Mohon tunggu...
khusnul mubarok
khusnul mubarok Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Belajar sepanjang zaman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghargai Rezeki dan Harmoni di Tempat Kerja

23 Januari 2025   12:04 Diperbarui: 23 Januari 2025   12:04 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tempat kerja adalah wadah bagi kita untuk bertumbuh, mencari nafkah, dan berkontribusi pada lingkungan yang lebih luas.

Namun, sering kali muncul fenomena di mana seseorang lupa untuk menghargai apa yang telah diberikan, bahkan terjebak dalam sikap negatif seperti menjelek-jelekkan atasan atau organisasi tempatnya bekerja. Sikap seperti ini kerap diibaratkan dengan "meludah di wadah air minum sendiri," sebuah tindakan yang pada akhirnya justru merugikan diri sendiri.

Pekerjaan yang kita miliki saat ini adalah salah satu bentuk rezeki yang patut kita syukuri. Di luar sana, banyak individu yang sedang berjuang untuk mendapatkan peluang serupa, bahkan rela melewati berbagai tantangan demi memenuhi kebutuhan hidup. Pernyataan "belum tentu di luar Anda mendapatkan gaji sebesar ini" sejatinya bukanlah kritik, melainkan pengingat akan pentingnya menghargai apa yang ada di tangan kita sekarang.

Setiap angka dalam slip gaji yang diterima bukan sekadar nominal, melainkan simbol kepercayaan dan penghargaan atas kontribusi yang telah diberikan. Kesempatan bekerja bukanlah sesuatu yang dapat dianggap remeh, apalagi di tengah realitas dunia kerja yang semakin kompetitif.

Manusiawi jika seorang karyawan merasa tidak puas terhadap kondisi tertentu. Namun, bagaimana cara kita mengelola ketidakpuasan tersebut adalah cerminan kedewasaan kita. Kritik dan masukan adalah hal yang wajar, tetapi sebaiknya disampaikan dengan cara yang konstruktif, bukan melalui bisik-bisik di belakang yang justru menciptakan ketegangan dan konflik.

Alih-alih menjelekkan atasan atau tempat kerja, lebih baik membangun komunikasi yang terbuka dan sehat. Dengan berdialog secara elegan dan profesional, tidak hanya masalah dapat terselesaikan, tetapi hubungan pun akan semakin kokoh.

Jika merasa kurang puas, tanyakan pada diri sendiri: apakah saya sudah memberikan yang terbaik? Adakah langkah yang dapat saya ambil untuk meningkatkan kemampuan dan kontribusi saya? Ingatlah, perubahan besar sering kali dimulai dari diri sendiri.

Etika kerja adalah fondasi dari setiap kesuksesan. Menjaga nama baik tempat kerja dan atasan adalah bagian dari integritas pribadi. Selain itu, bersyukur atas apa yang telah dimiliki adalah kunci untuk menjaga semangat dan energi positif dalam bekerja.

Ketika kita memilih untuk fokus pada hal-hal baik, seperti memperbaiki kinerja, meningkatkan kompetensi, dan berkontribusi lebih besar, maka bukan hanya perusahaan yang akan merasakan dampaknya, tetapi juga kita sebagai individu yang terus berkembang.

Hubungan antara atasan dan bawahan yang sehat menciptakan sinergi yang berdampak pada kesuksesan bersama. Bagaimanapun, atasan bukanlah musuh, melainkan mitra yang memberikan arah dan peluang untuk bertumbuh. Dengan saling mendukung, atmosfer kerja yang positif akan tercipta, memberikan manfaat bagi seluruh pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun