Mohon tunggu...
Abah Kabayan
Abah Kabayan Mohon Tunggu... -

Wong cilik yang bukan penggemar hoak

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Andi Arief, Sabu, Kondom, Kamar 1214, dan Tamparan Keras untuk Kubu Prabowo

5 Maret 2019   17:37 Diperbarui: 12 Maret 2019   11:43 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jambi.tribunnews.com

Alih-alih mengapresiasi kerja polisi yang telah menangkap Andi Arief, mereka justru menyalahkan pemerintah. Sudah ditebak, mereka coba mengail di air keruh. Menjadikan pemerintah atau Jokowi sebagai sasaran tembak. Menggiring opini publik, dengan opini ini bentuk kegagalan pemerintah dalam memerangi peredaran narkotika. Serangan yang cukup bikin geli.

Adalah Fadli Zon dan Arief Poyuono, duo Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang langsung menembak pemerintah, bahwa kasus Andi Arief, adalah bentuk kegagalan pemerintah dalam memberantas narkoba. 

Serangan yang menggelikan. Tapi memang wajar jika duo Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu mengalihkan isu Andi Arief ke kegagalan pemerintah dalam memberantas narkoba. Sebab secara politik, penangkapan Andi Arief memukul mereka. Bahkan menampar Prabowo. Apalagi, kemudian dibumbui dengan cerita soal kondom dan wanita. 

Kisah Andi Arief di kamar 1214 Hotel Peninsula bukan kabar baik. Tapi kabar yang sangat buruk bagi kubu Prabowo. Simpati publik pasti akan terkikis. Khalayak ramai, akan menganggap, bahwa orang-orang atau politisi di lingkaran Prabowo adalah orang-orang yang tak beres. Orang-orang yang bermasalah. Belum juga kasus tiga emak-emak pendukung mereka yang menyebarkan hoax di Karawang reda, kini mereka kena tinju kasus Andi Arief, salah satu pendukungnya yang pakai sabu-sabu.

Maka jurus mabuk pun dilancarkan dengan menyeret Jokowi, pemerintahannya dan aparat Pemberantasan narkoba di negeri. Merekalah biang kerok, begitu kira-kira yang ingin disampaikan lewat pesan jurus mabuknya duo pendukung Prabowo garis keras itu. Fadli Zon dan Arief Poyuono lupa, justru di era Jokowi, perang melawan peredaran narkoba begitu keras didengungkan.

 Hukuman mati terhadap beberapa gembong narkoba adalah bukti, Jokowi tak memberi ampun kepada mereka yang merusak anak bangsa. Dan, sikap keras ini tak pernah terjadi di era pemerintahan sebelumnya.

Di era Jokowi, para bandar ketar-ketir. Sekali tertangkap, tak ada ampun, hukuman mati menanti. Soal, makin maraknya peredaran narkoba, tentu harus disikapi dengan jernih dan utuh. Sebab, perang narkoba bukan perang pemerintah dan aparat saja. Tapi ini perang semesta. Perang seluruh rakyat Indonesia. Perang bagi Presiden sampai rakyat jelata. 

Tentunya, perang bagi para politikus juga, seperti Andi Arief, Fadli Zon dan Arief Poyuono. Narkoba itu musuh bersama. Dan tidakkah Fadli Zon dan Arief Poyuono menyadari, celotehan mereka bahwa pemberantasan peredaran narkoba gagal telah melukai ribuan aparat yang siang malam mempertaruhkan nyawa menyikat para bandar. 

Mereka, para aparat penabuh gendang perang kepada para bandar, harusnya didukung. Disokong. Bukan dinyinyiri. Janganlah hanya karena kepentingan sempit pilpres, lantas akal sehat dimatikan.

Semua harus rawe rawe rantas ikut menabuh genderang perang kepada para pengedar barang laknat tersebut. Dan, harusnya Fadli Zon dan Arief Poyuono sadar, Andi Arief sadar adalah tokoh publik yang mestinya jadi contoh. 

Jadi teladan dalam perang besar melarang narkoba. Bukan alih-alih, malah jadi budak narkoba itu sendiri. Wajar, jika kemudian banyak yang mengatakan, bahwa negeri ini kering kerontang oleh teladan. Karena elit-elitnya tak bisa jadi tauladan. Jadi panutan. Elit sendiri justru yang membuat orang banyak muak. Berkoar bak orang suci, tapi ternyata bobrok juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun