Di sebuah desa yang sejuk dan asri, Koto Gadang, hiduplah seorang ibu bernama Bu Siti. Ia dikenal di desanya sebagai juru masak handal, terutama dengan masakan andalannya, Ayam Lado Hijau. Resep ini telah diwariskan turun-temurun dalam keluarganya, selalu menjadi hidangan yang dinanti saat ada perayaan atau acara khusus.
Suatu pagi yang cerah, Bu Siti memutuskan untuk memasak Ayam Lado Hijau untuk menyambut kedatangan sepupunya, Rina, yang tinggal di kota. Sudah lama mereka tidak bertemu, dan Bu Siti ingin memberikan sambutan istimewa. Ia pergi ke pasar tradisional, pasar yang selalu ramai dengan pedagang dan pembeli, suara tawar menawar, serta aroma rempah yang menggoda.
Bu Siti memilih ayam kampung segar, cabai hijau, bawang merah, bawang putih, jahe, dan berbagai bumbu lainnya. Setiap kali melangkah di antara deretan pedagang, ia merasa seolah kembali ke masa kecilnya, ketika ia sering diajak neneknya berbelanja di pasar. Setelah mendapatkan semua bahan yang diperlukan, ia pulang dengan hati yang penuh semangat.
Sesampainya di rumah, Bu Siti langsung mencuci ayam dan mempersiapkan bumbu. Ia menghaluskan cabai hijau, bawang merah, bawang putih, dan jahe menggunakan lesung batu, menghasilkan aroma harum yang menggugah selera. Suara tumbukan rempah-rempah itu membuatnya teringat akan pelajaran masak dari neneknya, yang selalu menekankan pentingnya kesabaran dalam memasak.
"Rasa yang enak harus sabar," bisik Bu Siti pada diri sendiri. Ia mulai memanaskan minyak dalam wajan besar. Begitu bumbu ditumis hingga mengeluarkan aroma yang menggoda, ia menambahkan potongan ayam yang telah dibersihkan. Ayam mulai berwarna kecokelatan dan bumbu menyerap ke dalam dagingnya. Dengan penuh perhatian, ia menambahkan sedikit air agar kuahnya lebih nikmat.
Setelah beberapa waktu, aroma sedap dari Ayam Lado Hijau memenuhi dapur. Bu Siti merasakan kebahagiaan yang tulus saat membayangkan wajah Rina ketika mencicipi masakannya. Tak lama kemudian, ayam matang dan kuahnya mengental. Ia mengangkat panci dari kompor dan menyajikannya dalam sebuah piring besar, melengkapinya dengan taburan daun kemangi segar.
Saat Rina tiba, aroma masakan Bu Siti menyambutnya. Bu Siti menyajikan Ayam Lado Hijau dengan nasi hangat dan sambal terasi sebagai pelengkap. Rina, yang baru pertama kali mencicipi masakan ini, langsung jatuh cinta pada rasanya yang pedas dan gurih.
"Ini luar biasa, Bu Siti! Resep apa yang digunakan?" tanya Rina, matanya berbinar penuh antusias.
"Ini resep keluarga, dari nenek hingga ibu. Setiap kali kita memasaknya, rasa cinta selalu jadi bumbu utama," jawab Bu Siti sambil tersenyum.
Malam itu, meja makan dipenuhi tawa dan cerita. Mereka mengenang masa lalu, saat Bu Siti masih kecil, belajar memasak dari neneknya. Rina mendengarkan dengan penuh perhatian, merasakan kehangatan yang terpancar dari setiap kata. Ayam Lado Hijau tidak hanya menjadi hidangan, tetapi juga pengikat kasih sayang antar keluarga.
Setelah makan, Rina mengusulkan ide yang membuat Bu Siti berpikir. "Bagaimana jika kita buka warung kecil? Banyak orang di kota pasti ingin merasakan Ayam Lado Hijau yang lezat ini," usul Rina.