Mohon tunggu...
.
. Mohon Tunggu... Dosen - .

Abah Asmul adalah lelaki pengepul pengetahuan. Di blog ini, ia menulis surat-surat untuk Ambu dan hal-hal lain yang belum selesai. Ambu adalah perempuan penjahit harapan yang lebih sering hidup dalam ruang yang berjarak dengan Abah Asmul. Surat-surat dalam blog ini, karena itu, bisa dianggap sebagai paracetamol penurun demam rindu.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Polusi Ruang Publik Kita

23 Januari 2020   09:28 Diperbarui: 23 Januari 2020   10:15 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ambu yang baik,

Baru-baru ini heboh pemberitaan tentang Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire. Aku prihatin bukan tentang kemunculan kerajaan-kerajaan antah-berantah ini. Aku sedih betapa ruang publik kita mudah disetir oleh isu-isu yang tak penting. Media massa kita tak punya agenda prioritas dan, akhirnya, itu membuat ruang publik kita sangat tidak sehat.

Selama 20 tahun lebih, kita menikmati kebebasan pers sebagai buah dari demokrasi. Kebebasan itu memfasilitasi terbukanya ruang publik. Mestinya kualitas ruang publik kita semakin bagus, namun yang terjadi malah sebaliknya. Ruang publik kita gaduh oleh isu-isu yang sama sekali tidak diperlukan publik.

Isu-isu recehan mengotori oksigen demokrasi kita, begitu rupa, sehingga nafas peradaban kita tersengal-sengal. Dan kita sengsara, karena sesak oleh isu-isu sensasional yang tak mengemansipasi publik. 

Sebut saja--untuk menyebut beberapa--berita tentang pertengkaran antarseleb, prank para pengabdi ketenaran, selebritis yang pamer isi ATM, dan kematian janggal istri pelawak. Tahun lalu ruang publik kita bahkan sesak oleh polusi hoax selama perhelatan pemilu. Kali ini ditambah satu lagi: berita tentang Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire.

Bagiku, berita-berita sensasional nirmutu tersebut tak lebih sebagai polusi ruang publik. Adalah tugas dunia pers untuk membersihkan oksigen demokrasi dari polusi semacam itu dengan mulai memberi tempat pada pemberitaaan yang mengemansipasi publik, misalnya mengabarkan kiprah individu dan kelompok atau isu-isu yang betul-betul bermanfaat untuk membangun kapasitas publik.

Saatnya untuk mencoret isu Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire dari list pemberitaan. Sosok-sosok yang menginspirasi publik sebaiknya dijadikan profil utama dalam pemberitaan media, sehingga mereka dapat menjadi teladan di ruang publik. 

Akan sangat baik jika media mulai banyak memotret inisiatif-inisiatif hebat di level akar rumput untuk memajukan masyarakat. Sungguh, kita butuh hero yang sebenar-benarnya hero.

Mereka yang melakukan sesuatu yang besar--meskipun di level mikro, lokal, dan sunyi--sangat penting diangkat ke ruang publik. Tayangan Kick Andy telah melakukannya bertahun-tahun, tapi itu tak cukup. 

Butuh kerja-kerja kolaboratif dan sinergis antarpekerja media utk mengisi ruang publik yang bersih dari polusi demokrasi dan sehat bagi nafas peradaban kita.

Ambu, sudah dulu ya, malam kian menua, sebentar lagi berganti pagi.

Peluk jauh,
Abah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun