Pak Jokowi-Jk, saya hari ini didemo oleh Istri, anak, cucu saya, karena uang harian mereka tidak lagi mencukupi untuk membeli kebutuhan harian mereka. Penulis meminta pertanggungan jawab dari Mr. Presiden Jokowi, hari ini tanggal 20 November 2014, tiga hari anda mengumumkan kenaikan BBM bersubsidi saya menjadi korban demo dirumah saya sendiri. Padahal saya selama ini sudah komitmen dan konsisten untuk menyediakan dana bagi kebutuhan mereka harian. Saat ini penulis tidak bisa berargumentasi untuk mengatakan kepada mereka, tenang dahulu jangan panik tunggu dua bulan lagi bisa tidak. Langsung istri penulis menimpali sambil mengacungkan kedua lengannya "tidak bisa, saya akan mogok belanja dan masak silahkan Bapak belanja dan masak sendiri, kan sudah tahu semua belanjaan naik tiga kali lipat ?", Â anak saya tidak kalah garangnya, "sorry lah yau, mulutnya sambil mendongak miring, uang transportasi, memangnya pakai air, biaya makan harian dijalanan, emangnya bisa pakai kertas ? , pakai otak dan rasa Bos Abah". Yang paling menjengkelkan, sicucu, "Akik, kalau saya tidak dinaikkan uang sakunya, maka saya akan jadi musafir saja sambil bilang : kasihan gan ibu, bapak aku cucunya Abah Pitung mohon dibantu biaya seikhlasnya saya korban Jokowi BBM naik". Wah....wah...wah, sejak nenek moyang kami belum pernah mengalami gejolak protes seberani seperi ini. Wah.... gimana ini, bahaya kalau semuanya tidak diikuti isi aspirasi demonya hari ini, bisa ambrol berkeping-keping wibawa penulis.
Sampai saat ini demo mereka masih berlangsung berakhirnya entah kapan, mereka mondar-mandir antara ruang tamu dan ruang makan sampai ke dapur bolak-balik dengan ocehan yang tidak mengenakkan telinga serta perasaan. Untung saja mereka tidak mondar-mandir dihalaman depan rumah bisa modar penulis disaksikan para tetangga. Malah penulis belum bisa menjawab demo mereka hari ini, mengingat pendapatan bulanan penulis entah darimana bisa menambahkannya dalam suasana daya beli masyarakat yang sangat lemah saat ini. Belum lagi sebentar lagi ada demo lanjutan dari para karyawan penulis untuk menuntut kenaikan gaji mereka. Woi Jokowi-Jk ?! kenapa saya jadi begini ? Sudah jatuh tertimpa tangga, dan terjerembab didepan mulut buaya dan terancam ditanduk banteng hitam.
Hallo Jokowi-Jk, bisakah anda berdua mensolusi permasalahan yang saya hadapi dirumah ini ? Penulis ketiban persoalan baru gara-gara Jokowi-Jk menaikkan harga BBM. Atau para pembaca ada masukan yang bisa mencerahkan hati dan perasaan penulis. Apakah hal yang sama juga dialami para pembaca dan para Kompasisner lainnya ? (Abah Pitung)
Terpaksa Abah Pitung menyanyikan lagu Iwan Fals sendirian dalam kamar. sembari menunggu inspirasi :
"Galang Rambu Anarki"
(Iwan Fals)
Galang Rambu Anarki anakku
Lahir awal Januari
Menjelang pemilu
Galang Rambu Anarki dengarlah
Terompet tahun baru
Menyambutmu
Galang Rambu Anarki ingatlah
Tangisan pertamamu
Ditandai BBM membumbung tinggi
Maafkan kedua orang tuamu kalau
(Tak mampu beli susu)
BBM naik tinggi (susu tak terbeli)
Orang pintar tarik subsidi
Mungkin bayi kurang gizi
Galang Rambu Anarki anakku
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu
Galang Rambu Anarki dengarlah
Terompet tahun baru
Menyambutmu
Galang Rambu Anarki ingatlah
Tangisan pertamamu
Ditandai BBM melambung tinggi
Maafkan kedua orang tuamu kalau
(Tak mampu beli susu)
BBM naik tinggi (susu tak terbeli)
Orang pintar tarik subsidi
Anak kami kurang gizi
Galang Rambu Anarki anakku
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Hantamlah sombongnya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu
Salam selamatkan rakyat dari kebodohan dan pembodohan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H