Mohon tunggu...
khusnul mubarok
khusnul mubarok Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Belajar sepanjang zaman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Privilese dan Perjuangan: Refleksi Mahasiswa dari Penjuru Negeri

26 Januari 2025   19:35 Diperbarui: 26 Januari 2025   19:35 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi prvilege/privilese (Sumber:pontianak.id/Ridhoino Kristo Sebastianus Melano)

Warung kopi di sudut kota sering kali menjadi tempat bertemunya berbagai pemikiran, semangat, dan cerita perjuangan. Malam itu, bersama beberapa mahasiswa dari pelosok negeri, kami terlibat dalam obrolan mendalam yang mengupas realitas kehidupan. Mereka, yang datang dari latar belakang sederhana, berbagi kisah perjuangan tanpa batas untuk meraih masa depan yang lebih baik. Di sisi lain, muncul perbincangan tentang privilese yang dimiliki oleh sebagian orang---terutama mereka yang lahir dari keluarga kaya dan sukses.

Privilese: Sebuah Anugerah atau Beban?

Privilese, secara sederhana, berarti keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki seseorang berdasarkan keadaan yang sudah ada sejak lahir atau karena lingkungannya. Dalam konteks sosial, privilese sering kali merujuk pada akses mudah ke berbagai sumber daya seperti pendidikan, kesehatan, atau kesempatan hidup yang lebih baik. Memiliki orang tua yang mapan secara finansial, misalnya, merupakan salah satu bentuk privilese yang tidak dimiliki semua orang.

Privilese ini memungkinkan seseorang untuk mengakses pendidikan terbaik, jaringan sosial yang luas, hingga kemudahan finansial tanpa perlu banyak berjuang. Namun, di balik kelebihan itu, privilese juga dapat menjadi beban jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Bagi sebagian orang, privilese malah membuka peluang untuk terjebak dalam gaya hidup konsumtif dan kenakalan remaja, sementara bagi yang lain, hal ini justru menjadi alat untuk menciptakan dampak positif yang lebih besar.

Privilese Sebagai Kesempatan dan Risiko

Tidak bisa dipungkiri, privilese memberikan banyak kemudahan. Anak-anak dari keluarga yang mapan memiliki kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri tanpa harus khawatir tentang kebutuhan dasar. Mereka bisa fokus belajar, mengeksplorasi minat, atau bahkan membangun masa depan yang lebih cerah.

Namun, seperti pisau bermata dua, privilese juga membawa risiko. Dengan segala kemudahan yang tersedia, tidak sedikit yang justru tergoda untuk menggunakannya ke arah yang keliru. Kehidupan yang terlalu nyaman sering kali membuat seseorang lupa akan tanggung jawabnya. Privilese tersebut membuka peluang kenakalan, seperti berfoya-foya, terlibat dalam perilaku negatif, atau bahkan kehilangan arah dalam hidup.

Sebagai contoh, berdasarkan laporan Kompas.com pada 8 Oktober 2023, terdapat 14 kasus anak pejabat publik yang terlibat dalam berbagai kasus hukum, mulai dari narkoba hingga pemerkosaan. Kasus-kasus ini menunjukkan bagaimana privilese yang tidak dimanfaatkan dengan bijak dapat menjerumuskan seseorang ke dalam masalah serius.

Sebaliknya, ada juga yang mampu memanfaatkan privilese tersebut dengan baik. Mereka menyadari bahwa kelebihan yang dimiliki adalah amanah yang harus dijaga. Misalnya, Mutiara Annisa Baswedan, putri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, menjadi salah satu delegasi dalam ajang prestisius simulasi PBB, Harvard National Model United Nations. Prestasi ini menunjukkan bagaimana privilese dapat dimanfaatkan untuk mencapai hal-hal positif.

Kontras dengan Perjuangan Mahasiswa dari Pelosok

Di sisi lain, para mahasiswa dari pelosok negeri membawa cerita yang berlawanan. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, perjuangan menjadi nafas dalam setiap langkah. Biaya pendidikan yang tinggi, akses yang sulit ke sumber daya, hingga jarak yang jauh dari keluarga menjadi tantangan yang harus mereka hadapi setiap hari. Namun, semua itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk melangkah maju.

Ada yang harus bekerja sambil kuliah demi membayar biaya pendidikan. Ada pula yang mengandalkan beasiswa atau donasi dari para dermawan. Setiap peluang yang datang, sekecil apa pun, dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Keterbatasan tidak pernah menjadi alasan untuk menyerah, melainkan menjadi motivasi untuk terus bergerak maju.

Dua Realitas, Satu Tujuan

Meski latar belakang mereka berbeda, baik mahasiswa yang lahir dari keluarga mapan maupun yang berasal dari pelosok memiliki tujuan yang sama: membangun masa depan yang lebih baik. Perbedaannya terletak pada cara mereka memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan.

Bagi mereka yang memiliki privilese, tantangan terbesar adalah bagaimana menggunakan segala kemudahan untuk memberikan dampak positif, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat. Sebaliknya, bagi mereka yang lahir dalam keterbatasan, perjuangan untuk mendapatkan peluang adalah tantangan yang tak pernah berhenti. Namun, sering kali dari perjuangan inilah lahir kesuksesan yang sejati.

Refleksi dan Pembelajaran

Obrolan malam itu di warung kopi menjadi momen refleksi bagi kami semua. Kami menyadari bahwa privilese adalah anugerah yang harus disyukuri dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Namun, tanpa usaha dan tanggung jawab, privilese bisa menjadi bumerang yang justru membawa kehancuran.

Sebaliknya, perjuangan tanpa privilese mengajarkan arti ketekunan, kerja keras, dan keikhlasan. Mereka yang lahir dari keterbatasan sering kali memiliki kemampuan untuk menghargai setiap langkah kecil menuju keberhasilan.

Privilese yang Sesungguhnya

Pada akhirnya, obrolan ini membawa kami pada satu kesimpulan: privilese yang sesungguhnya bukanlah soal kekayaan atau kemudahan hidup. Privilese sejati adalah memiliki semangat untuk terus belajar, rasa syukur atas apa yang dimiliki, serta keberanian untuk bermimpi besar dan bertindak nyata.

Privilese dapat membuka dua kemungkinan besar: menjadi jalan kenakalan atau menjadi peluang untuk berbuat lebih baik. Mereka yang tergoda oleh kenyamanan sering kali lupa bahwa kelebihan yang dimiliki bisa hilang kapan saja. Namun, bagi yang sadar akan tanggung jawabnya, privilese adalah kesempatan emas untuk memberi dampak nyata bagi dunia.

Malam itu, di bawah cahaya remang-remang lampu warung kopi, kami meninggalkan meja dengan semangat yang baru. Setiap cerita perjuangan menjadi inspirasi untuk melangkah lebih jauh. Apakah kita lahir dari privilese atau keterbatasan, semua kembali pada bagaimana kita menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab dan makna.

Di dunia ini, tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama. Namun, setiap orang memiliki kekuatan untuk memilih bagaimana memanfaatkan apa yang mereka miliki. Pada akhirnya, perjuangan, rasa syukur, dan tanggung jawab adalah kunci untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun