SEBELUM tibanya hari Selasa (22/7/2014), calon Presiden RI, Pak Prabowo Subianto maupun Pak Joko Widodo hanya bisa berdo'a dan menjaga suara masing-masing dibantu oleh para saksi di semua level; mulai dari tingkat TPS, PPS, PPK, KPU Daerah, hingga KPU Pusat. Sembari menunggu hasil real count (perhitungan sebenarnya), beliau berdua menikmati hiburan dugaan hasil sementara versi Quick Count (perhitungan cepat). Perasaan harap dan cemas menyuasanai hati terdalam keduanya. Betapa tidak, beberapa lembaga survei merilis dugaan hasil angka yang berbeda. Sebagian memperkirakan pasangan no 1 menang, sementara yang lainnya memperkirakan pasangan no 2 yang bakal unggul. Keduanya mesti bersabar menanti takdir dan iradah Tuhan yang akan meluluskan salah satunya menuju kursi Istana.
Lebih kurang 10 hari lagi hasil pilpres akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Rakyat Indonesia menaruh harapan baik kepada pak Prabowo maupun pak Jokowi agar keduanya menjadi teladan dalam jiwa kenegarawanan; siap beroleh kemenangan atau menerima kekalahan. Tak usah ada upaya mencederai kerukunan dan kedamaian dengan tindak huru-hara yang merugikan. Merugikan rakyat pemilik kedaulatan. Bilapun ada tindak kecurangan oleh oknum tertentu, ada mekanisme untuk pengaduan dan pengadilan kasus-kasus pemilu. Semoga saja KPU, Bawaslu, mupun MK mampu menjaga netralitas dan integritas kelembagaannya dalam menjalankan tugasnya secara profesional.
Kembali ke topik pembicaraan, bagaimanakah pemerintahan Indonesia bila pak Prabowo atau pak Jokowi yang menjadi Presiden? menurut saya dalam hal kepemimpinan, takkan banyak perbedaan mencolok diantara keduanya kecuali dalam beberapa hal saja.
Bila Pak Prabowo yang Jadi Presiden
Apabila hasil real count KPU tanggal 22 Juli nanti memutuskan kemenangan bagi pasangan Prabowo-hatta, maka pemerintahan Indonesia akan sangat kuat karena 3 hal: jumlah parpol pendukung, fraksi di DPR, dan organisasi massa.
Pertama, dari sisi jumlah parpol, Prabowo-Hatta didukung oleh 7 parpol koalisi, yaitu: (Gerindra, PKS, PAN, PPP, Golkar, Demokrat, dan PBB) yang berjumlah 59,12 persen. Kedua, dari sisi jumlah fraksi, Prabowo-Hatta akan didukung oleh 6 fraksi, yaitu fraksi semua parpol di atas kecuali PBB yang tidak lolos ambang batas parlemantary treshold dengan dukungan 353 kursi (63 persen) kursi di DPR. Dan ketiga, dari sisi keormasan, Prabowo-Hatta didukung oleh mayoritas organisasi massa, baik NU, Muhammadiyah, Persis, PUI dan ormas lainnya sebagai representasi agama mayoritas di negara Indonesia.
Bila Pak Jokowi yang Jadi Presiden
Apabila hasil real count KPU tanggal 22 Juli nanti menetapkan kemenangan bagi pasangan Jokowi-Kalla, maka pemerintahan Indonesia akan cukup kuat juga karena 3 hal: jumlah parpol pendukung, fraksi di DPR, dan organisasi massa.
Pertama, dari sisi jumlah parpol, Jokowi-Kalla didukung oleh 5 parpol koalisi, yaitu: (PDIP, Nasdem, PKB, Hanura, dan PKPI) yang berjumlah 40,88 persen. Kedua, dari sisi fraksi, Jokowi-Kalla akan didukung oleh 4 fraksi, yaitu fraksi semua parpol di atas kecuali PKPI yang tidak lolos ambang batas parlemantary treshold dengan dukungan 207 kursi (37 persen) kursi di DPR. Dan ketiga, dari sisi keormasan, Jokowi-Kalla didukung oleh sebagian ormas NU sebagai representasi pemeluk agama mayoritas, dan didukung pula oleh Jaringan Islam Liberal, ormas Ahmadiyah, LDII, Syi’ah sebagai refresentasi kaum minoritas di negara Indonesia.
Perkiraan angka perolehan suara
Baik pasangan nomor satu maupun pasangan nomor dua memperoleh dukungan dari rakyat Indonesia. Bedanya, pasangan Prabowo-Hatta memperoleh dukungan parpol dan fraksi lebih besar daripada pasangan Jokowi-Kalla. Namun demikian selisih kemenangan dan kekalahan angka perolehan suara pada pilpres 2014 ini diperkirakan tidak akan terpaut jauh, karena yang menjadi pertimbangan para pemilih/rakyat adalah sosok sang capres dan cawapres.
Dukungan 59 persen parpol untuk pasangan Prabowo-Hatta dan 41 persen bagi pasangan Jokowi-Kalla tidak otomatis merepresentasikan angka perolehan suara pilpres. Sebab, dipastikan akan terjadi silang suara diantara kedua pasangan yang akan mempengaruhi hasil akhir perolehan suara di KPU.
Bila silang suara terjadi pada angka 5 persen (Prabowo-Hatta berkurang 5 persen dan Jokowi-Kalla bertambah 5 persen), maka perkiraan perolehan suaranya adalah 54 :46 persen.
Jika silang suara terjadi pada angka 7 persen (Prabowo-Hatta berkurang 7 persen dan Jokowi-Kalla bertambah 7 persen), maka perkiraan perolehan suaranya adalah 52 : 48 persen.
Jika silang suara terjadi pada angka 9 persen (Prabowo-Hatta berkurang 9 persen dan Jokowi-Kalla bertambah 9 persen), maka perkiraan perolehan suaranya adalah 50 : 50 persen. Kita tunggu saja pengumuman resmi oleh KPU 22 Juli mendatang. Wallahu a’lam.
Jakarta, 14 Juli 2014
Salam Persaudaraan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H