Para pembaca Kompasiana.com, selama ini selalu disajikan dengan berbagai tulisan yang bernada dan berniat untuk mendiskreditkan ajaran agama Islam yang selalu dituliskan oleh seorang K’ner bernama Pendeta Stephanus Jakaria (Pdt.SJ). Kami sebagai penulis juga, ingin menjawab tentang apa yang dituliskan SJ dan telah kami jawab dengan tulisan seperti pada tulisan yang berjudul “Ismail As.Yang Diuji-qurbankan Nabi Ibrahim As.”. Menjelang hari Idul Adha yang hanya tinggal beberapa hari lagi, diharapkan tulisan yang ditampilkan sebagai jawaban atas tulisan Pdt.SJ tersebut.
Dalam tulisan berjudul “Apa Kabarnya Kasus Tolikara?”yang isinya menyorot janji dan kutukan atas terjadinya pelanggaran kerukunan ummat beragama di Tolikara Irian Jaya (Papua) yang dilakukan oleh GIDI (Gereja Injili Di Indonesia). Presiden Joko Widodo mengutuk keras : "Saya mengutuk keras pembakaran dan tindak kekerasan di Tolikara tersebut”, kata Presiden Jokowi melalui akun resminya di Facebook, hari Minggu (19/07/2015) malam."Saya jamin, hukum akan ditegakkan setegak-tegaknya, bukan hanya untuk pelaku kriminal di lapangan tetapi juga semua pihak yang terbukti mencederai kedamaian di Papua”."Masalah ini harus diselesaikan secepatnya agar ke depan tidak terjadi lagi kekerasan di Tanah Papua”, kata Presiden Jokowi. Kita semua berharap sama dengan Presiden Jokowi agar Kepolisian RI bisa mengungkap secara tuntas sampai kepada otak teroris intelektualnya yang ada disekitar GIDI dan para simpatisan pendukungnya. Bahkan pada saat yang sama, sudah ada kesepakatan dari para petinggi GIDI untuk mendukung ucapan kutukan Presiden Jokowi itu. Malah terakhir ada khabar bahwa kesepakatan para petinggi GIDI akan mengembalikan kasus Tolikara kepada cara adat bukan hukum Negara dan mereka nyata memakan ludahnya sendiri. Indonesia tidak bisa dan tidak boleh diatur oleh organisasi keagamaan yang nyata telah melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
Lalu harapan penulis ditutup dengan kalimat : Kita di Indonesia, ingin menyaksikan, sudah sampai sejauh apa seluruh jajaran aparat Kepolisian RI untuk bisa mengungkap siapa saja yang terlibat dan mengapa hal ini bisa terjadi di Tolikara. Selanjutnya kita ingin juga menyaksikan sudah sejauh apa Kepolisian RI mau menjalankan perintah seorang Presiden RI Joko Widodo yang menyatakan dan menegaskan : ."Saya jamin, hukum akan ditegakkan setegak-tegaknya, bukan hanya untuk pelaku kriminal di lapangan tetapi juga semua pihak yang terbukti mencederai kedamaian di Papua”."Masalah ini harus diselesaikan secepatnya agar ke depan tidak terjadi lagi kekerasan di Tanah Papua”, kata Presiden Jokowi. (Abah Pitung)
Lalu dalam tulisan tersebut ada komentar dari teman K’ner Pendeta Stephanus Jakaria (SJ) yang selalu pada setiap tulisannya ingin mencari-cari kelemahan Islam dan Al Qur’an, sangat nyata terlihat bahwa K’ner bernama Stephanus Jakaria (Pendeta) konsisten dalam “Galau-Iman” ke-kristenannya dan beginilah komentar Pdt.SJ dan jawaban komentar dari penulis :
Stephanus Jakaria 02 September 2015 13:19:09
Menyimak tulisannya.
'Gereja memerlukan revolusi iman', dapat dibaca tulisannya pada http://www.kompasiana.com/j4k4214/gereja-memerlukan-revolusi-iman_55dfff904123bd0707d55c3f
Lalu penulis jawab dengan sebuah komentar begini :
Abah Pitung 04 September 2015 08:09:59
Gereja berdasarkan arti kata bahasa Indonesia adalah sebuah bangunan. Yang tepat kata Gereja diganti dengan "Seluruh Jemaat Kristen Indonesia dan Dunia". Gunakan kata yang tepat apalagi Bung Steph Anus J. membahas tentang Ideologi Ke-Kristenan. Lalu urus saja ideologi agama anda sendiri dan akan ditertawakan jika Steph Anus J. selalu membahas Agama Islam (Agama Yang Telah Diridhoi Allah SWT).
Anda sangat Resah rupanya didalam ke-Kristenan Bung Steph Anus J. Baca saja yang ini, kamu bisa tahu yang sebenarnya sebagai Firman Allah SWT :
http://indofilosof.blogspot.com/2014/10/yang-benar-ismail-as-yang-dikorbankan.html
Stephanus Jakaria 04 September 2015 11:08:23
Saya bukan sedang resah Abah Pitung. Saya hanya menuliskan apa yang saya temui di islam dan Injil yg memang berbeda.
Abah Pitung 10 September 2015 06:22:50
Kami ummat Islam mengharamkan menyebut BIBEL yang beredar sekarang ini dengan menyebutkannya INJIL. BIBEL ya BIBEL yang isinya Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jadi kami ummat Islam akan selalu menyebutkan Kitab yang dipegang para jemaat Kristen sekarang ini dengan BIBEL saja. INJIL hanya diturunkan dari Allah SWT kepada Nabi Isa As. dan selama berada ditangan Nabi Isa As., INJIL masih berisi Firman yang benar dari Allah. Setelah ketiadaan Nabi Isa, INJIL isinya dirusak oleh manusia selama ratusan tahun lamanya dan sudah hilang nilai Firmannya (menjadi karangan MATIUS, LUKAS, MARKUS, YOHANNES) termasuk pengrusakan manusia untuk Kitab TAURAT dan ZABUR, makanya setelah itu diganti oleh Allah SWT dengan Al Qur'an kitab yang menyempurnakan seluruh kitab yang telah pernah diturunkan Allah SWT. yang sudah mencakup isi Firman didalam INJIL, TAURAT, ZABUR disamping Firman dalam Al Qur'an sendiri dan diturunkan hanya kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai Nabi penutup. Sampai kini isi Al Qur'an telah terjaga dan tidak akan bisa dirusak lagi oleh manusia jahat (Syaithon-Jin jahat), karena banyaknya para ummat Islam penghafal dan ahli Al Qur'an diseluruh permukaan planet bumi dan seterusnya akan bertambah banyak sampai dunia kiamat.
Demikianlah jawaban penulis atas tulisan dan komentar Galau-Iman dari Pdt. Stephanus Jakaria agar tulisan ini juga dapat bermanfaat bagi semua atau minimal menjadi bahan renungan bagi kita semua. (Abah Pitung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H