan KPK dalam kaitan sebagai saksi kasus Komjen BG.

Sejumlah polisi yang tidak hadir memenuhi panggilan KPK tidak memberikan penjelasan mengapa tidak sempat hadir. Kemungkinan besar dari beberapa peristiwa yang sama, alasan pada umumnya adalah karena sakit atau sedang dalam tugas di tempat (wilayah) lain.

KPK akhirnya menerbitkan surat panggilan khusus kepada Komjen BG pada Senin yang lalu (26/1/2015) meminta agar menjalani pemeriksaan di KPK.

Sebagaimana diketahui, hari ini (30/1) bertepatan dengan hari Jumat di mana sering terjadi peristiwa penahanan terhadap sejumlah saksi menjadi tersangka dalam aneka kasus korupsi dan gratifikasi dari seluruh penjuru Tanah Air yang menjalani pemeriksaan di KPK.

Hari Jumat ini pun seolah identik dengan hari keramatnya KPK karena satu per satu koruptor dan sejenis dengannya tanpa ampun terjaring dalam sangkar (sel) KPK.

Lihatlah sejumlah tersangka yang terjaring di hari tersebut, meski memaksa tesenyum rasanya hambar. Meski memaksa melambaikan tangan tapi rasanya teramat berat. Meski berusaha tegar, tatapan mata terasa kosong.

Itulah gambaran betapa keramatnya KPK di hari Jumat bagi sebagian calon tersangka. Pada hari Jumat KPK kerap menggelontorkan satu per satu nasib koruptor ke dalam penjara atau tahanan serasa tak mengenal belas kasihan dengan tangisan atau ratapan keluarga yang terasa pahit mencicipi sejumlah kekayaan yang telah dinikmati dari kerja keras  sang tumpuan keluarga.

Itu sebabnya juga KPK sedikit demi sedikit memiliki musush yang teramat banyak dan disesaki angkara murka dendam membara. Meski tak dapat ditemukan faktanya, kemungkinan besar rata-rata korban yang telah menjadi narapidana bergengsi itu memilih KPK sebagai musuh yang pantas dimusnahkan ketimbang dipertahankan.

Bagaimana dengan kehadirkan Komjen BG di hari Jumat yang katanya penuh keramat tersebut? Melihat beberapa kasus yang berkaitan dengan proses kasus Komjen BG, kemungkinan besar Komjen BG TIDAK akan datang memenuhi undangan panggilan tersebut, meski Wakapolri dan Presiden meminta menghormati panggilan KPK tersebut.

Alasannya, irasional dan emosional. Irasional karena Komjen BG tidak merasa bersalah atas semua tuduhan tersebut. Selain itu juga bertanya-tanya, mengapa baru panggil sekarang, tidak dipanggil pada 4 atau 5 tahun yang lalu?

Emosional karena Komjen BG merasa ditelanjangi dan dipermalukan. Matanya sudah berninar-binar dan saling berpelukan dengan komisi III DPR betapa cita-cita yang dinantikan oleh setiap Pati Polri itu sudah terhampar terbuka di depan mata, apa daya dalam sekejab lenyap tak berbekas ibarat tersapu gelombang hukum yang ditumpahkan oleh KPK.

Jika Komjen BG tidak datang, kelihatannya ia telah memilih perlawanan frontal, termasuk mengabaikan peraturan dan hukum sekalipun perintah atasan atau pimpinan karena ia melihat peluangnya sudah kandas seiring Tim 9 tidak merekomendasikan dirinya sebagai calon kapolri. Meski Tim 9 itu BUKAN penentu akhir nasib Komjen BG, tapi tim tersebut ikut menambah beban psikologis Komjen BG sehingga merasa hopeless, punah sudah harapan, paling tidak untuk tahun 2015 ini.

Dan jika ini terjadi, benar dugaan orang, Komjen BG berhasil mematahkan reputasi keramat Jumat KPK. Bukan saja KPK tidak berhasil menahan Komjen BG, menyuruh datang pun tidak berhasil.

Setiap kemungkinan tetap saja bisa terjadi meski hanya tinggal kurang dari 1% lagi peluangnya. Dalam kasus ini pun hal itu bisa terjadi. Meski analisa di atas 99% menduga Komjen BG tidak akan datang memenuhi panggilan KPK tapi kemungkinan hadir juga bisa terjadi.

Jika hal ini yang terjadi, mungkin benar, Komjen termasuk tipekal ksatria. Ia mengesampingkan dugaan sebagian besar orang yang menilai sinis dan negative thinking terhadap dirinya dan menduga terlalu ambisius dengan jabatan tersebut. Tapi tidak bagi Komjen BG. Ia dengan berjiwa besar akan datang memenuhi panggilan tersebut dengan apa pun risikonya.

Jika itu terjadi, benarlah Komjen BG bermental baja. Ia tidak lemah apalagi cengeng. Baginya hukum harus dijalankan meskipun terhadap dirinya.

Jika demikian maka pantaslah ia menjadi kapolri. Oleh karenanya ia juga berhak menuntut agar hukum yang seimbang juga berlaku terhadap dirinya dalam menggapai cita-cita yang hanya tinggal selangkah saja lagi.

Di sisi lain, mantan ketua KPK  Antasari Azhar, meski tidak ada kaitannya dengan hal ini, dari tempat tahanannya di LP Cipinang, menatap penuh harapan dalam kasus yang menimpa mantan lembaganya, "Hanya tinggal seumur jagung lagi," ia berharap panggung  politik itu segera berakhir...

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun