Mohon tunggu...
Abah Pitung
Abah Pitung Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengamat Politik & Sosial Ekonomi yang sangat Sadar pada tingkat bawah sadar. Sangat setuju agar Koruptor besar dihukum mati dan perilaku mereka sebenarnya sudah mengabaikan serta meniadakan Allah SWT., dalam kehidupannya ketika berbuat korupsi. KORUPTOR adalah PENJAHAT NEGARA dan BANGSA INDONESIA sampai dunia kiamat. Vonis hukuman bagi Koruptor, bukanlah nilai yang bisa impas atas kejahatan Korupsi. Email ke : abahpitungkite@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tanggapan Sarat Sesat Pikir Di-HL-kan

20 April 2014   16:05 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:26 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang Kompasianer bernama Naraya menulis tentang tulisan Abah Pitung yang berjudul "Baru Capres Sudah Banyak yang Demo" adalah tulisan yang katanya sarat sesat pikir. Kita semua heran, sudah jelas bahwa tulisan itu merupakan sebuah opini dan tentu saja opini itu ada keselarasannya dengan banyak opini para pembaca juga. Saya sebagai insan penulis di Kompasiana ini, sah-sah saja apabila admin Kompasiana mengangkat tulisan tersebut menjadi HL dan itu adalah hak mutlak para admin. Mengapa sdr. Naraya merasa keberatan tentang tulisan itu menjadi HL ? Artinya, anda juga ingin menuding dan menuduh bahwa para admin juga "Sarat Sesat Pikir Juga" dengan mengangkat tulisan itu menjadi HL. Supaya anda tahu saja itu adalah haknya admin titik.

Diawal tanggapannya, dia mengingatkan keras agar saya tidak muncul dan berkomentar. Mengapa dia takut komentar saya muncul ? ada apa ? Abnormal pikirkah yang sedang mendominasi pikiran dia ? Padahal Naraya sudah melanggar ketentuan Konten Kompasiana 11 d.

Membaca tulisan orang ini (Naraya), seolah-olah dia adalah orang yang paling mengetahui tentang seluk beluk psikologi tulisan, bahkan membaca beberapa tulisan dia para pembaca bisa menangkap kesan hanya dia sebagai seorang yang paling mengetahui didunia ini tentang hal tulis menulis yang seolah-olah penuh dengan keilmiahan tiada tara. Dengan kata lain dia ingin mengangkat dirinya sebagai seorang nabi dalam tulis menulis walaupun referensi ilmiahnya hanya kutipan/comotan dari berbagai buku-buku asing yang pernah dia baca walaupun banyak yang gagal paham.

Kalau dia menudingkan dengan "Sarat Sesat Pikir" terhadap tulisan saya, maka saya menuding dia atas tanggapan tulisannya dengan kalimat "Sarat Abnormal Pikir". Jadi tulisan tanggapan dia berjudul "Tulisan Sarat Sesat Pikir dari Abah Pitung di HL Admins" isi tulisan tanggapannya dengan "Sarat Abnormal Pikir".  Mengapa abnormal pikir, karena sudah jelas dalam ketentuan Kompasiana, admin memegang kendali dan keputusan penuh (hak prerogatif) untuk menetapkan status sebuah tulisan, lalu kendali dan keputusan penuh itu ingin dia gugat dengan menunjukkan keabnormalan tulisannya yang seolah-olah ilmiah yang sangat mendalam (padahal tuna wawasan).

Sekarang kita masuk dalam Abnormal pikirnya Naraya :

Mari kita cermati premis-premis yang digunakan oleh Abah Pitung dalam tulisan tersebut, sebagai berikut:


  1. Jokowi berbohong kepada publik berkait berita mengenai kepergian Puan ke Hongkong;
  2. Jokowi didukung oleh Amerika dan para kapitalis Cina;
  3. Jokowi sudah resmi sebagai Capres maka seluruh kegiatannya pasti berbau politik;
  4. Tujuan Jokowi memberikan kuliah umum adalah untuk digunakan sebagai materi kampanye

Jawaban saya :

Butir 1. Jokowi berbohong kepada publik berkaitan berita mengenai kepergian Puan ke Hongkong.

Anda baca lagi tulisan saya, karena keberangkatan ke Hongkong yang dikatakan Jokowi itu tidak bisa dibuktikan dan belum ada pembuktiannya pesawat-maskapainya apa, maka bisa dikatakan Jokowi berbohong dalam hal ini.  Kebohongan Jokowi ada kaitannya dengan tulisan The Jakarta Post tentang pengusiran Jokowi pada 9 April 2014 malam (Waktu terpenting bagi sebuah partai).

