Makalah Sebagai Formalitas: Fenomena di Lapangan dan Dampaknya pada Pendidikan
Di banyak institusi pendidikan, fenomena penulisan makalah hanyalah formalitas untuk menuntaskan tugas semakin sering dijumpai. Alih-alih fokus pada pembelajaran mendalam, banyak siswa yang hanya berusaha memenuhi persyaratan tanpa memedulikan kualitas atau pemahaman atas materi. Lalu, apa dampaknya terhadap proses pendidikan? Bagaimana kita bisa melihat fenomena ini secara lebih luas?
1. Realitas di Lapangan: Makalah Sebagai Beban, Bukan Kesempatan
Di banyak kampus, tekanan akademis yang berat membuat mahasiswa memandang tugas menulis makalah sebagai beban. Waktu yang terbatas, tuntutan dari berbagai mata kuliah, dan tekanan untuk segera menyelesaikan studi sering kali memaksa siswa untuk mengambil jalan pintas. Hasilnya, makalah yang disusun seringkali tidak mencerminkan kemampuan berpikir kritis, melainkan hanya kumpulan informasi yang disusun secara cepat untuk memenuhi syarat penilaian.
Dalam kondisi ini, siswa cenderung menyalin informasi dari internet, menggunakan bahan referensi yang terbatas, dan hanya memenuhi persyaratan teknis seperti jumlah kata atau format, tanpa benar-benar memperhatikan isi. Tentu saja fenomena ini menurunkan kualitas pendidikan dan tujuan pembelajaran yang sebenarnya, yaitu untuk membangun pemahaman mendalam dan kemampuan analisis.
2. Faktor-Faktor yang Mendorong Sikap "Asal Selesai"
Ada beberapa alasan mengapa pelajar cenderung menyelesaikan makalah hanya sebagai formalitas, antara lain:
Beban Tugas yang Overload : Mahasiswa sering kali diberi tugas dari berbagai mata kuliah dalam waktu yang bersamaan. Dalam kondisi ini, mereka lebih fokus menyelesaikan semua tugas daripada mendalami setiap topik.
Kurangnya Minat Terhadap Topik : Ketika siswa tidak tertarik dengan topik yang diberikan, motivasi untuk mengeksplorasi dan memahami materi pun rendah. Mereka lebih memilih menyelesaikan tugas secara cepat, bahkan jika harus mengorbankan kualitas.
Batas Waktu yang Singkat : Tenggat waktu yang ketat membuat siswa terpaksa mencari cara cepat untuk menyelesaikan makalah. Mereka lebih fokus pada aspek administratif dibandingkan kualitas isi.
Kurangnya Arahan yang Jelas : Kadang-kadang, instruksi dari dosen tidak cukup jelas atau dukungan bimbingan tidak memadai. Hal ini membuat siswa bingung dan hanya berusaha memenuhi syarat minimum agar tugas dianggap selesai.
3. Dampak Terhadap Kualitas Pendidikan
Fenomena ini tentu saja memiliki dampak jangka panjang yang merugikan, baik bagi pelajar itu sendiri, institusi, maupun kualitas pendidikan secara keseluruhan:
-
Kehilangan Nilai Pembelajaran : Makalah yang dikerjakan asal-asalan tidak memberikan manfaat pembelajaran yang seharusnya diperoleh. Siswa tidak belajar bagaimana meneliti, berpikir kritis, atau menyusun argumen dengan baik.
Penurunan Standar Akademik : Jika praktik ini terus berlanjut, standar akademik institusi bisa menurun. Penilaian menjadi sekedar formalitas, tanpa melihat kualitas dan pemahaman yang sebenarnya.
Tidak Siap Menghadapi Dunia Kerja : Dunia kerja membutuhkan kemampuan analisis, berpikir kritis, dan komunikasi yang baik. Siswa yang terbiasa menuntaskan tugas tanpa berpikir mendalam akan kesulitan menghadapi tantangan nyata di dunia profesional.
4. Apakah Ini Salah Mahasiswa Semata?
Penting untuk dipahami bahwa fenomena ini sepenuhnya bukan kesalahan pelajar. Sistem pendidikan yang sering kali terlalu fokus pada hasil, nilai, dan lulusan cepat juga berkontribusi pada pola pikir ini. Dalam situasi di mana tugas datang bertubi-tubi tanpa disertai bimbingan yang memadai, sulit bagi siswa untuk benar-benar terlibat secara mendalam dalam setiap tugas.
Di sisi lain, dosen dan pengajar juga memiliki peran penting. Bimbingan yang tepat, umpan balik yang konstruktif, dan pemilihan topik yang relevan dengan minat siswa dapat mendorong mereka untuk lebih serius dalam mengerjakan makalah. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan akademik yang tidak hanya menuntut hasil, tetapi juga mendukung proses pembelajaran.
5. Membangun Solusi: Dari Formalitas Menjadi Pembelajaran Nyata
Untuk mengatasi fenomena ini, perlu ada upaya kolaboratif dari berbagai pihak. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
Kurangi Beban Tugas yang Berlebihan : Dengan mengurangi jumlah tugas namun meningkatkan kualitas dan kedalaman materi, siswa dapat lebih fokus pada satu tugas dan memberikan hasil yang lebih baik.
Pilih Topik yang Relevan dan Menarik : Memilih topik yang sesuai dengan minat siswa akan mendorong mereka untuk lebih terlibat dan termotivasi untuk memahami materi.
Memberikan Arahan yang Jelas dan Umpan Balik : Dosen harus memberikan panduan yang jelas tentang apa yang diharapkan dari makalah, serta umpan balik yang membantu siswa belajar dan berkembang dari setiap tugas.
Ciptakan Ruang Diskusi : Dengan membahas makalah sebelum dan setelah pengerjaan, siswa dapat melihat nilai dari tugas ini sebagai bagian dari proses belajar, bukan sekadar kewajiban.
Kesimpulan
Makalah yang dikerjakan hanya untuk menuntaskan tugas adalah fenomena umum di banyak institusi pendidikan. Meskipun ini mungkin menyelesaikan masalah jangka pendek, seperti mendapatkan nilai atau memenuhi persyaratan akademis, dampaknya terhadap kualitas pendidikan dan kemampuan berpikir jangka panjang sangat besar. Dengan langkah-langkah yang tepat dari mahasiswa, dosen, dan institusi, kita dapat mengubah pandangan ini dan menjadikan makalah sebagai alat pembelajaran yang efektif dan bermakna, bukan sekadar formalitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H