Memperingati hari Pahlawan hari ini, 10 November 2013 kita semua tentu akan mengenang tentang keikhlasan, tentang heroisme, tentang semangat, tentang penderitaan, tentang keberanian, tentang cita-cita bangsa dan keinginan nyata anak bangsa.
Pengorbanan para Pahlawan sebagai pejuang bangsa, berani tulus ikhlas untuk mengorbankan harta, keluarga dan jiwanya. Para Pahlawan ingin lepas dari ketertindasan, tidak hanya bagi dirinya sendiri akan tetapi untuk seluruh bangsanya bahkan untuk generasi bangsanya kedepan. Begitu murni tujuan dan cita-cita mereka para Pahlawan ketika itu.
Para pahlawan kita tempo dahulu, tidak membayangkan apa yang terjadi sejak Kemerdekaan Indonesia hingga kini di Indonesia, sampai hari ini 10 November 2013, banyak para pemimpin bangsa ini baik di pusat dan daerah mencederai cita-cita luhur para Pahlawan kita. Malah banyak petinggi negara menjadi penjahat, perampok, maling, pemerkosa terhadap rakyatnya sendiri. Dari para pahlawan inilah kita dapat meletakkan fondasi kekuatan suatu bangsa dan kini akan dihancurkan secara tidak disadari oleh suatu kelompok dari bangsa sendiri yang mabok akan kesenangan dan mabok harta.
Seperti dalam kasus Propinsi Banten kini, dalam catatan suatu media (tribunnews.com) kita memperhatikan sebuah keluarga yang sangat mendominasi sebuah Propinsi Baru para anak beranaknya di rekayasa untuk dapat menguasai sebuah Propinsi serta menguasai pula segala proyek Pembangunan di Propinsi Banten. Kembali sebuah keluarga bercita-cita yang betentangan dengan cita-cita Kepahlawanan yang telah pernah dicontohkan oleh para orang tua kita terdahulu.
Cita-cita pahlawan terdahulu masih belum tercapai selama bangsa ini masih dikuasai oleh kekuatan ekonomi asing, pendidikan menengah sampai tinggi yang masih sangat mahal dan hanya orang kaya saja yang bisa menikmati pendidikan. Tidakkah ini adalah sebuah wujud mental feodalisme dan mental penjajahan yang dibenci para pahlawan kita terdahulu.
Beginilah sebuah keluarga besar yang dahulu bercita-cita memisahkan diri dari Propinsi Jawa Barat ternyata rupanya cita-cita yang sepertinya benar itu, nyatanya berisi maksud jahat untuk menjadikan Propinsi Banten sebagai Propinsi Keluarga, Propinsi Kerajaan (dinasti) keluarga mereka, coba anda perhatikan nama-nama dan korelasi eratnya dibawah ini :
Keluarga Ratu Atut :
Jabatan Eksekutif
1. Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah
2. Walikota Serang Tubagus Haerul Jaman (adik Atut)
3. Wakil Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah (adik Atut)
4. Wakil Bupati Pandeglang Heryani (ibu tiri Atut)
5. Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany (adik ipar Atut)
Jabatan Legislatif
1. Anggota DPR RI Hikmat Tomet (suami Atut)
2. Anggota DPD RI Andika Hazrumy (anak Atut)
3. Anggota DPRD Banten Aden Absul Khaliq (adik ipar Atut)
4. Anggota DPRD Kota Serang Ratna Komalasari (ibu tiri Atut)
5. Wakil Ketua DPRD Kota Serang Ade Rossi Chairunnisa (menantu Atut)
Jabatan Fungsionaris di Partai Golkar
1. Ketua DPD II Provinsi Banten Hikmat Tomet (suami Atut)
2. Ketua DPD II Kota Serang Ratu Lilis Kadarwati (adik tiri Atut)
3. Ketua DPD Kabupaten Pandeglang Ratu Tatu (adik Atut)
4. Angkatan Muda Partai Golkar Tubagus Chaeri Wardhana (adik Atut)
Daftar Caleg 2014
1. Hikmat Tomet (suami Atut)
2. Andika Hazrumy (anak Atut), caleg nomor urut 1, Dapil Banten 1 (Pandeglang dan Lebak)
3. Ade Rossi Chairunnisa (menantu Atut, caleg DPRD Banten, Dapil Serang
4. Andiara Aprilia Hikmat (anak perempuan Atut), caleg DPD asal Banten
5. Tanto Warsini Arban (menantu Atut), caleg DPRD nomor urut 1, Dapil Banten 7
6. Aden Abdul Khaliq (adik Airin Rachmi Diani, adik ipar Atut), caleg DPRD Banten, Dapil Banten
Dalam mekanisasi kepemerintahan di Banten, adilkah, terbukakah para keluarga ini memberikan peluang seluasnya berbagai proyek Pembangunan Propinsi Banten kepada semua warga Banten ? Apakah semua proyek pembangunan Propinsi Banten hanya dikuasai oleh keluarga ? Jawabannya bisa anda saksikan sendiri dalam semua pemberitaan berbagai media massa tentang buruknya Pembangunan Propinsi Banten dan bagaimana kaya rayanya keluarga penguasa pemerintah di Propinsi Banten. Keluarga pejabat bisa kaya raya hanya dari jabatannya sedangkan rakyatnya mayoritas miskin merana, patut dipertanyakan pejabat seperti ini. (Abah Pitung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H