Mohon tunggu...
Abah Pitung
Abah Pitung Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengamat Politik & Sosial Ekonomi yang sangat Sadar pada tingkat bawah sadar. Sangat setuju agar Koruptor besar dihukum mati dan perilaku mereka sebenarnya sudah mengabaikan serta meniadakan Allah SWT., dalam kehidupannya ketika berbuat korupsi. KORUPTOR adalah PENJAHAT NEGARA dan BANGSA INDONESIA sampai dunia kiamat. Vonis hukuman bagi Koruptor, bukanlah nilai yang bisa impas atas kejahatan Korupsi. Email ke : abahpitungkite@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kecebong Hanya Kerumunan "Ngalur Ngidul" Tanpa Perencanaan Tajam

1 Februari 2018   10:00 Diperbarui: 1 Februari 2018   16:42 3189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berudu atau Kecebong adalah tahap pra-dewasa dalam daur hidup binatang amfibia. Berudu atau Kecebong eksklusif hidup di air dan berespirasi menggunakan insang, seperti ikan. Tahap periode kehidupan akuatik inilah yang membuat binatang amfibia mendapat predikatnya.

Sudah lumrah dalam pemberitaan media Nasional istilah 'kecebong' adalah istilah yang diberikan kepada para pendukung Presiden Joko Widodo. Istilah tersebut bisa muncul, karena Presiden Joko Widodo memiliki kegemaran dalam memelihara kodok ketika saat menjadi Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Karena itu, para pendukung Jokowi disebut para 'cebongers'. Bahkan para pendukung Jokowi ini merasa senang dan sumringah juga disebut dengan kaum Kecebong dan Cebonger.

Predikat Kecebong semakin ramai di ruang publik kita dalam periode hanya sampai menjelang Pilpres 2019 saja. Padahal, dipandang dari segi apa pun, nyaris tak ada yang menarik dari si anak kodok itu (kecebong). Ora mbejaji blas (tidak berkualitas-bernilai), kata orang Jawa. Begitu juga dalam siklus biologis kodok, ia bahkan hanya satu fase hidup yang sifatnya sangat sementara.

Menilik pola kehidupan Kecebong, karena otaknya kecebong masih bertumbuh didalam kepala yang sangat kecil itu dan berwarna gelap hitam, mereka hanya bisa berkerumun tabrak sana sini (ngalur-ngidul) tanpa arah yang pasti dan tanpa ada pimpinan kerja mereka bergerak dan makan lumut serta plankton dan bernafas hanya dengan insang. Artinya, tidak ada filosofi yang menarik yang bisa diambil pelajaran dari karakter kecebong ini.

Dalam proses perjalanan perpolitikan Indonesia saat ini, para Cebonger ini dapat dilihat keberadaan mereka didalam wadah kelompok Partai, lintas Partai, dalam agama dan ideologi tertentu dan dalam kelompok social-ekonomi-ideologi politik tertentu. Jika mereka melakukan aksi, sangat terlihat tidak percaya dirinya sehingga kompensasinya adalah pernyataan yang bersifat marah marah sembari tidak mengerti apa tujuan yang sedang disuarakan. Bentuk marah marah ini sangat banyak kita saksikan di berbagai media on-line buatan para cebonger ini dimana sangat banyak tulisan dan komentar mereka yang tidak ada dasarnya yang kokoh dan kuat dan cenderung mengandung berita bohong dan hanya melihat dari sisi lemahnya saja. Selanjutnya, mereka Cebonger, tidak ada niatan untuk memberi solusi partisipatif dalam kebersamaan jika lawan politik mereka yang berkuasa.

Kemana menguapnya, kemana melencengnya pidato datar seperti heroik Joko Widodo yang dahulu dikumandangkan dalam bercita-cita mewujudkan Tri Sakti melalui agenda Nawacita dan Revolusi Mental ? Untuk mewarnai kinerja pembangunan ekonomi Nasional ? Rupanya gelegar pidato itu hanya sampai dipidatokan saja dan belum sepenuhnya sampai kepada wujud kerja nyata dalam periode kekuasaannya.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Malah Presiden Joko Widodo mengatakan, bahwa untuk memenuhi realisasi pembangunan infrastruktur sebesar Rp.5.500 Triliun, Presiden memerintahkan BUMN untuk menjual asset penting yang dimiliki BUMN agar dapat membantu pembiayaan Infrastruktur yang dicanangkan untuk kepentingan pencitraan Pemerintahan Joko Widodo. Malah anjuran yang bersifat memerintah ini, sungguh sangat bertentangan dengan janji pidato pada Pilpres 2014 yang lalu yaitu "hendak membeli kembali BUMN INDOSAT" yang dijual dimasa kekuasaan Megawati Soekarno Putri.

Dari pernyataan Dr. Rizal Ramli didalam menilai kinerja Pemerintahan Joko Widodo : "Prioritas kita nomor satu bagaimana proses percepatan mensejahterakan ekonomi rakyat dan ini merupakan fundamental ekonomi negara, setelah itu adalah bayar utang. Yang kedua pendidikan yang 20 persen dari anggaran negara, yang ketiga baru infrastruktur",. (orasi RR saat memberikan kuliah umum di acara pelantikan mahasiswa baru tahun akademik 2017/ 2018 program sarjana dan pasca sarjana magister Ilmu Hukum di Universitas Bung Karno (UBK) Jakarta, Sabtu (9/9/2017).

Dr. Rizal Ramli, lanjut menyatakan : "Pemerintah harus berlaku  jujur mengenai utang Negara agar jangan hanya mengumumkan bunga utang yang hanya Rp. 247 Trilliun saja, tetapi tidak mengumumkan cicilan pokoknya, padahal tahun depan (2018) anggaran APBN yang disedot untuk bayar utang sebesar Rp. 640 Triliun. Dr. Rizal Ramli menyoroti komposisi alokasi anggaran yang faktanya pos pembayaran utang harus menjadi prioritas utama pemerintah".

Pada saat ini, harga minyak dunia meningkat dengan adanya renovasi besar jaringan pipa di laut utara Inggris. Patokan dari berbagai pengamat ekonomi Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Januari harganya bertambah 0,63 dolar AS menjadikan harga pada posisi 57,99 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara patokan global, minyak mentah Brent North Sea, untuk pengiriman Februari harganya naik 1,29 dolar AS menjadi ditutup pada posisi 64,69 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Mau tidak mau, kondisi harga minyak untuk BBM didalam negeri Indonesia akan terpengaruh selaras menaik dengan trend naiknya harga minyak dunia. Bagaimana beban hidup masyarakat banyak di Indonesia yang saat ini mengalami daya beli dan pendapatan yang lemah, tentu akan semakin berat beban kehidupan rakyat jika harga BBM kembali naik mengikuti trend kenaikan harga minyak dunia.Apalagi kita sudah masuk sepenuhnya kedalam tahun politik menjelang 2019 dan kondisi dilematis ini akan menekan Pemerintahan Joko Widodo disamping kemampuan ekspor Indonesia yang sangat lemah dibandingkan dengan mayoritas Negara tetangga Indonesia. (Abah Pitung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun