Mengamati tontonan ILC (17 Maret 2015 malam), penulis menyaksikan, betapa buruk dan busuknya karakter, cara dan perilaku orang-orang Partai dalam melakukan rencana perpecahan Partai terutama Partai Golkar (PG) dan PPP.
Kita semua tahu, bahwa kubu Agung Laksono bersama para pengikutnya memang sangat dekat dengan kubu KIH daripada KMP. Adanya strategi penggembosan KMP dan sekaligus penggembosan Partai Golkar, dibuatlah Munas Ancol-Jakarta kubu Agung Laksono dengan menghalalkan segala cara. Sangat banyak bukti manipulasi pemalsuan dokumen atas kehadiran berbagai utusan dari PG daerah (DPD) untuk pemenuhan persyaratan syahnya sebuah Munas. Berbagai pemalsuan dan manipulasi dokumen, tidak bisa disanggah oleh kubu Agung Laksono.
[caption id="attachment_373779" align="aligncenter" width="459" caption="Dok. Pribadi"][/caption]
Kemenkumham bernama Yasonna Hamonangan Laoly SH., MSc., Ph.D (suku Nias, lahir di Sorkam, Tapanuli Tengah, 27 Mei 1953; umur 62 tahun) malah memberi persetujuan dan mengakui secara sah sepihak bahwa kepemimpinan Agung Laksono lah yang sah saat ini memimpin PG.
Kalaulah kubu Agung Laksono berhasil merebut kepemimpinan Partai Golkar dengan cara sekotor itu, bagaimana perjalanan PG selanjutnya yang berisi para oknum yang sangat berbudaya premanisme serta barbarisme. Bagaimana wajah dan kondisi Indonesia kedepan, jika orang-orang seperti ini berada dalam tampuk kekuasaan ? Memang kita ketahui bahwa Partai Golkar sejak kekuasaan Soeharto adalah partai yang memiliki historis kelam yang buruk serta penuh dengan oknum korup didalamnya. Kita menginginkan adanya perubahan sikap mental kepartaian yang mendekati misi reformasi Indonesia, akan tetapi yang terjadi malah lebih parah buruknya. Hal yang sama kita lihat juga pada PPP.
Yang lebih busuk aromanya, adalah Kemenkumham yang dipimpin oleh kader berasal-usul dari PDIP Yasonna Hamonangan Laoly yang mendukung pengesahan PG kepemimpinan Agung Laksono dan sangat terlihat keberpihakan pengesahannya yang sangat sepihak, karena kubu Agung Laksono selama ini sejak terpilihnya Presiden Jokowi adalah orang-orang yang cukup loyal kepada PDIP terutama KIH.
Rekayasa penggembosan KMP dan sekaligus memecah belah PG terlihat saat ini berhasil dilakukan oleh KIH bersama Menkumham. Hal ini dilakukan adalah berbuat segala cara untuk memindahkan sebagian besar kekuatan suara KMP kepada KIH di parlemen. Semua ini adalah untuk mendukung berjalannya kepemimpinan Jokowi sehingga gerbong berbagai kepentingan yang ada dibelakangnya bisa turut serta sampai tahun 2019. Muaranya adalah untuk antisipasi pembentukan peluang untuk kembali merebut kekuasaan ditahun 2019 mendatang.
Memang mana ada Partai yang idealis saat ini hanya semata untuk melakukan perubahan peningkatan bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Yang muncul, adalah Partai-partai yang hanya semata mengumbar berbagai kepentingan untuk menguras kekayaan rakyat Indonesia dengan segala cara kebusukan dan kemunafikan. Para Partai di Indonesia merupakan wujud monster perusak Indonesia. Coba perhatikan bagaimana politik dijalankan hanya untuk bisa memperkaya kelompok petinggi Partai dan kekayaan kelompok itu didapatkan dengan cara membiarkan segala cara  bahkan cara dengan merugikan rakyat banyakpun ditempuh dengan suka cita oleh orang Partai selama ini.
Kita semua terperanjat, situasi Kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini, sejak Jokowi dilantik menjadi Presiden RI, selalu setiap hari terjadi gonjang-ganjing permasalahan dan perseteruan dibidang hukum yang sangat semerawut ditambah dengan permasalahan politik dimana terjadi berbagai perpecahan Partai yang direkayasa oleh pihak oknum penguasa.  Disamping itu, permasalahan ekonomi semakin merebak buruk ditandai dengan nilai rupiah yang melorot rendah serta beban kehidupan sebagian besar rakyat yang semakin berat. Beban biaya energi rakyat semakin mahal dan tidak pasti. Inikah sebenarnya realisasi politik kotor dari para pendukung  Jkw pada lingkaran satu Jokowi untuk menutupi serta mengalihkan ketidak mampuan Jokowi dalam memenuhi segala janji-janji Jokowi ketika berkampanye dalam pencapresan dahulu.
Pencitraan yang busuk dan kotor tentang pembagian ±1.300 traktor tangan kepada rakyat petani Ponorogo Jawa Timur dengan memamerkan traktor tangan dilapangan sawah, malah diambil kembali dan hanya sebagai pajangan pencitraan Jokowi. Inilah puncak kekonyolan pencitraan Jokowi sebagai pembohongan publik setelah pencitraan model mobnas Esemka produksi impor mobil China.
Memang Nawacita yang dicitrakan kepada Presiden Jokowi serta gerbong kepentingannya, sekarang menjadi Dukacita bagi seluruh rakyat Indonesia. Trisakti dalam visi-misi Jokowi untuk terwujudnya Indonesia berdaulat, mandiri, berkepribadian berlandaskan gotong-royong, menjadi Trikebodohan yaitu tidak mandiri, keamburadulan dalam perpecahan yang saling menghancurkan, penuh dengan permusuhan, kemunafikan dan kriminalisasi serta kebohongan publik. Sikap mental rakyat yang rusak, mudah terpengaruh dan terpancing, pasti akan memilih pemimpin yang akan mencederai Indonesia secara jangka panjang. (Abah Pitung)