Premis ini selaras kaitannya dengan pendapat banyak orang dan saya dan bisa saja para pendemo mahasiswa ITB itu dan saya, tidak mengkhususkan premis ini sebagai alasan penolakan mereka terhadap kedatangan Jokowi ke kampus ITB. Jadi tuduhan Naraya yang abnormal pikir ini, mengatakan Abah Pitung memasukkan kata-kata ke dalam mulut para mahasiswa ITB adalah tidak benar dan itu hanya ketidak cerdasan si Naraya saja. Apalagi saya dikatakan menunggangi demonstrasi dan ini senyatanya Naraya berkhayal penuh atas dasar tuna wawasannya (berpremis khayalan sebenarnya anda sendiri). Justru anda sendirilah yang melakukan poisoning the well fallacy itu.

Kebohongan tentang mobil Esemka yang begitu saja menghilang setelah Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta ada seorang Kompasianer yang telah menuliskannya (disini).

Butir 2. Jokowi di dukung oleh Amerika dan para kapitalis Cina.

Kita semua tahu bahwa Duta Besar AS di Jakarta telah bertemu Jokowi, selanjutnya pemberitaan media massa besar AS memberitakan tentang Jokowi disaat pernyataan PDIP tentang pen-capresan. Selanjutnya, Megawati mengundang para pengusaha kapitalis Cina dalam negeri di Jakarta (60 orang) dalam kaitannya dengan pencapresan Jokowi. Semua media masa memberitakannya. Halo Naraya, menulis kalimat saya jangan anda potong-potong yang benar adalah :" Jokowi didukung juga oleh para kapitalis Cina di dalam negeri". Jadi Naraya sebagai sesama Kompasianer telah melakukan pemelintiran informasi yang sangat sadis kepada para pembaca Kompasiana. Disini kembali anda melakukan poisoning the well fallacy secara berutal.

Butir 3. Jokowi sudah resmi sebagai Capres maka seluruh kegiatannya pasti berbau politik.

Anda tahu sendirikan, semua media memberitakan Jokowi sudah resmi sebagai Capres PDIP ? Kemudian diperkuat dengan surat mandat ditulis tangan oleh Megawati sendiri ? Lalu bagaimana ? Tidakkah semua sepak terjang dia akan sangat melekat erat dengan apa yang dinamakan Politik ? Wajar saja para mahasiswa menolak kehadiran Jokowi di kampusnya, karena kampus harus steril dari kampanye politik dan politisasi kampus sesuai dengan rilis KPU. Jadi siapa yang melakukan post hoc fallacy itu ? Anda atau saya ? Hanya pembacalah yang bisa menilai.  Janganlah mau benar sendiri dan orang lain salah semua karena menuliskan kekurangan jagoannya secara objektif.

Butir 4. Tujuan Jokowi memberikan kuliah umum adalah untuk digunakan sebagai materi kampanye.

Dalam hal ini saya dikatakan Naraya mengkhayal dan memasukkan hasil khayalan ke dalam mulut Jokowi. Anda tahu sendiri, mulut hanya bisa mengatakan kalimat yang telah dikonsep dalam pikiran manusia bagaimana software bisa dimasukkan ke mulut ? Mungkin mulut anda sendiri ada otaknya disamping otak dalam kepala anda sendiri ? Hahahaaa.... Ini bukti sarat abnormal pikiran anda Naraya (kasihan sekali).

Ketika Jokowi di atur untuk ke ITB, dicarilah berbagai peluang kerja sama yang belum terpenuhi ketika DKI di pimpin oleh Foke yaitu kerja sama antar dua kota DKI Jakarta dengan Bandung. Makanya Jokowi menyatakan bahwa : (ini sumbernya) "tiga kali saya diundang, baru bisa sekarang, karena kerja", artinya ada momen Jokowi datang ke ITB yang bisa dilakukan Jokowi sebelum dirinya dinyatakan sebagai Capres PDIP. Lalu mengapa jadwal kedatangan untuk memenuhi undangan Rektor ITB baru bisa terpenuhi sekarang ? Artinya adalah momen terbaik bagi Jokowi menurut para pekerja tim pencitraan Jokowi adalah tanggal 17 April 2014 yang disamarkan dan disetting dalam undangan Rektor ITB Bandung untuk sasaran utama pencitraan pada kuliah umum didepan seluruh mahasiswa ITB. Hanya orang bodoh yang tidak mengerti bahwa kedatangan Jokowi ke kampus ITB tidak ada kaitannya dengan misi perpolitikan. Disini saya tidak mungkin berkhayal seperti tuduhan anda, sebenarnya anda sendirilah yang melakukan khayal itu dan anda melakukan sendiri abnormal pikir appeal to motive fallacyyang anda pahami sebagai teori.

Sekarang saya baru mengetahui ada seorang Kompasiner yang mati-matian membela yang salah dengan mengungkap berbagai teori yang dia baca dan seolah-olah ilmiah yang sangat dalam (padahal abnormal pikir) untuk target mencegangkan para pembaca yang tidak bisa dicegangkan (karena masih banyak Kompasianer yang pintar berwawasan). Tidak seperti Naraya yang sok ilmiah tapi tuna wawasan. Selamat untuk admin Kompasiana semoga bisa lebih baik dalam menilai kedepan. (Abah Pitung)

Salam untuk semua Kompasianer !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun