Pernah Jokowi berkata diberbagai media TV yang diliput para wartawan serta disaksikan banyak orang, Jokowi mengatakan : “Kita akan menjungkir balikkan harga daging sapi dibawah Rp.80.000,- per Kg” lanjut Jokowi : “Saya ngak mau tau gimana caranya….. harga sapi harus turun harganya….. titik”. Banyak para Jilater buta yang tepuk tangan dengan wajah terkagum kagum.
Menurut Penulis, sebelum seorang Presiden akan menyampaikan pendapatnya kepada khalayak publik, seharusnya sudah ada koordinasi sebelumnya dengan para menteri terkait. Dalam beberapa pernyataan Jokowi akhir akhir ini tentang harga sapi sangat jelas tidak adanya koordinasi terlebih dahulu dari Menteri terkait.
Pernyataan Jokowi untuk menurunkan haraga daging sapi menjadi dibawah Rp.80.000,-/kg karkas, akan berdampak kepada posisi harga jual sapi di peternak sapi rakyat yang banyak di Jawa Tengah dan di Indonesia Timur NTT dan NTB. Di Indonesia Timur, harga sapi hidup di peternak sudah pada posisi harga Rp.40.000,-/kg hidup, sehingga jika menjadi karkas tanpa tulang dan jeroan, kepala dan kulit, akan menjadi Rp.80.000,-/kg karkas belum ditambah biaya pemotongan, pembersihan, pengangkutan dan lainnya sehingga harga akan mencapai Rp. 120.000,-/kg karkas di konsumen diberbagai kota terdekat.
Akibat pernyataan Jokowi ingin menjungkir balikkan harga daging sapi menjadi Rp.80.000,- akan berdampak kepada penekanan psikologis terhadap harga yang sudah terbentuk didalam masyarakat Peternakan Sapi Nasional yang berkesan pernyataan Jokowi sebagai seorang Presiden adalah untuk turut serta menghancurkan harga dipeternakan sapi rakyat.
Seharusnya Presiden Jokowi berbicara daging sapi dan peternakan hewan, jauh bulan sebelum bulan Ramadhon ini. Sehingga sangat terlihat bahwa Pemerintahan Jokowi memiliki konsep dalam kemampuan mengurus kemungkinan terjadinya kelangkaan daging sapi disaat permintaan sangat besar dan tinggi.
Jika jauh bulan sebelumnya ada kemampuan Pemerintah untuk memanajemen persapian kita, dipastikan akan tidak ada kalimat jungkir balik harga daging sapi dan juga tidak akan ada ritual konyol yang rutin dengan sebutan Operasi Pasar. Operasi Pasar yang rutin dilakukan oleh Pemerintah setiap tahun pada awal bulan Ramadhon, adalah merupakan INDIKASI KUAT sebuah KEGAGALAN PEMERINTAH yang dipertontonkan kepada khalayak rakyat.
Pernyataan Jokowi akan sangat menyulitkan posisi seorang Menteri terkait, karena akan menerima kenyataan sulit yang sangat dilematis. Akibatnya dipaksakanlah sebuah solusi untuk mengimpor daging beku KW-2-3 (secondary cut) secara dadakan dengan pesawat cargo dari Australia dan New Zealand (menyenangkan peternak sapi asing) harga impor sampai di Jakarta dan beberpa kota di Jawa Barat menjadi Rp. 60.000,-/kg karkas beku dan dijual Rp.80.000,-/kg karkas beku disetiap titik OPERASI PASAR (OP).
Jadi ada keuntungan sebesar Rp. 20.000,-/kg karkas beku. Target impor daging sapi beku dari Australia sebanyak 27.400 Ton. Bayangkan berapa keuntungan Importir jika daging sapi beku yang diimpor sebanyak 10.000 Ton saja dan laku di OP akan mendapat keuntungan Rp.20.000 x 10 juta Kg = Rp. 200 Milyar. Di Jawa Barat kita mendapat informasi digelontorkan dana APBD sebesar Rp. 15 Milyar untuk subsidi OP daging sapi dan ayam.
Sedangkan importir sudah sangat untung dengan harga OP, lalu kemana uang untuk subsidi dari APBD Jabar sebesar Rp. 15 Milyar ??? Kita tidak mengetahui apakah setiap daerah yang dijatah lebih kurang 20Ton daging sapi beku juga akan menggelontorkan APBD-nya dalam jumlah yang sama ? Artinya ada kemungkinan kuat terjadinya manipulasi baru dalam jumlah uang yang sangat besar disetiap Propinsi dan Kabupaten yang mendapatkan jatah Operasi Pasar daging sapi beku. Diharapkan KPK bisa segera melacak kemungkinan manipulasi besar ini.
OPERASI PASAR yang dilakukan oleh pemerintah dengan harga untuk daging sapi beku Rp.80.000,-/kg dan daging ayam beku Rp. 25.000,-/0,8 Kg, tidak sama sekali mampu menurunkan harga daging sapi dan ayam di berbagai pasar tradisional. Tetap saja harga daging sapi segar Rp.120.000,- s/d Rp.130.000,-/kg, lalu harga daging ayam sekarang malah menjadi Rp.38.000,- s/d Rp. 40.000,-/kg karkas.
Artinya Presiden Jokowi termakan dengan kata katanya sendiri, bahwa Jokowilah yang terjungkal dan terjungkir balik atas ketidak mampuan menurunkan harga daging sapi secara Nasional berjangka panjang karena, cara penurunannya yang tidak tersistem dengan data yang akurat dari mensolusi permasalahan di hulu sampai mensolusi permasalahan di hilir. Rupanya beginilah cara kerja “Kabinet Kerja” yang sudah berjalan 2 Tahun kurang, masih begini begini saja hutang Indonesia semakin besar saja. (Abah Pitung)