Kebohongan tentang mobil Esemka yang begitu saja menghilang setelah Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta ada seorang Kompasianer yang telah menuliskannya (disini).
Butir 2. Jokowi di dukung oleh Amerika dan para kapitalis Cina.
Kita semua tahu bahwa Duta Besar AS di Jakarta telah bertemu Jokowi, selanjutnya pemberitaan media massa besar AS memberitakan tentang Jokowi disaat pernyataan PDIP tentang pen-capresan. Selanjutnya, Megawati mengundang para pengusaha kapitalis Cina dalam negeri di Jakarta (60 orang) dalam kaitannya dengan pencapresan Jokowi. Semua media masa memberitakannya. Halo Naraya, menulis kalimat saya jangan anda potong-potong yang benar adalah :" Jokowi didukung juga oleh para kapitalis Cina di dalam negeri". Jadi Naraya sebagai sesama Kompasianer telah melakukan pemelintiran informasi yang sangat sadis kepada para pembaca Kompasiana. Disini kembali anda melakukan poisoning the well fallacy secara berutal.
Butir 3. Jokowi sudah resmi sebagai Capres maka seluruh kegiatannya pasti berbau politik.
Anda tahu sendirikan, semua media memberitakan Jokowi sudah resmi sebagai Capres PDIP ? Kemudian diperkuat dengan surat mandat ditulis tangan oleh Megawati sendiri ? Lalu bagaimana ? Tidakkah semua sepak terjang dia akan sangat melekat erat dengan apa yang dinamakan Politik ? Wajar saja para mahasiswa menolak kehadiran Jokowi di kampusnya, karena kampus harus steril dari kampanye politik dan politisasi kampus sesuai dengan rilis KPU. Jadi siapa yang melakukan post hoc fallacy itu ? Anda atau saya ? Hanya pembacalah yang bisa menilai. Janganlah mau benar sendiri dan orang lain salah semua karena menuliskan kekurangan jagoannya secara objektif.
Butir 4. Tujuan Jokowi memberikan kuliah umum adalah untuk digunakan sebagai materi kampanye.
Dalam hal ini saya dikatakan Naraya mengkhayal dan memasukkan hasil khayalan ke dalam mulut Jokowi. Anda tahu sendiri, mulut hanya bisa mengatakan kalimat yang telah dikonsep dalam pikiran manusia bagaimana software bisa dimasukkan ke mulut ? Mungkin mulut anda sendiri ada otaknya disamping otak dalam kepala anda sendiri ? Hahahaaa.... Ini bukti sarat abnormal pikiran anda Naraya (kasihan sekali).
Ketika Jokowi di atur untuk ke ITB, dicarilah berbagai peluang kerja sama yang belum terpenuhi ketika DKI di pimpin oleh Foke yaitu kerja sama antar dua kota DKI Jakarta dengan Bandung. Makanya Jokowi menyatakan bahwa : (ini sumbernya) "tiga kali saya diundang, baru bisa sekarang, karena kerja", artinya ada momen Jokowi datang ke ITB yang bisa dilakukan Jokowi sebelum dirinya dinyatakan sebagai Capres PDIP. Lalu mengapa jadwal kedatangan untuk memenuhi undangan Rektor ITB baru bisa terpenuhi sekarang ? Artinya adalah momen terbaik bagi Jokowi menurut para pekerja tim pencitraan Jokowi adalah tanggal 17 April 2014 yang disamarkan dan disetting dalam undangan Rektor ITB Bandung untuk sasaran utama pencitraan pada kuliah umum didepan seluruh mahasiswa ITB. Hanya orang bodoh yang tidak mengerti bahwa kedatangan Jokowi ke kampus ITB tidak ada kaitannya dengan misi perpolitikan. Disini saya tidak mungkin berkhayal seperti tuduhan anda, sebenarnya anda sendirilah yang melakukan khayal itu dan anda melakukan sendiri abnormal pikir appeal to motive fallacyyang anda pahami sebagai teori.
Sekarang saya baru mengetahui ada seorang Kompasiner yang mati-matian membela yang salah dengan mengungkap berbagai teori yang dia baca dan seolah-olah ilmiah yang sangat dalam (padahal abnormal pikir) untuk target mencegangkan para pembaca yang tidak bisa dicegangkan (karena masih banyak Kompasianer yang pintar berwawasan). Tidak seperti Naraya yang sok ilmiah tapi tuna wawasan. Selamat untuk admin Kompasiana semoga bisa lebih baik dalam menilai kedepan. (Abah Pitung)
Salam untuk semua Kompasianer !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H